Masih terdiam kaku, terpatung, tanpa sedikit pun bergerak, agil mencoba untuk tetap sadar, bahwa ini nyata beberapa kali ia mencoba menarik nafas dengan tenang tapi tetap saja ia masih berada diatas awan ini, dan ini nyata adanya, randi dan gilang yang masih syok terduduk menahan tangis.
"Ayo kita pulang" ucap gilang dengan suara seraknya.
"Caranya?" jawab agil mendekat.
"Kita dimana gil, apakah kita sudah mati?" randi menyela.
"Aku berharap kita masih hidup, kita hanya tersesat"
Mereka mencoba menenangkan diri, walaupun masih syok dan takut, mereka benar-benar tersesat didunia yang aneh, suasana yang terasa mengerikan, bahkan burung-burung pun tidak ada sedikitpun yang melewati langit ini, hanya suara gemuruh air terjun disamping kanan kiri mereka.
Mereka duduk melingkar, berdoa agar diberikan keselamatan, agar bisa kembali kealam mereka. Waktu pun berjalan, matahari yang sedikit demi sedikit tenggelam, dam bulan yang mulai merangkak naik, suasana menjadi semakin petang, mereka hanya duduk diatas awan dan merasakan hawa dingin yang luar biasa.
"Kita cukup disini saja, sampai keajaiban datang" suara gemetar agil terdengar.
"Aku bahkan sangat lapar dan kita kedinginan disini" ucap randi.
"Kita bisa mati kedinginan atau mati kelaparan?" ucap gilang.
Agil berdiri dengan tubuh yang gemetar ia mencoba berjalan kearah depan.
"Kau mau kemana gil, jangan bilang mau loncat" tanya randi.
"HUAAAA!!!!" Agil berteriak.
"Buset dah" ucap gilang kaget.
Suara agil yang bergema seperti melampaui langit-langit, benar-benar terasa sepi hanya ada suara agil yang berteriak dan air terjun yang terus bergemuruh.
"Sama sekali tidak ada orang" agil kembali duduk.
"Apakah hanya kita yang tersesat disini?" agil melanjutkan.
"Gil aku minta maaf, semua kesalahan yang pernah aku buat, dan ran aku juga minta maaf sering ngajaki main bareng waktu kau lagi kerja" ucap gilang meneteskan air mata.
"Bukan waktunya bercanda o'on" gerutu randi seraya menampar pipi gilang.
"Kau ngapain minta maaf, kita masih bisa selamat kalau ada usaha" jawab agil.
"Usaha bagaimana gil, coba kau teriak lagi apakah ada orang yang menjawab?"
Lalu randi dengan tenaga yang cukup kuat, berteriak dengan kencang.
"HALLO!!!!!! uhukkk... uhuk.." suara randi yang sudah semakin serak karena kedinginan.
"Kita ga bisa kayak gini terus gil, kita kedinginan disini" kedua tangan gilang terus digesek tanpa henti.
"Kalau dipikir, kita masuk ke parkiran lalu keluar, dan kita ada disini apakah masuk akal?" randi bertanya.
"Apakah kita mati?" tanya agil.
"Gil kalau kau sudah seperti itu, tidak bisa la aku positif thingking" gilang merengek.
"Tidak tidak, kita bisa selamat" agil mencoba menguatkan.
"Hari semakin petang, apa kabar dengan kita?" ucap randi.
"Awan ini seperti kapas coba dicabut, lumayan tidak?" agil mencoba mencabut.
Gilang kelagepan mencabut, dengan tubuh yang gemeteran gilang mencoba menempelkan ke tubuhnya, sekiranya apakah bisa menghangatkan tubuh walaupun hanya sedikit.
"Gil masih dingin" gerutu gilang.
"Tidak apa-apa deh lang, timbang sama sekali tidak, kau bisa mati" jawab randi seraya mencabuti awan dibawah mereka.
"Ini benar-benar seperti kapas, apakah awan dialam kita seperti ini?" tanya gilang.
"Kau sekolah tidak?" tanya randi.
"Ya karena bodoh makanya disekolahkan" ucap gilang santai.
Randi menggeleng dan menampar pipi gilang.
"Aku berharap setelah matahari naik, kita sudah ditempat kita, ayo cobalah tidur karena tubuh kita harus butuh tenaga exstra" ucap agil.
Suasana semakin petang, hanya suara air terjun yang terdengar seperti bernyanyi seperti sengaja membuat mereka tertidur dengan tenang, tapi tidak dengan gilang, ia masih merasa takut sesekali ia menutup, dan membuka mata beberapa kali dan berharap ketika membuka mata keajaiban datang, kembali ketempat asalnya, ketika mencoba menutup kembali matanya, terdengar suara elang yang mengglegar, gilang terbangun kaget, mengamati keadaan sekitar tapi seperti biasa terlihat sepi dan menjijikan, batin gilang.
"Ah mimpi kalik ya?" ucap gilang lalu ia melanjutkan menutup matanya.
"Kyaa!!!!" suara elang itu terdengar lagi.
Gilang terbangun dan sesegera mencari keberadaan elang itu.
"Ditempat yang sepi begini ada elang?" gilang mencoba bangkit dan melihat sekitarnya, mencoba diam dan mendengarkan, tapi masih sama saja terdengar gemuruh air terjun saja.
"Dasar sialan" gilang membalikan tubuhnya dan mencoba tidur kembali.
"Kya!!!!" Elang itu menampakan wujudnya didepan gilang.
Gilang melongo kaget, dan tubuhnya bergemetar tak aturan, Elang besar dengan sayap emas, dan memiliki kuping yang runcing, mata biru dengan pupil yang berkilau.
"HAAAAA!!!!!" Gilang terjatuh pingsan.
Agil dan randi terbangun dengan kaget, dan Deg.
"Apa-apaan ini sialan!!!" gerutu randi masih kaku terdiam menatap elang yang masih melayang didepan mereka.
Agil dan randi melongo kaget dengan apa yang dilihatnya didepan, benar-benar elang yang sangat besar.
"Apakah aku mimpi gil tolong tampar bokongku!" randi masih melongo.
Agil hanya diam kaget dan seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, mata agil menjelajah ke tubuh elang itu, tubuh besar, dan seperti monster, elang itu terus bersuara.
Tiba-tiba elang itu mendarat ke awan, seseorang turun dari punggung elang, dan meloncat kearah mereka.
"Apaan-apaan itu gil, siapa dia gil!!!" randi berteriak mundur karena seseorang itu terus maju mendekat.
"Tersesat?" tanya seseorang itu yang sudah berdiri didepan agil, agil masih melongo kaget.
Seseorang yang mengendarai elang adalah si wanita cantik, bermata biru mengkilap, berpakaian kain putih sutra yang seperti kehabisan bahan, dan terlihat transparan, kupingnya panjang runcing, dan gigi kiri kanannya panjang seperti vampire.
Ketika melihat apa yang ada didepannya agil mencoba mundur selangkah, tapi wanita itu terus mengikuti langkah agil dengan kebingungan.
"Aku bertanya apakah kalian tersesat?" wanita itu bersuara.
Suara itu terdengar biasa saja, dan bahkan bisa berbahasa seperti kita, siapakah dia? batin agil.
"Siapa kau!!! kenapa omonganmu seperti kita" ucap randi dengan gemetar.
"Tenang tenang jangan kaget, duduk duduk" wanita itu mempersilahkan duduk.
"Tidak, jelaskan dulu siapa kau" agil mencoba menyela pembicaraan dengan rasa takut.
"Ya sudahlah, aku malucia" wanita itu menyodorkan tanganya.
Agil dan randi masih terdiam mematung.
"Aku hidup didunia ini, dan aku yakin kalian pasti tersesat, akan aku bantu" wanita itu menurunkan tanganya.
"Kya!!!!" elang itu terus bersuara dengan keras.
"Sialan!!!" randi kaget.
Malucia lalu mencoba menenangkan elangnya itu, seraya menjelaskan.
"Selamat datang di kota majestic, disini adalah awan liodra tempat istirahat pangeran aleris" wanita itu terus menjelaskan seraya mengelus kepala elangnya.
"Apa maksutmu?" tanya agil.
"Ditempat ini adalah portal antara duniamu dan duniaku, dulu sekali sebelum semua menjadi indah, tempat ini pernah disinggahi oleh pangeran yang bernama pangeran aleris"
Agil dan randi terdiam semakin penasaran.
"Ya, yang mungkin kalian akan tanyakan adalah bagaimana kalian bisa ada disini bukan?" wanita itu berjalan mendekat.
Malucia lalu melanjutkan, agil dan randi masih syok dengan apa yang ada didepan mereka seperti tidak nyata, tapi seperti biasa ini adalah nyata adanya.
"Sepertinya didunia kalian ada beberapa portal yang bisa sampai di beberapa awan ini dan kalian tidak sengaja melewati tempat itu"
"Berarti tidak hanya kami yang diawan ini?" tanya randi penasaran.
"Mungkin, tetapi diwaktu yang berbeda bisa jadi"
"Aku masih bingung kenapa kami bisa sampai disini" agil bertanya.
"Aku tidak tahu pasti, karena aku bukan orang penting" malucia menundukan kepala.
"Apa maksutmu?" ucap agil.
"Aku tidak percaya dengan omonganmu" tiba-tiba gilang sudah terbangun dibelakang mereka.
"Jelaskan siapa dirimu" gilang melanjutkan.
"Aku malucia, aku adalah seseorang seperti kalian tapi berbeda, orang yang diberi kelebihan lebih dari manusia yang hidup, disini tempat kami yang bisa kami andalkan dengan beberapa teman baik seperti elangku ini, dan bisa diandalkan kemana-mana" malucia itu menjawab.
"Jadi ada banyak orang-orang sepertimu disana?" randi bertanya.
"Ya tentu ada banyak sekali orang-orang sepertiku disana, istana juga perdesaan juga" malucia menjelaskan.
Agil masih merasa janggal dengan apa yang malucia jelaskan, sedangkan randi sepertinya ia benar-benar merasa bingung sama-sama kebingungan.
"Akan aku bantu kalian" ucap malucia.
"Tunggu, katamu mungkin ada orang-orang seperti kita yang datang kemari diwaktu yang berbeda mungkin berarti banyak orang-orang seperti kita disana?" randi seperti tau apa yang dipikirkan agil.
Malucia menunduk.
"Tidak tahan lama mereka mengakhiri hidup mereka disini"
"Jelas!!! bagaimana tidak kita sedang asik menepi didunia kita tiba-tiba langsung terbawa kesini apakah lucu?" gerutu gilang.
"Jaga omongan mu lang" ucap agil.
Agil melanjutkan.
"Kita akan ikut denganmu"
"Jangan gila kau gil" teriak gilang.
"Kau tidak mempercayai dia?" agil beranjak diikuti randi.
"Ha ran?" gilang kebingungan.
"Mau cari tau gak kenapa kita bisa sampai disini?" randi menaiki elang itu.
"Ayo" agil mengadeng tangan gilang dan membantu gilang naik ke punggung elang.
Mau tidak mau mereka akhirnya mengikuti wanita itu, walaupun sudah beberapa menit berdebat, tapi percuma berbedat pun dengan wanita itu tidak akan paham, karena wanita itu sepertinya juga tidak mengerti kenapa agil, randi, gilang, dan orang-orang bisa terjebak ke dunia seperti ini.
Seperti difilm mereka terjebak dan masuk didunia yang sangat aneh, dan seperti imajinasi yang dibuat-buat, beberapa kali mereka masih menganggap bahwa ini adalah mimpi tapi, ketika menyadarkan diri sendiri ino benar adanya.
Setelah berdebat sangat lama, gilang menyetujuinya, sempat randi dan gilang menolak karena bisa saja wanita itu monster dan akan membawa mereka ke sarang dan menjadi lalapan wanita itu, tapi agil berusaha meyakinkan mereka berdua bahkan wanita ini sepertinya memang baik, mereka selalu percaya agil karena seperti yang diketahui ia cerdas.
Mereka pun terbang menaiki elang besar itu, terbang ke punjuru langit, langit yang diisi dengan beberapa air terjun, indah bagaikan surga, mereka sesekali merasa bergemetar ketika menaiki punggung elang itu karena terbang terlalu tinggi dan cepat, bahkan setiap detik elang itu tidak henti-hentinya nengeluarkan suaranya yang membuat telinga sakit.
Mereka berjajar menaiki punggung elang itu melewati beberapa awan yang dihiasai air terjun itu.
"Dimana asal air terjun itu?" tanya gilang setengah berteriak.
"Ha???" ucap agil didepan tidak mendengar perkataan gilang, karena angin yang kencang diatas.
"Dari mana asal air terjun itu!!!!!!" gilang berteriak.
"Ahhh, heh kau dari mana asal air terjun itu?" tanya agil kepada malucia yang fokus mengendarai elang.
"Dari awan" teriak malucia, suara mereka terdengar kecil terbawa angin.
"Dari awan lang!!" agil berteriak diteruskan ke randi.
"Dari awan bodoh kau lihat sendiri" ucap randi.
"Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena takut, coba kau lihat kebawah ran, benar-benar tempat yang brengsek" gerutu gilang.
"Ogah, aku aja takut ketinggiaannnnnn" tiba-tiba elang itu melaju dengan cepat.
Mereka bertiga berteriak.
"HUAA!!!"
Malucia tersenyum menghadap kebelakang, menatap tiga pria penakut itu.
"Hei hei lihat kedepan mu wanita bodoh bisa-bisa elang ini melaju tanpa tujuan" ucap randi berteriak.
"Santai saja, elangku ini sudah hafal jalannya" malucia masih terseyum tipis.
"Didunia kalian apakah ada yang seperti ini?" tanya malucia.
Mereka bertiga saling tatap.
"Ada tapi lebih enakan dikit" jawab agil sedikit ragu.
Setelah menempuh perjalanan jauh mereka akhirnya melewati perbatasan antara awan liodra menuju hutan gugur.
"What the hell?" gerutu randi menatap kosong didepannya.
"Sangat sangat indah" ucap gilang.
"Ada apa dibawah? apakah tanah? atau?" tanya agil
"Lautan" jawab malucia.
"Hah pohon bisa tumbuh di lautan? batangnya tinggi banget" ucap gilang penasaran.
"Ya seperti inilah pohon pahit" jawab malucia.
Sesekali mereka melihat kearah bawah, benar-benar seperti jurang sangat curam dan terlihat gelap.
Hutan gugur yang tinggi menjulang kelangit, dedaunan yang tampak kekuningan berjatuhan ke bibir awan, burung-burung yang terbang melayang mencari udara yang sejuk, matahari pun muncul, dengan sinar yang mencolok menyinari pepohonan gugur ini, cobalah lihat ini benar-benar indah bukan.
"Wau benar-benar mengaggumkan"
"Ini adalah pohon pahit, pohon raksasa coba lihat batangnya kita bisa berhenti disana untuk beristirahat" ucap malucia
"Kok bisa pahit, emang pohonnya pahit?" tanya gilang penasaran.
"Ini adalah dimensi lain dari kerajaan majapahit kalian tahu kan? dulu sekali ini" ucap malucia menjelaskan.
"Wau berarti bisa dikatakan ini tempat kerajaan majapahit ya kalau di dimensi dunia kita bertiga?" tanya randi.
"Benar"
Mereka masih mendengarkan penjelasan dari malucia, seraya ia mengendarai elangnya itu, kanan kiri mereka pepohonan raksasan yang besar menjulang tinggi batang pohon yang besar daun-daun berguguran indah, beberapa awan putih yang menemani perjalanan mereka.
"Kenapa kau berbicara bahasa seperti kita, apakah memang dikota ini berbicara bahasa yang sama seperti kita?" tanya agil.
"Tidak juga, dikota ini banyak sekali suku di perdesaan, yang bisa berbahasa seperti ini hanyalah dikota tertentu saja"
Agil, randi, dan gilang mengangguk mengerti.
"Kau kenapa ke awan liodra?" tanya agil penasaran.
"Aku selalu diberi tugas seperti ini, saat itu aku sedang istirahat berjalan-jalan kemana pun berada mencari makanan, saat sedang dihutan pahit aku mendengar teriakan seseorang, dan karena aku hafal beberapa orang yang dulunya sudah terjebak di awan liodra jadi aku menyusul suara itu, aku bersyukur kalian malah sedang asik tertidur"
Mereka tersipu malu.
"Berapa banyak orang-orang seperti mu disana" tanya gilang.
"Banyak lah, seperti ditempat kalian, tapi bedanya mereka bermacam-macam bentuk"
"Hah gilak kalik, aku ga bisa kesana takut duluan" gerutu gilang.
"Tidak apa-apa mereka baik kok, asal sopan saja" jawab malucia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Wiwin Nay
definisi ingin pindah alam dengan kehidupan yang lebih baik dari skrg....
2024-10-10
0
Hmmm
keren thor
2021-12-04
0