Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan, menelusuri hutan pahit yang jauh, mata mereka bertiga sudah terlihat memerah kantuk mulai berdatangan, apalagi perut mereka masih kosong tetapi mereka harus terus waspada kepada elang raksasa ini, selain terbang yang terlalu cepat, malucia mengendarai elang juga sangat mengerikan.
"Kalian terlihat lapar dan lelah" ucap malucia.
"Ya tentu lah bagaimana tidak?" jawab gilang.
"Dari tadi kita terbang didaerah hutan ini-ini saja" ucap randi matanya menelusuri sekitar hutan.
"Iya, kita hampir sampai kok ditempat istirahat" jawab malucia.
Tanpa basa-basi mereka terbang menuju tempat istirahat yang dikatakan malucia.
Mereka sampai disebuah tempat dimana tempat itu dipenuhi dengan tumbuhan jamur yang bercahaya seperti lampu, kanan-kiri mereka terlihat mengkilap, jamur itu dipenuhi dengan cahaya yang terang, tempat itu menjadi terang, beberapa jamur yang besar dan kecil, ada sebagian jamur yang besar dijadikan rumah beberapa orang-orang seperti malucia untuk istirahat disaat mencari makanan.
"Disini tempatnya untuk mencari berbagai macam makanan" kata malucia seraya berjalan beriringan bersama agil, randi, dan gilang dibelakangnya yang sibuk menatap aneh tempat itu.
"Banyak makanan?" tanya agil penasaraan.
"Ya banyak disini" jawab malucia.
"Apakah tidak ada yang beracun?" tanya gilang.
"Ada yang beracun ada yang tidak"
Malucia lalu berhenti mengambil sebuah jamur yang bercahaya seperti lampu berwarna kuning.
"Ini bisa dimakan" malucia menunjukan kepada mereka bertiga.
"Dimasak dulu kan?" raut wajah gilang sedikit takut.
"Langsung dimakan juga tidak masalah, coba aja" malucia menyodorkan jamur itu kepada agil.
Agil lalu menerimanya dan mencoba memakan.
"Gil kalau kau hilang ingatan, coba lah tatap aku terima kasih selama ini sudah menjadi teman brengsek ku, terima kasih uang bulananya buat top up game" Ucap konyol gilang.
Randi menampar pipi gilang dan berkata.
"Lang kau gausah kuliah langsung jadi actor aja" randi menimpali.
"Sialan" gerutu gilang.
Agil lalu memakan jamur itu, seraya wajahnya yang kurang meyakinkan.
"Gimana gil?" tanya randi.
"Ga seburuk yang dibayangkan" ucap agil terseyum.
Malucia tersenyum menunduk, karena mereka sibuk dengan tumbuhan jamur itu mereka tanpa sadar bahwa elang milik malucia sudah terbang dan menghilang entah kemana.
"kemana perginya?" tanya agil.
"Santai saja dia akan kembali" ucap malucia.
"Ayo jalan lagi tempat istirahat kita masih lumayan jauh" malucia beranjak.
"Aneh gak si?" tanya gilang pertanyaan seperti mengarah keanehan wanita itu.
"Kita ikuti saja, kita cari tahu sendiri kalau dia tidak mau kasih tau detailnya" agil menjelaskan.
"Aku benar-benar merasa aneh, ini tempat yang lumayan indah, taman jamur lah kalau bisa disebutkan, banyak jamur yang bercahaya pula, kita seperti disebuah surga yang bercahaya" ucap gilang.
"Tentu indah sekali, seperti banyak hewan-hewan disana juga, kalau difoto bagus juga ya tempat ini, kebiasaan kita kalau keluar ga pakai hp, sekarang nyesel" gerutu randi.
"Coba lihat lah tempat ini, jamur-jamur yang berkelip-kelip, bayanganku banyak orang kerdil" ucap agi menakuti.
"Hah!!!!" ucap randi dan gilang bebarengan.
"Gilak kali gil, setengah pikiran ku juga tadi berpikiran itu, tapi ku tangkis" jawab gilang.
Malucia yang sudahh didepan meneriaki mereka yang masih berdebat di belakang.
"Hai ayo!!!!"
Tempat yang indah, langit yang biru seperti lautan, langit gelap namun dihiasi bintang dan bulan menemani mereka, tumbuhan jamur yang seiras dengan cahaya bulan redup, benar-benar seperti taman jamur di surga, ada beberapa rumah yang terbuat dari jamur, dihiasi jendela dan pintu diluarnya, taman jamur itu seperti cumi-cumi yang memiliki cahaya ditubuhnya, benar-benar tempat yang mengaggumkan.
"Hei kenapa hanya ada kita berempat saja ditempat ini?" tanya agil.
Malucia lalu menengok kebelakang setelah ia memimpin perjalanan.
"Nikmati saja tempat ini" malucia lalu melanjutkan berjalan.
"Dimana elangmu? apakah tidak apa-apa di tinggal disana?" ucap randi.
Gilang menampar pipi randi, randi kebingungan ada apa dengannya sampai harus ditampar?
"Tadi agil sudah tanya kok!!" ucap gilang, randi hanya memalingkan muka.
"Tidak apa-apa kok, nanti juga tahu harus pergi kemana" jawab malucia seraya berjalan.
Akhirnya mereka sampai disebuah rumah jamur yang lumayan besar, rumah itu dikelilingi jamur kecil yang merambat di beberapa pinggiran rumah jamur itu, didepannya ada beberapa tumbuhan jamur yang berbentuk seperti mangkok, berwarna ungu kebiruan yang berjajar rapi, jalanan menuju rumah itu dibentuk dengan batu-batu yang tertata rapi.
"Disini kah rumahmu?" tanya agil.
"Bukan, disini seperti ditempat kalian namanya apa ya sa..? saaa waa?"
"Ahhh sawah?" ucap gilang spontan.
"Ah iya itu" malucia tersenyum.
"Jadi ini gubukmu ya?" mata randi menelusuri rumah itu.
Malucia hanya mengangguk, lalu mengajak mereka masuk kedalam, mempersilahkan mereka duduk disebuah kayu, malucia lalu membuatkan sebuah minuman dari jamur berwarna biru.
"Hah apa ini?" tanya gilang kaget.
"Enak kok minum aja" ucap malucia.
"Warna biru gini? ini dari jamur tadi kau petik didepan rumahmu itu?" tanya randi.
"Iya enak kok manis, sudah aku masak juga jadi tidak akan terlihat buruk" malucia tertawa.
Lalu mereka meminum minuman itu dengan raut wajah yang tidak menyakinkan, lumayan juga batin mereka, lalu malucia kembali kedapur, menyiapkan masakan, ia memetik jamur yang merambat dirumahnya untuk dimasak.
"Silahkan, makanan sudah siap" ucap malucia seraya membawa mangkok berisi jamur itu untuk mereka bertiga.
"Ini kau tidak meracuni kita kan?" tanya randi
"Tidak" ucap malucia seraya mencicipi jamur yang ada di mangkok.
"Baiklah kita coba" ucap agil.
Lalu mereka memakannya.
"Sudah yakin aku kau hebat dalam hal memasak, enak ini lho" agil berkata seraya masih menikmati masakan malucia.
Malucia tersipu malu, entah dari awal ketika mata malucia bertemu dengan laki-laki bernama agil itu, setelahnya ia tidak bisa berpaling dari wajahnya yang tampan, sempat terlintas di pikiran malucia bahwa malucia terpesona, tapi ia tangkis ia tidak pantas mencintai laki-laki yang sempurna.
"Terima kasih" mata malucia masih menatap ke arah agil yang masih melahap makanannya, randi dan gilang menatap aneh ke arah malucia.
"Baru kali ini lihat kau merasa tersipu malu" ucap randi dengan raut wajah aneh.
Lalu agil menghentikan makananya dan menatap malucia, seketika malucia spontan menjauh dari mereka bertiga.
"Ah iya karena baru kali ini ada yang bilang masakanku enak"
Seketika keheningan pun terjadi dirumah jamur itu, hanya suara mangkok yang berbunyi, karena suara agil, randi, dan gilang yang sibuk makan dengan lahap, rasa canggung malucia semakin menjadi-jadi, ia menjadi salah tingkah.
"Ada apa denganmu?" tanya gilang.
"Ah tidak aku hanya sedang melihat-lihat dijendela" salah tingkah malucia semakin menjadi-jadi.
Disela-sela kecanggungan malucia ia masih sempat melirik agil yang masih sibuk makan, mata randi dan gilang tidak bisa jauh-jauh dari malucia mereka masih menatap aneh malucia itu.
"Ada apa dengan agil?" tanya gilang berbisik.
"Tatapan dia ke agil seperti menelaah seperti jatuh dan cinta" randi berbisik.
"Kau pikir monster seperti dia mencintai agil yang orangnya terlalu cuek, entah apa jadinya dia" ucap gilang.
"Hais aneh-aneh saja kau, habiskan makananmu" gerutu randi.
"Tunggu ran, kalau dilihat-lihat dari matanya kalau dia emang bawa perasaan ke agil? hanya karena agil memuji masakanya? apa monster-monster disini baper-baper ya orangnya?"
"Entahlah lang, udah makan aja ah sialan" ucap randi memalingkan wajahnya ke makananya.
Malam pun tiba, mereka bertiga beristirahat diruangan yang lumayan sempit karena gubuk jamur yang dibuat tidak begitu luas, ada beberapa kain yang tidak ada hangat-hangatnya, kain transparan berwarna putih untuk bawahan tidur mereka, beberapa kali mereka terbangun karena nyamuk yang menyantap tubuh mereka, randi dan gilang terlelap walaupun sempat beberapa kali terbangun kesal karena tempat yang tidak nyaman atau nyamuk yang hingap diwajah mereka, sedangkan agil merasa kesal tempat agil di penuhi dengan tubuh mereka yang tidak aturan, agil lalu memutuskan untuk keluar, dan mencari malucia, yang katanya memutuskan untuk tidur di meja tempat makan tadi.
Agil berjalan dan melihat melucia yang tertidur terlelap dimeja seperti tidak nyaman, agil menelusuri wajah dan tubuh wanita itu, apakah seperti monster? tetapi cantik batin agil, dia duduk dan menatap wajah malucia dengan heran.
"Apakah ada wanita cantik yang terlahir ditempat yang aneh ini" mata agil masih menatap malucia yang sedang tidur.
"Apakah aku bisa menyebutkan dirimu monster? tetapi terlalu buruk untuk berkata seperti itu karena kau cantik"
"Apakah aku akan percaya denganmu untuk mencari jalan kembali dari tempat mengerikan ini? apakah kau dapat dipercaya? jika kau menghianati kami, aku tidak segan-segan membunuhmu"
Seperti tahu apa yang dikatakan agil, malucia lalu terbangun kaget, spontan menatap kedua mata agil yang sedang duduk menatapnya.
"Ah maaf" agil lalu berdiri tersipu malu.
Begitu pun dengan malucia yang langsung duduk, dan tersipu malu beberapa kali ia merapikan rambut karena salah tingkah, ini adalah hal yang tidak disukai malucia sebenarnya, laki-laki yang membuat jantungnya berdebar karena sekali tatapan itu, mungkin ini terlihat gila karena belum apa-apa malucia sudah merasakan getaran jantung ketika pertama kali agil menatap malucia.
"Aku hanya penasaran denganmu" ucap agil.
Malucia lalu berdiri.
"Maaf aku juga spontan kaget"
"Tidak masalah"
Lalu mereka memutuskan untuk saling bercerita karena pertanyaan yang dilontarkan agil terlalu banyak, mereka duduk didepan rumah jamur seraya melihat langit yang dihiasi bintang dengan suasan dingin menyelimuti tubuh mereka.
"Kau bisa menyebutkan kalau aku monster, memang kata seperti itu cocok untukku" ucap malucia seraya menatap langit.
Agil hanya diam.
"Ini lah wujudku, wujud kami yang berada ditempat ini, beda dengan kalian"
"Sudah sempurna dimataku, karena semua manusia itu terlahir tidak sempurna namun bagiku semua sempurna" ucap agil menatap indahnya langit dimalam hari, malucia lalu menatap agil.
"Karena di dimensi berbeda-beda, kita juga berbeda, tapi jika kita berbeda namun sama?" lanjut agil, sebenarnya malucia tidak paham, dari dulu baru kali ini ia bisa merasakan perasaan yang aneh.
Sesegera malucia memalingkan wajahnya karena malu.
"Aku memiliki banyak teman, tetapi karena kami sama entah mereka menghilang"
"Semua itu tergantung kepada diri kita, percaya diri nomor satu, ku harap kau tahu apa itu percaya diri" agil menutup matanya.
"Dimana tempatmu tinggal?" agil bertanya.
"Tidak mungkin kan disini?" agil melanjutkan.
"Iya dikota, nanti juga kalian akan tahu" ucap malucia.
"Apakah mereka disini sama seperti diduniaku? sama saling jatuh cinta?" agil menatap malucia.
Malucia gugup, jantungnya berdebar tak beraturan, seperti tahu pikiran malucia agil menanyakan itu, entahlah yang malucia tahu hanyalah cinta pada pandangan pertama karena ini pertama kalinya malucia bisa terpesona sampai ia tidak berkedip dan susah untuk berpaling.
"Sa...maa, sama, jatuh cinta, bedanya tidak ada tradisi disini, mereka jatuh cinta lalu menjalani hubungan yang begitu indah, dan melahirkan anak mereka"
"Menjalani hubungan yang begitu indah apakah itu?" raut wajah agil berubah.
Malucia spontan kaget.
"Ahhh tidak, maksudku menjalin hubungan sebagai pasangan hidup" senyum terpaksa malucia.
Agil tertawa.
"Kau lucu juga, pipimu memerah" seperti buaya pada umunya, agil mengoda.
Malucia segera menyentuh pipinya seraya tersipu malu.
"Kau pernah memiliki pasangan?" agil bertanya.
"Belum pernah, aku belum pernah merasakan bagaimana jatuh cinta, selama hidup aku hanya seperti ini"
Agil berdiri dan menatap malucia dibawahnya, lalu wajahnya mendekat ke wajah malucia.
"Kau akan merasakan rasanya jatuh cinta, cia." ucap agil lalu beranjak untuk masuk kedalam namun ditahan oleh malucia, ia memeggang tangan agil, entahlah ini akan aneh atau tidak tapi sepertinya agil tahu jika tangan malucia gemetar.
"Tunggu akan ku tunjukan sesuatu untukmu?" agil lalu kembali duduk disamping malucia.
Malucia lalu menutup kedua matanya, keningnya memunculkan sesuatu yang aneh, seperti cahaya biru, kedua tangan malucia mengangkat kedepan, suara angin berdatangan, membuat beberapa daun jamur berterbangan, agil spontan kaget melotot menatap apa yang ditunjukan oleh malucia, ia sampai tak berkedip, malucia lalu membentuk sebuah hati dari kepingan jamur, yang ia buat dari angin itu, malucia lalu membuka matanya, matanya berubah sedikit lebih cerah dan bercahaya, menatap agil.
"Wow luar biasa, apakah kau baik-baik saja?" ucap agil seraya matanya tak henti-henti menatap jamur yang berbentuk hati itu.
"Cantik bukan?" malucia masih membentuk jamur itu dengan kedua tanganya, keningnya masih menyala.
"Kau?? woww luar biasaaa" agil menganggumi, seraya beranjak mendekat ke arah hati itu.
"Kau memiliki kekuatan kah? atau aku hanya mimpi?" agil masih tiidak percaya.
"Ini nyata didepanmu" lalu seketika malucia menurunkan kedua tanganya, membuat jamur yang berbentuk hati itu berjatuhan, keningnya yang sudah kembali seperti semula, matanya pun kembali biru tak bercahaya.
Agil kaget.
"Kenapa berhenti??? lagi asik-asik nya juga"
Malucia mendekat ke aarah agil yang masih terdiam, kali ini setelah mengeluarkan sedikit energi rasanya sudah tidak gemetar seperti tadi.
"Salah satu kelebihan kami adalah memiliki kekuatan, dan aku memiliki kekuatan angin" malucia memandang wajah agil yang masih terdiam.
"Semua mon... eh orang-orang disini memliki kekuatan?" tanya agil.
"Iya" malucia menunduk.
"Wow kau luar biasa bisa membentuk hati dari serpihan jamur, kerennn kerenn" agil berteriak dan mengacungkan jempol.
"Terima kasih" ucap malucia tersipu malu.
"Bisa ding aku diajari pengen punya kekuatan kayak avatar" agil bercanda.
Mereka pun tertawa, apakah aneh? ketika pertama kali melihat sudah jatuh cinta? bukan jatuh cinta ya? lebih ke terpesona? yang dilakukan oleh malucia wajar saja, karena ia terpesona dengan pandangan pertama, ia bersyukur akhirnya bisa dekat dengan agil dan bisa bercerita dan menunjukan asal-usul dirinya, malam itu banyak cerita yang dilontarkan agil dan malucia, bahkan sampai malucia yang merasa canggung menjadi biasa-biasa saja karena perkataan agil yang selalu terlihat menghangatkan.
Malucia wanita polos yang butuh ceramah soal percintaan, dan soal perasaan, beberapa kali agil mengajarinya dan mepraktikan gaya andalan agil ketika didunianya, mempraktikan gaya buaya mengoda ke wanita yang diincar agil, bagaimana hati malucia bisa tenang? agil benar-benar pandai menghangatkan hati malucia, sampai malucia lupa kalau ia monster dan tidak bisa jatuh cinta dengan manusia seperti agil tapi hatinya tidak bisa bohong, bahkan pandangan pertama itu yang membuat pikiran malucia sedikit gila, entahlah kenapa malucia bisa sampai gila karena tatapan tak sengaja itu di awan liodra?
Pagi pun tiba, sinar mentari menerobos masuk kesela-sela jendela, burung-burung menyaut tanda waktunya bangun, suara angin yang berhembus sejuk, cahaya itu menyinari wajah randi yang tampan, dia teranggu oleh cahaya mentari, dan terbangun dengan kesal, sedangkan gilang, yang masih ngorok dengan perut yang berlihat.
"Dasar kebo" gerutu randi.
"Sialan, tidur tidak nyaman, udah pagi aja" randi beranjak.
"Lhoh agil dimana?" randi membuka pintu dan mencari keberadaan agil.
Mata randi melotot kaget dengan apa yang dilihat nya di depannya, agil tertidur dimeja dengan wanita monster itu, bahkan tangan wanita itu melingkar di tubuh agil?
"Apa yang terjadi tadi malam sialan? apa-apan kau gil, monster aja kau embat?" gerutu randi.
"Baru kenal udah main-main aja ya? gimana udah kenal dari dulu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Bie
lanjut...
2021-11-10
0