Dengan mata yang masih terlihat berat, agil terbangun spontan kaget dengan apa yang dilihat didepannya, terdapat berbagai jenis makanan jamur dan minuman yang berwarna, agil lalu berdiri dengan sempoyongan, entahlah seperti tidak mengingat apapun yang terjadi, yang ia mimpikan hanyalah kembali ke rumah dan bermain game, randi dan gilang duduk memakan masakan dari malucia, beberapa kali mereka saling mengode karena apa yang dilihat mereka pagi-pagi buta itu.
Randi tidak begitu mempermasalahkanya, karena begitulah agil, tapi gilang yang merasakan keanehan agil, pikiran negatif mulai bermunculan, gilang berpikir mungkin itu adalah cara menyerot kekuatan pikiran agil, karena monster itu. Gilang berdiri dan menghembuskan nafas beratnya.
"Agil!!!!!" teriak gilang.
"Makan-makan" agil yang menghiraukan perkataan gilang.
"Kau tidak apa-apa kan? kenapa kau sangat lesu?" suara gilang terlihat mengoda.
Karena tidak jelas randi menarik baju gilang dan menyuruhnya duduk.
"Siapa yang menyiapkan ini?" tanya agil.
"Maaf hanya ada jamur disini" malucia menjawab.
"Kau kenapa baru bangun, pas malam ngapain aja" randi menyindir, seperti mewakilkan gilang yang baru saja juga akan menanyakan itu.
"Kau tidak hilang ingatan bukan?" tanya gilang.
"Kenapa sih kalian, aku biasa saja" ucap agil seraya masih mengunyah jamur itu, malucia yang duduk yang terlihat kebingungan.
"Aku kenapa emang?" lanjut agil.
"Bercocok tanam kah tadi malam?" tanya randi.
"Tadi malam cuma jalan-jalan cari angin lhoh"
Jantung malucia kembali berdetak dengan kencang, apakah randi dan gilang melihat aksinya itu dengan agil?
Agil yang tidak begitu mengubris pembicaraan randi dan gilang, ia terus melanjutkan makananya itu, mencium bau yang menyegarkan dari masakan jamur.
"Aroma jamur aja enak begini apa lagi daging ya" ucap agil seraya mencium aroma masakan.
"Yang membantu aku masak randi sama gilang, ingin membangunkanmu randi bilang ia tidak tega" malucia tersenyum tipis.
"Lhoh kenapa?" mata agil nenatap tajam randi.
"Sudahlah, ga penting juga, ini dimakan" randi menyodorkan piring dimeja.
"Takutnya kamu lelah sayang, kan tadi malam habis mengeluarkan energi" ucap gilang dengan nada yang mengeledek.
"Sialan apaan?"
Randi pikir sepertinya agil sok bodoh dan sok tidak paham, padahal dengan jelas mereka tadi malam seprti melakukan sesuatu, beberapa kali gilang menanyakan hal itu, tapi yang membuat berbeda dari pemikiranya adalah gilang pikir malucia menyedot energi agil dan membuat agil seperti lemas tidak berdaya.
Mereka bertiga lalu duduk siap makan masakan itu, terlihat begitu mengiyurkan.
"Dimana elangmu itu?" gerutu gilang yang mulai kelelahan karena perjalanan mereka.
Setelah memakan masakan yang menyegarkan buatan malucia, mereka berempat melanjutkan perjalanan mereka, karena seperti perkataan malucia ia akan membantu agil, randi, dan gilang mencari jawaban, sebenarnya lebih mudah melakukan perjalanan menggunakan elang milik malucia namun sampai saat ini elang itu tidak kembali.
Malucia menunduk tersenyum tipis, "Nanti ia juga akan datang sendiri kok"
"Kita jalan udah berapa jam ini? kenapa ga sampai ketujuan berikutnya, dari tadi lihat tumbuhan jamur, sampai mau mlukok" gilang menghentikan langkahnya seraya terengah-engah.
Dengan keringat yang bercucuran agil lalu berhenti karena perkataan randi itu, sebelumnya agil terus mengikuti malucia yang mempimpin perjalanan.
"Ayo gaes, sepertinya hampir sampai kok" nafas agil terengah-engah.
"Maafkan aku teman-teman, nanti juga elangku akan datang kok, kita jalan aja dulu" ucap malucia.
"Memangnya kenapa dia bisa ilang?" tanya randi.
"Dia butuh makan juga kan, kebetulan elang tidak suka jamur jadi dia harus cari makan" malucia lalu beranjak.
Agil, randi, dan gilang saling tatap aneh.
Selang beberapa menit, mereka menemukan sebuah danau biru yang jernih ditengah-tengah hutan jamur, sama seperti jamur yang bercahaya danau biru itu pun dari dasar mengeluarkan cahaya.
"Apakah tidak ada monster di dalamnya?" tanya agil.
"Tidak ada hewan dan monster di hutan ini, jadi sesuka kalian ingin melakukan apapun" malucia duduk di batang pohon tepi danau.
Danau itu tidak terlalu luas, tetapi terlihat sangat jernih, danau tersebut dikelilingi jamur berwarna ungu yang menyala, bahkan terlihat tenang.
Agil, randi, dan gilang dengan cepat meminum air dari danau itu karena selama perjalanan mereka tidak membawa apapun.
"Boleh diminum kan?" tanya randi.
Malucia hanya mengangguk.
"Tujuan kita ke kota yang dimaksud kan?" agil bertanya.
Raut wajah malucia sedikit berubah, seperti ada yang menghalangi.
"Ada apa?" tanya agil.
"Tidak apa-apa, benar kita akan menuju ke tempat yang aku jelaskan, dimana kalian akan tahu, tempat apa ini dan kenapa kalian bisa disini" malucia lalu berdiri, beberapa menit mereka istirahat dan yang dilakukan agil hanyalah duduk dekat malucia dan saling bercerita entah tentang apa, randi selalu mengamati gerak-gerik malucia, dia berpikir sepertinya ia terkenal gombalan maut agil, atau sepertinya agil sedang memata-matai wanita itu? mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka
"Ada apa dengannya?" tanya randi berdiri.
"Sepertinya ada sesuatu yang ia rahasiakan" agil menjawab.
"Aku akan mengetahui secepatnya apapun itu, dan kita akan kembali kedunia kita"
Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, mereka sampai diperbatasan antara hutan jamur dan disebuah perdesaan, hanya beberapa tapi sepertinya ada banyak orang yang tinggal disana, ataupun tidak ada sama sekali, mereka bertiga lega melihat ada beberapa perumahan disana, rumah kecil itu dikelilingi padang rumput yang luas dan beberapa tumbuhan bunga yang tumbuh disetiap padang rumputnya, tidak lupa dibelakang rumah itu terdapat tebing yang menjulang tinggi.
Mereka berlari menuju kerumah itu, mereka dengan cepat mengetuk pintu.
Deg, betapa kagetnya mereka ketika pintu itu terbuka, karena yang membuka pintu itu adalah manusia kerdil.
"Ohhhhh ****!!!!!!!!!!!" bentak randi.
Agil dan gilang melongo kaget, sedangkan randi lari ke arah malucia yang masih dibelakang mereka.
"Apakah kalian takut?" tanya manusia kerdil itu.
"Tii....ti..dak" jawab agil seraya menyentil tangan gilang karena sedikit merasa takut.
"Mari masuk" manusia kerdil itu mempersilahkan masuk.
"Jangan takut dia baik kok" ucap malucia yang tiba-tiba sudah ada didepan mereka seraya membawa randi yang terlihat ketakutan.
Manusia kerdil itu berjalan kearah meja dia lalu mengambil sebuah buku, tepatnya buku yang sudah kotor, tua, dan berbau debu lalu ia kembali berjalan kearah mereka berempat menyodorkan buku itu.
"Ini apa?" tanya agil penasaran.
"Ini adalah sebuah perjalanan dimana kalian akan tahu kisah dinegeri ini"
Karena penasaran randi membuka buku itu dengan spontan dan membuka halaman, yang dilihat mereka hanya ada satu manusia kerdil disini, bahkan sempat agil menanyakan siapa nama manusia kerdil itu namun yang dibalas hanyalah sautan yang tidak mengenakan, mencoba bertanya kepada malucia namun sama saja ia tidak tahu nama manusia kerdil itu, yang malucia tahu hanyalah ia adalah yang menjaga hutan jamur, dan ia sering memanggilnya dengan sebutan paman.
"Hah?" randi bingung karena buku itu kosong.
"Memang kosong, kalian belum memulai perjalanan di negeri ini, jika sudah memulainya maka sebuah kata perkata akan muncul membuat sebuah petunjuk untuk kalian, bahkan malucia pun tidak pernah tahu" ucap manusia kerdil itu.
"Apakah banyak orang-orang yang tersesat sama seperti kita? lalu mereka memulai perjalanan mencari petunjuk?" tanya agil.
"Sebagian besar mereka putus asa karena perjalanan mereka yang tidak terselesaikan dengan baik, aku berharap kalian menyelesaikannya dengan baik, bahkan bisa mengubah negeri ini" manusia kerdil itu berjalan membelakangi.
"Aku ingin bertanya" ucap gilang.
"Kenapa kita bisa ada dinegeri ini? kenapa seperti dunia dongeng? ini nyata atau mimpi?"
"Disetiap penjuru dunia, ada berbagai portal dimensi, dimana pun berada bahkan orang-orang tertentu bisa menggunakan dimensi itu, ada banyak dimensi yang berbeda, dan kalian ini sedang masuk ke dimensi yang berbeda, mungkin bisa saja saya pergi ke duniamu?"
Randi terlihat kebingungan, ia sedikit tidak percaya dengan omongan manusia kerdil itu, yang dipercayanya saat ini adalah mimpi, tapi manusia kerdil itu menyakinkan mereka bahkan ini adalah nyata, dan ini adalah awal dari perjalanan mereka, sempat tidak mengerti tentang pembahasan ini, namun manusia kerdil itu menjelaskan secara detail, menjelaskan selama beberapa jam, mereka hanya mendengarkan penjelasan yang tidak masuk akal menurut mereka.
"Kita bisa kembali ke dunia kita bukan?" tanya randi karena sebenarnya itu tujuan mereka.
"Bisa" ucapnya singkat.
"Ya sudah tolong kami!"
"Ikuti buku itu" ucap manusia kerdil itu seraya menunjuk buku yang dipegang agil.
Lalu manusia kerdil itu berlalu begitu saja, meninggalkan mereka yang masih bertanya-tanya, sebenarnya kenapa wanita itu membawa kami ke manusia kerdil ini? apakah ingin menyesatkan mereka, katanya ini adalah jalan yang seharusnya dilewati dimana ini adalah awal dari perjalanan, dan benar kenapa mereka mendapatkan buku ini karena mereka yang terakhir yang tersesat disini, bahkan malucia tidak bisa memberitahu itu.
Mereka bertiga masih bengong, lalu malucia memulai percakapan, malucia melihat raut wajah agil yang sedikit terlihat kelelahan, dan emosi, begitu pun randi dan gilang, malucia tidak bisa untuk menenangkan dan memberikan info bahkan merekalah yang terakhir tersesat disini, dan tidak akan ada lagi manusia seperti mereka yang tersesat didunia ini.
"Ada banyak kekuatan yang luar biasa dinegeri ini, bahkan kekuatanya bisa saja dipergunakan salah oleh orang-orangmu"
"Apa?" randi yang dari tadi duduk berdiri didepan wajah malucia.
"Aku hanya berpikir konyol seperti itu, kalian tahu bukan orang-orang kalian bahkan bisa membuat apa pun itu dengan teknologi, aku hanya berpikir begitu, bahkan buku itu walaupun kalian tidak tahu apa gunanya buku itu" ucap malucia.
"Semakin kesini semakin aneh, apakah kita bisa percaya padamu?" randi berkata.
"Apa katamu?" ucap malucia, entah kenapa ia merasa sangat emosi.
"Kita seperti dimainkan disini, mengikuti jalan pikiranmu, dan ini buku apa ini buku kosong!!! dan kau pikir kita bisa menggunakan buku ini? kalian tidak tahu asal kami kenapa sok tahu ha?" randi melempar buku itu dengan keras.
"Cukup ran" suara lembut agil.
"Bahkan aku berusaha untuk tertidur lalu membayangkan bangun-bangun kembali kedunia asal, tapi setelah membuka mata lebar-lebar masih di dunia menjijikan ini, benar-benar diluar nalar, sudah aku sudah lelah!!!" randi lalu beranjak keluar dan mendobrak pintu dengan keras.
Malucia terduduk merenung, benar ia tidak tahu apa-apa tentang kehidupan mereka didunia mereka, tapi bagaimana tidak? bahkan dirinya sendiri juga bingung seperti dipermaikan juga, dia tidak tahu apa-apa.
"Ran!!! ran!!!!!" agil mengikuti randi keluar, gilang duduk dan menepuk pundak malucia.
Malam pun berlanjut, disudut rumah dekat tebing randi duduk menatap kosong hamparan rumput luas, beberapa kunang-kunang menemaninya, udara dingin yang ikut datang dengan suara khas, malam itu tidak begitu banyak bintang, hanya ada beberapa, tetapi terlihat begitu menenangkan, ada bulan sabit yang mengintip disela-sela gumpalan awan, randi lalu merobohkan tubuh kekarnya dirumput, menatap keatas lalu memejamkan matanya.
"Sudah beberapa kali, untuk apa kuliah? kau bahkan selalu bolos, bolos, dan bolos, anak sialan"
Mata yang sudah memerah karena manahan tangis, dengan sisan energi randi menjawab.
"Apa salah ingin memperbaiki diri?"
"Lihat kakakmu, dia sudah cerdas pikirannya sudah matang dari dulu, dia kuliah dikedokteran, lihat dirimu, selalu menghambur-hamburkan uang, pergi entah kemana, bolos sekolah, ibu yang selalu dipanggil guru BK, dan lihattttttt dirimu???? kau ingin kuliah? tidak salah dengar"
"Kenapa selalu dibandingkan aku dengan si farhan itu? aku dan dia beda bu, bedaaaaaa"
"Kau tidak sadar? coba kau bisa membuka matamu lihat bapakmu, seorang tukang bengkel, sudah alhamdullilah bisa menyekolahkan farhan kedokteran bahkan farhan cerdas dan mendapatkan beasiswa, semoga farhan bisa membalasnya, dan sekarang dirimu?"
Air mata randi sudah bisa ditahan lagi, air mata itu jatuh ke pipi, sejujurnya randi ingin memperbaiki dirinya yang sempat nakal pada masa-masa sekolah SMA nya, dibahkan dikenal nakal oleh kalangan guru, namun cita-cita tak pernah sama sekali dilupakan, tapi ketika ia ingin melakukanya orang tuanya yang tidak mendukungnya.
"Ibu yang salah melahirkanmu!"
Deg.
"Ran, ran bangun rannn!!" tiba-tiba agil membangunkan randi yang sudah terlelap begitu lama.
"Kukira sudah pagi" jawab randi, malam saja baru dimulai?
Agil lalu membantu randi bangun dan duduk disampingnya memandang hamparan rumput yang luas bersama.
"Kau mimpi buruk?"
"Ah tidak, kenapa?"
"Kau berteriak sangat keras tadi"
"Ah mungkin karena terbawa mimpi kejadian tadi"
Lalu suasana menjadi hening.
"Ran, aku yakin kita akan kembali"
Randi menatap agil.
"Aku bahkan sempat berpikir kalau ini adalah mimpi, beberapa kali mencubit pipi tapi terasa sakit hahaha" agil tertawa.
"Aku ingin menjelajah sampai bisa kembali dan menemukan jawaban kenapa semua ini terjadi, orang-orang itu mungkin memiliki banyak rahasia yang mungkin tidak bisa di ungkapkan dengan sembarang orang" agil melanjutkan.
Randi hanya terdiam, kembali menatap kosong didepannya, angin masih berhembus terasa sangat dingin.
"Kau adalah orang yang sangat kuat diantara aku dan gilang ran, masak lagi segini aja udah mau nyerah, aku sempat sedih sih, karena Aku kehilangan semua yang ada didunia kita, tapi kau pernah bilang kan? kalau ingin menghilang dari dunia apa yang akan kau lakukan? kau menjawab, seberapa banyak perjalanan yang kau tempuh seberapa lelahnya dengan duniamu, kembali lagi kita ke asalnya, entah seberapa buruk masa lalu"
Agil berhenti sejenak, menghembuskan nafasnya yang berat dan mencoba memejamkan matanya.
"Aku pernah merasa sangat kesepian, bahkan sangking kesepiannya aku berusaha untuk mengambil obat dan meminumnya beberapa kali, tapi nyatanya aku masih baik-baik saja sampai saat ini, duduk bersama mu disini, dan aku berpikir tuhan masih sayang dengan diriku yang brengsek ini, masih banyak dosa dan tuhan berpikir seiring berjalannya waktu mungkin aku bisa memperbaikinya"
"Ran" agil menatap randi.
"Seburuk apapun itu yang kau jalani, dan tersesat di lingkaran kebencian, lakukanlah dengan lapang dada!!!!!!!! katamu kan? hahahahah, bukannya menangis dan menyerah, tapi berjalanlah hilangkan semua masalah" agil tersenyum sayu.
Mata randi tidak bisa ditahan lagi, ia menunduk menahannya tapi sia-sia air mata itu menetes dengan cepat.
"Aku rindu farhan" ucap randi spontan.
Agil menepuk pundak randi.
"Aku yakin, kita bisa melewati semua ini ran, kita kan kuat, sesuai dengan tubuhmu yang kekar, kau pasti bisa bangkit, kau masih punya tanggungan gilang, dia sedih kau seperti ini ran"
Randi lalu mengangkat wajahnya, setelah menunduk karena menangis, menatap agil dengan wajah yang dihiasi air mata itu.
Agil tersenyum, lalu merangkul randi.
"Lakukanlah dengan lapang dada!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
srikayaaauyyaw
randii kasiannn
2021-11-13
0