Dengan semangat yang membara agil, randi, gilang, dan malucia melanjutkan perjalanan, akhirnya elang milik malucia datang, dengan sayap yang besar elang itu turun ke permukaan, seraya menggibas-gibaskan kepalanya yang indah, sudah berapa lama ia mencari makan? bahkan untuk ukurannya yang besar seperti itu sangar baik jika tidak usah mencari makanan dan lebih memilih membantu perjalanan mereka waktu itu, karena tanpa elang itu mereka seprrti butiran debu.
Karena kejadian malam itu, randi sempat meminta maaf dengan manusia kerdil dan mencoba memahaminya, karena randi berpikir ada banyak rahasia yang mereka simpan dan itu tidak mungkin untuk di lontarkan begitu saja kesembarang orang, karena agil memotivasi randi, seperti biasa randi menyadari kesalahannya karena ia terlalu terbawa suasana.
"Hati-hati anak-anak" ucap manusia kerdil itu diambang pintu siap menyambut kepergian mereka berempat.
Disaut oleh agil, "baik paman!"
Gilang yang masih merasa geli akan manusia kerdil itu ia juga melampaikan tangan tanda salam perpisahan begitupun randi.
"Hei kemana saja kau ini" ucap randi menepuk leher elang itu yang besar.
"Mencari makan" dijawab oleh malucia yang malu-malu, karena sudah baikan malucia menjawab dengan spontan, namun masih merasa sangat canggung.
Mereka berempat pun naik dan mulai terbang ke atas, melewati tebing besar yang menjadi tempat persembunyian para manusia kerdil yang tinggal dibawahnya, mereka langsung diperlihatkan hutan-hutan dan sungai yang segar, hutan yang hijau, sungguh sangat lega batin mereka.
"Kita langsung ke tujuan bukan?" tanya agil ke malucia.
Malucia yang hanya mengangguk didepan.
Beberapa jam mereka terbang akhirnya mereka melewati sebuah hutan yang sangat gelap, hutan tropis yang selalu terlihat basah, dilumuri lumut dan banyak terdapat tanah yang becek.
Hutan itu terlihat sangat mengerikan, lumut-lumut yang menempel tidak beraturan, mereka berempat spontan kaget dengan apa yang dilihat didepan mereka, bahkan malucia yang tahu jalur perjalanan ini, tapi entahlah ini tidak sesuai dengan list perjalanan yang malucia biasa lewati, sempat membalik arah namun karena malucia tidak yakin membalikan arah, karena setahu dia, ini adalah jalan yang biasa malucia lewati.
"Apa-apaan ini?" ucap randi kaget.
"Entah kenapa bisa melewati ini? tadi saat datang kesini hanya hutan biasa yang biasa kulewati?" malucia terlihat bingung.
"Hei kau tidak menyasarkan kami kan?" ucap agil.
"Balik ku mohon balik saja kembaliiii jangan terus maju, cia balik cia!!" gilang berteriak.
"Aku yakin ini jalan yang selalu aku lewati tapi kenapa ini berubah mengerikan?" ucap malucia seraya memutar haluan.
Tanpa disadari ketika berputar ke belakang, terdapat segerombolan elang raksasa bermata merah, tubuh hitam, dan memiliki dua tanduk di kepala mereka, elang itu datang menyerang mereka.
"Kyaa!!!" suara elang itu saling bersautan
"Sialan!!!" gerutu malucia, lalu ia mencoba mengendarai elang miliknya untuk menghindar diudara, ia terus menghindar, melewati satu persatu elang hitam itu, elang hitam itu sangat cepat bahkan sangat kuat.
"Cia apa itu!!!" agil berteriak.
Seperti tubuh mereka digunjang oleh sesuatu yang tidak nyata, mereka terus menghidar, hingga bahkan mereka tidak menyadari ada banyak batang pohon yang mengenai tubuh mereka, bayangkan saja dibuat seperti permainan ombak banyu, tapi kali ini tidak ada pengaman sama sekali, tubuh digoyang dan digunjang dengan hebat diudara.
"Elang hitam, kalian pegangan elang ku saja!!!!!" ucap malucia.
Gilang menunduk menutup wajahnya bahkan ia menangis memohon agar bisa selamat, karena disituasi seperti ini apa yang bisa mereka lakukan, mata agil dan randi masih menyelusuri elang-elang itu.
"Ahhh" malucia terlihat sudah kehabisan tenaga.
"Cia elangmu seperti kehabisan tenaga" ucap agil.
Malucia lalu mengeluarkan kekuatan anginnya mencoba mengarahkan ke elang hitam itu namun sia-sia elang itu tetap terus mengejarnya dan semakin kuat.
"Kau?" ucal gilang kaget karena melihat kekuatan dari malucia.
Randi hanya melongo.
"Iya aku hanya bisa mengeluarkan angin saja dari tanganku, itu saja sangat lemah"
"Balik arah lagi, balik balik balikk" randi berteriak.
Malucia mengiyakan intruksi dari randi ia mencoba menghindar dan berbelok kembali, elang itu mengikutinya tetap mengikutinya dengan gerakan yang lebih gesit dari elang milik malucia.
"Yatuhan tolong kami, selamatkan kami" gilang tak henti-hentinya berdoa.
"Tenang, kita jangan panik" agil menjawab.
Malucia sudah mulai kelelahan, bahkan elang miliknya rasanya seperti sudah tidak kuat lagi untuk terbang dan menghindar dalam posisi didalam hutan ini, sesekali elang milik malucia menyundul batang pohon untuk menghindar elang itu berharap elang hitam itu terjatuh karena batang pohon itu mengenai tubuhnya, namun benar karena sepertinya elang hitam itu cerdas tidak mengenai tubuh mereka.
Malucia yang masih fokus menghindar dari elang hitam itu, sedangkan elang milik malucia sudah berkurang kecepatan terbangnya, malucia bingung kenapa hutan ini tidak ada jalan keluar, rasanya baru saja mereka masuk hutan, tapi kenapa mereka merasakan hutan ini sangat jauh untuk keluar?
Agil yang mencoba menurunkan sedikit tubuhnya dari tumpangan elang milik malucia itu, untuk mengecheck apakah elang milik malucia terlihat baik-baik saja, tiba-tiba elang hitam itu menatap agil yang sedang menurunkan sedikit tubuhnya, dengan cepat elang hitam itu mendorong tubuh agil, dan dengan cepat tubuh agil terjatuh kebawah.
"Ah tidak!!!!!!" agil berteriak.
"Agil!!!!!!!!" ucap gilang.
"Sialan" gerutu randi.
Suara mereka saling bergema, malucia menatap agil kebawah konsentrasinya menjadi pudar, elang hitam itu mencakar elang milik malucia, namun malucia bisa menangkasnya.
"Kekuatan muu!!!!!!! bodoh" randi berteriak.
Malucia mencoba lagi, namun angin yang dikeluarkan dari tangan malucia semakin mengecil dan lemah.
"Tidak, tidak bisa!" malucia berteriak.
Malucia dengan sigap, mengarahkan elang itu yang mulai turun menyelamatkan agil seraya mengeluarkan kekuatan dari tangannya untuk menarik agil, sayangnya kekuatan dari tangan malucia sangat lemah, malucia seperti ditarik, lalu malucia melepaskannya, ia melanjutkan mengendarai elang miliknya untuk terus mengejar jatuhnya agil ke bawah, bahkan elang hitan itu masih mengikuti.
"Ini akan mlorot ke bawah, pegangan yang kuat teman-teman"
Sebisa mungkin agil mencoba meraih beberapa batang pohon, untuk mendaratkan tubuhnya tapi sayang batang-batang pohon itu sangat licin, karena lumut-lumut itu.
"Brengsek" teriak agil.
"Gill raih batang pohon sebisa mungkin" randi berteriak.
Elang hitam itu masih mengikuti ke arah bawah, dengan kecepatan yang semakin kuat, malucia mencoba berteriak berharap elangnya menyadari bahkan ia butuh kecepatan yang maksimal, ia tidak mau kehilangan agil, ia tidak ingin agil mati, tidak untuk saat ini terlalu awal untuk kehilangannya.
"Ah tidak bisaa!!!!!" malucia berteriak.
"Ada apa!!!!!!!!!" gilang bertanya.
"Kyaaaaaa kyaaa"
"Elangku sudah kehabisan tenaganya"
"Lihat diatas kita sungguh sangat menakutkan elang-elang itu terys mengikuti kita" suara gilang sudah terlihat sesak.
"Cepat ayo cepat sayangku" ucap malucia seraya menepuk leher elangnya.
"Kenapa hutan ini sangat dalam mana daratanya!!!!!!!!" teriak randi.
Agil masih mencoba menyelamatkan diri dengan meraih batang-batang pohon, hingga ia melihat diatasnya sebuah elang hitam yang lebih besar dari elang-elang hitam yang lain, elang itu sangat cepat, bahkan cakarnya bisa membawa mereka bertiga pergi, elang itu dengan santai mengambil tubuh randi, gilang, dan malucia di cakarnya, dan membawa pergi hilang dari hadapan agil, bahkan elang milik malucia pun bisa di cakar oleh elang yang lebih raksasa dari elang-elang hitam itu, entah dia datang dari mana tiba-tiba datang dan menyambut hal yang tidak ingin agil lihat.
"Tidak, tidak!!!" gerutu pelan agil.
"Belok!!!!!!! belok!!!!!!" teriak agil.
Malucia, randi, dan gilang spontan menatap keatas, tanpa basa-basi elang besar itu menangkap mereka bertiga dengan cakarnya.
"Agil!!!!!!!!!!!" mereka bertiga berteriak
Agil hanya melongo kaget melihat apa yang ada diatasnya itu.
Elang milik malucia yang sudah terlihat lemas, lalu bertengkar dengan beberapa elang hitam dan akhirnya dibawah oleh elang-elang itu pergi, mata malucia tidak bisa berbohong lagi, mengeluarkan air mata, rasanya ini sudah saatnya untuk mati.
"Agil aku akan menemuimu!!!!!!!!!!"ucap malucia.
"Gil selamatkan kamiiiiiiiiiiiiii" ucap randi, tubuhnya tidak bergerak karena cakarnya yang sangat besar dan keras
"Tolong kamiiii gilllllllllllllll aku sangat ketakutannnnnnnn" ucap gilang dengan wajahnya yang penuh dengan air mata.
Mereka membawa randi, gilang, dan malucia pergi, mereka mencoba melepaskan diri dari cakarnya namun sia-sia, kekuatan mereka tidak bisa disamakan dengan elang besar yang membawa, seperti smeut dan gajah, bahkan jika elang itu menyantapnya bisa sangat mudah, randi dan gilang berpikir bahkan ini adalah saat-saat terakhir mereka, ellang-elang itu lalu pergi begitu saja tanpa menyisakan apa pun, bahkan menyisakan kepahitan, kepedihan, dan perpisahan yang sangat tidak ingin agil lihat dengan matanya, perpisahan terbrengsek batin agil.
Agil yang terdiam sesaat diudara mencoba menutup matanya, merasakah hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya ini, yang sedang melayang jatuh kebawah, pikiranya berjalan-jalan tak wajar.
"Bahkan aku saja tidak bisa menyelamatkan mereka bertiga, untuk apa aku bersemangat membara mencoba keluar dari dunia brengsek ini, bahkan dirumah pun bukan tempat yang aku inginkan, kenapa kau bersih keras ingin kembali? tidak ada yang mengharapkan dirimu pulang, kenapa kau masih bernafas disini?"
Tanpa disadari air matanya keluar, tangan kirinya menggepal dan menabrak diri ke dadanya yang bidang dengan keras.
"AH!!!!!!!!!!" agil berteriak.
"Apa yang sebenarnya terjadi disini? apa ini adalah jalan kematianku? dimana semua kesalahanku didunia akan dibalas disini? kehilangan orang-orang yang disayanginya, ibu seandainya kamu masih hidup mungkin aku tidak akan menyalahkan diriku sendiri, aku bahkan akan hidup seperti orang normal, benar aku akan mati saja, ini mungkin adalah jalan terbaik yang aku ambil, terima kasih"
"Dimakan gil" orang itu terus mengatakannya, telingaku sangat muak untuk mendengarkannya, aku masih diam bermain handphone.
Orang itu mendekat, dan merebut handphone ku.
"Dimakan, ada nasi goreng diatas meja gil" sorot wajahnya seperti merasa iba terhadapku, karena aku semakin hari terlihat semakin kurus.
Aku berdiri dan menatap orang itu.
"Kau siapa?" tanyaku, itu adalah sebuah pertanyaan bodoh yang aku lontarkan waktu itu, betapa bodohnya aku.
Wajah orang itu berubah, aku tahu persis matanya tidak bohong, seperti ingin menangis, tapi ditahan olehnya.
"Sampai kapan kau akan seperti ini?"
"Sampai aku tidak melihat ayah lagi" bodoh, benar bodohnya aku.
"Tidak, tidak bisa" ayahku menjawab.
"Apanya yang tidak bisa?" ucapku setengah berteriak.
Pada saat itu emosiku berlebihan, melunjak.
"Ayah ingin melihat kamu sukses dan harapan ibumu tercapaikan"
"Apa? tidak malu? setelah diam-diam menikahi ibuku kau berbicara seolah kau tidak merasa bersalah sama sekali? aku bahkan tidak diberitahu tentang pernikahan kalian, apakah kau tidak malu seperti itu?"
"Ayah hanya diam menunduk, aku tahu aku salah waktu itu, tapi aku tidak bisa menahannya lagi, sudah lama aku pendam, sudah lama aku simpan, dan benar ini adalah waktu yang tepat"
"Tapi aku salah, pada saat itu, ayahku pulang kerja tidak seperti biasanya, ia pulang awal, dan menyajikan nasi goreng untukku, karena aku dua hari hanya makan mie instan, kalian tahu? ayahku dipecat dari pekerjaannya, dan aku malah meluapkan emosi seperti itu?"
"Refa yang memberitahu ku tentang hal ini, ia yang mengetahui segalanya tentang semua yang aku tidak tahu, jujur dia bukan adik yang baik menurutku, dia adik tiriku dia selalu kasar kepadaku, tapi kasarnya itu yang membantu diriku bangkit, setelah kematian ibu, aku sempat beberapa hari stress karena yang kupunya waktu itu ibu, aku tidak mengenali mereka pikirku, dan kalian tahu? refa lah yang tanpa menyerah menyindir ku diambang pintu, meneriaki kasar diriku, waktu itu ingin rasanya ku pukul wajahnya, tapi hari ini aku menyadari dari kalimat kasarnya"
Agil membuka matanya, ia masih diudara masih menari-nari diudara, ia berharap diatasnya ada seorang ibu yang membantu ia untuk bangkit, tapi ternyata hanya kabut, hitam gelap, dan pepohonan yang mengerikan.
Siapa randi siapa gilang, agil terus membayangkan apa yang akan terjadi jika dia mati, siapa yang akan menyelamatkan mereka.
"Malucia, benar ya, malucia, ada dia, cia selamatkan mereka....sepertinya ini adalah yang terakhirnya, aku berharap kau bisa menjaga mereka dan mengembalikan mereka ke dunia mereka aku mohon, aku banyak menyimpan kesalahan yang besar didunia ku, jujurlah kepadaku kau juga mungkin menyimpan banyak masalah, ran kuatkan dirimu lakukanlah dengan lapang dada!!!! lang kau adalah anak bontot yang selalu menjadi tengah-tengah diantara aku dan randi, kau selalu tertawa dan membuat aku, randi juga ikut tertawa, aku berharap kalian lah yang bisa melewati semua ini"
Agil lalu memejamkan matanya, menyilangkan kedua tangannya didepan dada, dan siap untuk kematianya.
Disebuah tanah yang becek, ada banyak genangan air yang kotor, tubuh agil tegeletak tak berdaya posisinya tengkurap dan wajahnya yang terlihat kotor karena tanah yang becek, ia dikelilingi banyak pohon yang berlumut, tubuh agil sangat terlihat kotor, ia masih memejamkan matanya itu.
Ada dua orang wanita yang mengendap-endap disela-sela pepohonan, menatap detail tubuh pria yang jatuh itu, satu wanita itu memberanikan diri maju kedepan dan mencoba membangunkan pria itu, wanita yang satu masih memantau disekitar mereka.
Wanita itu masih terlihat takut, lalu ia mengeluarkan anak panahnya yang ia simpan dibelakang pundaknya, lalu menyenggol lengan pria itu dengan sedikit keras, pria itu masih saja terdiam, lalu ia mengamati bagian perutnya, dan pria itu masih bernafas.
"Masih hidup?" tanya wanita yang sedang menjaga keadaan sekitar lalu ia berjalan mendekat.
Wanita itu lalu membalikan tubuh agil, ia lalu terdiam ketika ia mulai melihat wajah agil.
"Hei coba bersihkan wajahnya pakai botol minumanmu, wajahnya sangat kotor" ucap wanita yang berdiri.
Ia mengeluarkan botol minuman itu, tanpa disadari botol minuman itu habis tanpa sisa.
"Te punyaku habis, minta punya mu"
"Ini" menyodorkan botol minuman seraya memutarkan bola mata.
"Kita dari tadi memburu hewan disini, jadi maklum lah punyaku udah habis"
Lalu wanita itu membasuh wajah agil, dengan sangat hati-hati membersihkan kotoran itu, entah apa yang terjadi wanita itu terus menatap mata pria tanpa berkedip, tampan batinnya.
"Jay!!" menepuk pundak.
"Sialan!!" teriak wanita yang bernama jay itu.
"Tea pergi dulu ya, tidak bisa lihat yang uwu-uwu disini" dan wanita yang bernama tea itu beranjak pergi namun ditahan oleh tangan jay yang menarik kaki tea.
"Katanya kasian sama pria ini, yang mau menyelamatkan dirimu kan tadi?" jay berdiri.
"Iya, kenapa?"
"Yaudah bawa markas"
"yaudah ayo" jawab tea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments