"Hemmm... Aku kenyang sekali... Maksih ya adik ipar." Anggit memeluk dan mengacak-acak rambut Qinan yang masih sibuk mencetak invoice olshopnya.
"Iya istri kesayangan Kak Rakka." Qinan melirik sedikit ke arah Anggit dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Kalau seperti ini aku sudah bisa tidur nyenyak." ujar Anggit sembari merebahkan tubuhnya kembali ke kasur empuknya.
"Wait... Wait... Kamu belum minum susu dan vitamin. Jangan tidur dulu. Aku buatkan dulu susunya ya." Qinan kembali bangkit dari tempat duduknya.
"Qiii.. Please... Aku kenyang sekali Qi. Kamu lihat aku menghabiskan martabak tadi sendirian." Anggit kembali mengeluarkan rengekannya.
"Aku akan buatkan setengah gelas saja. Jangan membantahku atau tidak ada lagi kuliner nusantara malam hari." Ancam Qinan.
"Ya sudah iya. Setengah gelas saja. Jangan sampai lebih ya cantik." Bujuk Anggit melemparkan senyum tercantik yang ia punya.
Qinan bergegas keluar kamar dan saat pintu kamar dibuka ia terkejut dengan sosok pria yang bertubuh tegap tengah berdiri mematung di depan pintu.
"Kak Ditto." Qinan memanggil Ditto dengan sedikit berteriak dan langsung memegang dadanya karena ia berfikir itu hantu.
"Qinan... Kaget ya?" Ditto menahan tawanya melihat Qinan yang masih mengelus dadanya karena kaget.
"Hehe iya. Kakak cari Anggit ya?" tanya Qinan tampak gugup.
"Cari kalian lebih tepatnya." ujar Ditto sambil tersenyum ramah pada Qinan. Senyumnya mengembang sempurna menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapi, kulit wajah Ditto sangat bersih namun terlihat sangat maskulin membuat banyak wanita mendambakan menjadi kekasihnya.
Mendengar jawaban Ditto, Qinan membuka lebar pintunya dan mempersilakan Ditto untuk masuk. "Anggit, ada Kak Ditto." ujar Qinan sedikit berbisik pada Anggit yang tengah memainkan ponselnya.
"Anggit. Apa masih pusing?" tanya Ditto sambil mengusap kepala adik bungsunya itu.
"Sudah jauh lebih enakan Dit. Berkat si cantik Qinan." ujar Anggit melirik ke arah Ditto yang justru melihat ke arah Qinan.
Ya… itulah Anggit ia memanggil kedua kakak laki-lakinya tanpa embel-embel kakak, mas atau abang. Anggit hanya memanggil suaminya dengan sebutan Kakak.
"Bagaimana jagoan Papi. Apa dia hari ini rewel?" Ditto mulai mendekatkan telinganya pada perut Anggit dan mengusapnya.
"Tidak Papi... Berkat ada Mommy Qinan." kali ini giliran Anggit yang berusaha menirukan suara anak kecil.
"Ini Papi bawakan cemilan dan susu buat kamu, Mama Anggit dan Mommy Qinan ya. Kamu harus jadi anak yang kuat buat jagain bidadari-bidadari cantik itu biar tidak ada yang menggangu." ujar Ditto masih fokus pada perut Anggit yang terlihat bergerak-gerak.
"Iya Papi." Anggit kembali mengeluarkan suara anak kecil untuk menajawab pertanyaannya Ditto.
"Anggit... Apa barusan itu tendangannya?" tanya Ditto terlihat shock saat merasakan tendangan cukup kuat dari dalam perut Anggit.
Anggit menganggu cepat sambil tersenyum. "Iya... Haha dia sepertinya senang ada kamu disini Dit."
"Oh ya? Waw tendanganmu kuat juga ya boy. Dia benar-benar sepertiku." ujar Ditto percaya diri.
"Dia seperti Daddy nya." Tiba-tiba suara Ricqi terdengar dari dekat pintu kamar. Ternyata dari tadi Ricqi sudah ada disana, ia ingin sekali melakukan hal yang sama seperti Ditto tapi gengsinya yang terlalu tinggi untuk masuk ke dalam kamar Qinan, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menemui Anggit di dalam kamar itu.
"Kemarilah…! Pegang ini. Sepertinya anakku ingin dipegang oleh Papi dan Daddy nya." Ujar Anggit dengan nada manjanya.
"Hemmm…" Ricqi terdiam sebentar dan akhirnya ikut masuk dan memegang perut Anggit.
"Apakah yang barusan tendangannya?" Ditto dan Ricqi saling bertanya dan beratatapan bertiga. Mereka sungguh sangat kompak dan saling menyayangi.
"Aaa.. Kapan kau keluar Jagoanku? Daddy akan segera mengajakmu bermain basket." ujar Ricqi sambil terus memegang perut Anggit.
"Enak saja. Dia akan bermain bola dengan Papinya." Kali ini Ditto yang berbicara.
"Aiih tidak ada yang boleh mengajaknya keluar... Dia akan main mobil-mobilan bersama Mamanya di dalam kamar." Pungkas Anggit.
Melihat mereka bertiga tengah bergurau, Qinan memutuskan pamit ke dapur untuk melanjutkan rencananya untum membuatkan susu.
"Aku pamit ke dapur dulu ya." Ujar Qinan kemudian berlalu meninggalkan kamarnya.
Tes..!
Satu tetes air mata jatuh dari mata Qinan. Entah apa yang membuatnya tak kuat menyaksikan momen tadi. Di satu sisi ia senang melihat Anggit mendapat perhatian dari kakak-kakaknya. Tapi di sisi lain iya tidak bisa menahan rindunya dengan Rakka.
"Apa-apaan sih Qinan. Masa begitu saja nangis. Dasar Qinan cengeng. Mana mungkin kamu bisa menjaga Anggit dan Jagoan kecil kalau lihat mereka itu saja menangis." Gumam Qinan dalam hati.
Menyadari air matanya menetes, Qinan langsung menghapusnya menggunakan tangannya. Ia segera membuang jauh-jauh rasa rindunya dan fokus membuat susu untuk Anggit.
Qinan langsung mengambil susu khusus ibu hamil di kitchen set atas dan langsung menakarnya ke dalam gelas. Saat ingin mengembalikan susu tersebut ke dalam ke kitchen set, tiba-tiba kepalanya mengenai pintu kitchen set yang ternyata tadi lupa ia tutup. Kepala Qinan terluka terluka dan nengeluarkan sedikut darah.
"Aaak... Sakit sekali. Kenapa semesta seperti mendukung agar aku menangis." Qinan akhirnya menangis sesegukan.
Menyadari ingusnya sudah mulai keluar ia mengambil tisu dan menyumpalnya kedua lubang hidungnya dengan tisu. Qinan sengaja melakukan ini agar dia tidak perlu memegangi tisu itu di hidungnya sehingga memudahkannya saat membuat susu untuk Anggit.
"Siapa?" Tiba-tiba terdengar suara wanita setengah berbisik. Sontak membuat bulu kuduk Qinan berdiri.
"Dasar setan, apa kau ingin mengerjaiku. Aku tak takut. Awas kau ya. Aku Qinanti Amalia tidak takut denganmu." gumam Qinan dalam hati dan secepat kilat ia membalikkan badannya.
"Aaaaaaak"
Qinan berteriak begitu juga wanita paruh baya yang ada di depannya. Setelah saling berteriak, sesaat kemudian mereka saling sadar bahwa yang mereka lihat bukanlah setan melainkan manusia m yang mereka kenal.
"Mama..." jawabnya buru-buru mengusap kembali matanya. Ternyata yang datang ke dapur adalah Lidya. Mama Ricqi, Ditto dan Anggit. Meskipun usianya tidak lagi muda, Lidya sangat menjaga penampilannya, bahkan malam ini ia terlihat tengah dress tidur bewarna putih dan masker peel off warna hitam. Tentu saja penampilan seperti ini membuat Qinan terkejut.
"Qi... Mama fikir siapa yang nangis malam-malam di dapur. Kamu kenapa?" tanya Lidya penasaran dan langsung memeluk Qinan.
"Ya Tuhan… Anak mama terluka. Sebentar mama panggilkan ambulan ya." Lidya tampak panik dan segera memencet-mencet ponsel pintarnya.
"Mama.. Aku baik saja. Ini hanya luka ringan." Qinan berusaha menenangkan Lidya. Tentu saja Qinan panik bagaimana ceritanya luka kecil seperti ini harus naik ambulan ke rumah sakit.
"Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Lidya.
"Iya Ma. Ini hanya luka kecil saja. Nanti Qinan obati sendiri." jawab Qinan berusaha meyakinkan Lidya.
"Kamu lagi ngapain di dapur, Qi?" tanya Lidya penasaran
"Qinan bikin susu untuk Anggit Ma. Tapi tadi kepala Qinan kejedot pintu kitchen set." jelasnya.
"Aaa.. Besok mama panggilkan tukang untuk merombak kitchen set sialan ini. Bisa-bisanya dulu dibuat tidak aman seperti ini. Sekarang kamu istirahatlah. Lain kali minta tolong Bibi untuk membuatkan susu untuk Anggit ya." Lidya mengusap rambut Qinan sambil kemudan mengecup kening gadis itu.
"Makasih Mama. Qinan sayang Mama. Kalau kejedot bisa bikin Mama peluk Qinan begini, Qinan mau kejedot setiap hari." Qinan kembali menangis sambil memeluk Lidya dengan kuat. Kali ini Qinan menangis haru karena merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Haha kamu ada-ada saja. Kalau mau peluk tinggal minta sama Mama. Tidak usah menganiaya dirimu." Lidya tertawa melihat kelakuan Qinan yang nyaris seperti balita.
"Ternyata benar kata orang bijak. Akan ada pelangi yang indah setelah hujan badai. Diantara semua kesedihan ini aku bisa merasakan punya keluarga. Aku cinta keluarga ini. Iya keluarga ini. Kecuali si beruang kutub yang menyebalkan itu." gumam Qinan dalam hatinya.
...☘️☘️☘️[Bersambung]☘️☘️☘️...
Selamat meninggalkan jejak petualangan di novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
queen
saingan dady sama papi tu
2023-04-10
0
Kenzi Kenzi
ingattttt atuhneng,..benci adalah awal dri.cinta
2021-12-29
0
Fadhila Putri Chrisnanda
baru baca ceritanya . ak kira 1 keluarga bakal benci sama qinan . ternyata cuma Ricky aja yg anggep dia benalu . bagus ceritanya 👍🏻👍🏻
2021-11-25
0