"Kakak," panggil Randi. Ia sangat gugup lalu menelan ludahnya dengan kasar saat melihat Bellanca di dalam kolam renang.
Randi berharap tidak akan di makan hidup-hidup oleh sang kakak. Bellanca bukannya menjawab memilih untuk berenang mendiamkan Randi. Dalam waktu satu jam Randi menunggu Bellanca sedang berenang, ia berdiri seperti patung. Sangat lelah Randi rasakan karena berdiri. Bellanca tetap acuh dengan Randi saat keluar dari kolam renang. Bellanca keluar dari kolam renang hanya mengenakan kimono mandi. Bellanca meninggalkan kolam renang, lalu berjalan menuju kamarnya, Randi mengikuti Bellanca dari belakang.
"Ngapain kamu ngikutin Kakak terus? Tadi berdiri kaya patung pancoran, bentar lagi mau ganti gaya nggak?" tanya Bellanca ketus.
"E-e ini Kak e-e, maafkan aku, Kak," ucap Randi dengan terbata-bata sambil memegang tangan Bellanca. Bellanca bukannya tambah luluh malah ia menghempaskan tangan Randi.
"Enak banget kamu ngomongnya, Ran. Kamu nggak tahu pengorbanan, Kakak. Buat ketemu kamu itu susah, harus kosongin jadwal segala. Jadi tolonglah hargai orang sedikit, jam yang Kakak kasih bukan jam murahan juga," sungut Bellanca.
"Kak, maaf," rengek Randi sambil memegangi tangan Bellanca.
"Oh, tidak bisa, pastinya ada hukuman untuk kamu, tidak segampang itu, Randi."
"Kakak, mah gitu sama aku."
"Makannya belajar menghargai orang lain, Ran." Bellanca membalikkan tubuhnya lalu tersenyum karena ia berhasil mengerjai Randi.
"Jangan potong uang jajan kak," pinta Randi lalu tersenyum manis.
"Kakak dengar dari Mama, habis sidang kamu mau pergi liburan, ya? Jangan harap Randi Hendriwan, kamu kerja di kantor tapi jadi karyawan biasa. Itu hukuman untuk kamu! Di tambah kamu tidak akan dapat uang jajan lagi. Jadi kamu kerja biar dapet uang. So, enggak usah manja." Bellanca berkacak pinggang. Sebenarnya Bellanca kasian melihat Randi. Karena Bellanca ingin memberi pelajaran kepada sang adik. Agar Randi mengerti untuk menghargai orang lain.
Randi dengan kesal keluar dari kamar Bellanca dengan wajahnya di tekuk. Randi memilih masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan dirinya. Tiba-tiba ponselnya berdering, saat di lihat dari id caller- nya Vira telah memanggil.
"Halo, Ran congratulation ya. Maaf tadi ada syuting jadi enggak bisa dateng," ucap Vira di seberang sana.
"Makasih ya, Vir. Atas ucapannya, untuk merayakannya, kamu mau? Besok makan bersama dengan ku," tawar Randi.
"Buat kamu aku akan kosongin jadwalku. Aku tutup dulu teleponnya, bye." Vira mematikan teleponnya.
Randi menyandarkan tubuhnya di ranjang, mencoba memejamkan matanya agar cepat tidur. Randi ingin melupakan kejadian tadi siang. Mata sulit terpejam cuma bisa membolak-balikkan badan ke kiri dan ke kanan.
Niat mau tour keliling indonesia harus gagal, aaarrrggghhh!" umpat Randi.
*****
Keesokan paginya, seperti biasa semua sarapan pagi di ruang makan. Tiba-tiba Ferdinan membuka suara, ia ingin berpamitan dengan kedua anaknya. Jika Ferdinan dan Riana akan pergi ke Korea mengurusi bisnis di sana.
"Papa dan Mama nanti siang, pukul 14.00 akan pergi ke Korea, mengurus cabang perusahaan di sana. Bellanca jaga adik mu disini. Bimbing dia yang benar. Buat Randi dengarkan Kakakmu, jangan sering-sering buat masalah. Umurmu sudah 25 tahun. Kamu juga sudah cukup untuk menikah. Bagaimana bisa jadi kepala keluarga? Jika kamu sering main-main," nasihat Ferdinan tanpa melihat Bellanca dan Randi yang fokus memandangi sang istri.
"Pa, aku ikut Papa ya. Aku kerja di cabang Korea ya, Pa. Aku takut di sini nanti di makan Macan Betina, Pa? Memang Papa mau liat, anak laki-laki Papa satu-satunya terluka?" rengek Randi.
Ferdinan hanya menanggapi Randi dengan senyuman. "Kamu sudah besar, Ran. Kaya anak kecil saja, selalu minta perlindungan Papa terus," ejeknya.
"Dasar anak nggak tau diri," umpat Bellanca. "Lihat saja nanti, jika Papa dan Mama tidak ada lagi di rumahku siksa kau," lanjutnya.
"Tuh kan, Pa. Papa liat sendiri kan. Sangat mengerikan," seloroh Randi.
"Sudah-sudah kalian ini, udah dewasa berantem terus kaya anak TK." Riana menengahi kedua anaknya.
Bellanca pamit ke kantor mencium tangan kedua orang tuanya. "Ma, maaf ya enggak bisa anter ke bandara. Banyak kerjaan yang harus Bellanca kerjain." Bellanca memeluk sang mama.
"Iya, Sayang. Mama, Papa ngerti kamu sibuk." Riana membelai rambut panjang Bellanca.
Bellanca duduk di dalam mobil, melajukan mobilnya hari ini Bellanca tanpa pak Dirman. Bellanca Masuk ke lobi kantor. Para resepsionis berdiri memberi hormat dengan menunduk kepalanya. Hendak menuju lift tiba-tiba Sita menghampirinya.
"Nona, ini ada bunga," ucap Sita dengan hati-hati. Setelah memberikan bunga Sita undur diri. Bellanca melihat bunga ditangannya membuka sebuah kartu ucapan.
Semoga dengan datangnya bunga ini akan membuat mu semangat.
^^^Andrew prasetyo^^^
Bellanca menuju lift melihat kotak sampah dilemparlah bunga pemberian Andrew.
"Apa-apaan sih! Haram hukumnya nerima bunga dari orang kaya Andrew, playboy cap kecoa suka main perempuan! Ngarep banget jadi suami." Bellanca bermonolog kepalan tangan tercipta.
Bellanca sedang duduk di singgasananya menatap laptop dan berkas-berkas sudah menggunung perlu diperiksa. Suara ketukan pintu dari luar. "Masuk!" teriak Bellanca tanpa menoleh.
"Nona, jadwal hari ini dan untuk beberapa hari sudah saya kirim lewat email, sudah saya kirim tadi pagi." Andri memberikan sesuatu kepada Bellanca.
"Terimakasih Dri, sudah saya baca. Apa ini Dri? Kotak kecil ini, kamu tidak sedang merayuku, kan?" tanya Bellanca menatap Andri dengan curiga.
"Itu hadiah dari Tuan Reyno, Nona." Andri berharap kado itu di buang.
Senyum sumringah terpancar dari wajah ayu Bellanca. Bellanca membuka kotak kecil itu dengan semangat. Ternyata jam tangan cantik membuat Bellanca sedikit berbunga-bunga, tetapi, ada yang kurang menurut hati Bellanca.
"Reyno tadi kesini, Dri?" tanya Bellanca yang langsung memakai jam tangan dari Reyno.
"Kurir yang antar, Nona. Waktu saya di bawah. Langsung saya bawa ke atas saja," jawab Andri dengan wajah ditekuk.
"Kamu kenapa, Dri? Kamu sakit?" tanya Bellanca binggung.
"Tidak, Nona. Jika tidak ada lagi saya ingin keluar ruangan, Nona?" pamit Andri dengan menundukkan kepala.
"Silakan," jawab Bellanca santai, tanpa sadar Bellanca tersenyum manis.
Dibalik pintu. "Giliran dapet hadiah dari Reyno aja, langsung di pakai! Aku kenapa sih? Rasanya sesak di dada ini." Andri bermonolog tanpa sadar rasa cemburu pun timbul.
Andri Rahardian berkerja di perusahaan Bellanca sudah tiga tahun lamanya. Andri memilih bekerja di perusahaan Hendriwan dari pada perusahaan keluarganya. Keluarga Bellanca tidak mengetahui kehidupan asli Andri berasal dari keluarga kaya. Andri kabur dari rumahnya karena perjodohan. Yang menurutnya cinta itu tak bisa dipaksakan. Andri lebih baik hidup sederhana, tapi, bahagia daripada hidup bermewah-mewah, tapi, merasakan kesengsaraan.
*****
Bellanca mengirim pesan kepada Reyno.
Reyno
Terima kasih rey, atas kadonya, pesan terkirim.
Bellanca yang sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba ponsel Bellanca berbunyi tanda notifikasi pesan masuk.
Reyno
Itu hadiah spesial untuk wanita yang spesial Bellanca, nanti makan siang aku jemput ya, di depan kantor.
Bellanca tersenyum saat membaca pesan dari Reyno. Tanpa menyadari ada keberadaan Andri disampingnya. Andri sedikit ragu ingin mengajaknya makan siang.
"Maaf, Nona. Sebentar lagi waktu istirahat, Nona mau makan di mana?" tanya Andri, suara Andri mengagetkan Bellanca yang sedang asik dengan pikirannya.
"Saya mau makan di luar, Dri. Nanti saya akan di jemput Reyno. Kamu makan sendiri aja." Bellanca siap-siap untuk keluar ruangan menuju lobi.
Andri keluar dari ruangan Bellanca dengan wajah masam, tangan Andri mengepal karena kesal. Bisa-bisanya aku kalah dari Reyno, batin Andri.
Reyno sudah di lobi menunggu Bellanca turun, para karyawan melihat Reyno hanya bertanya-tanya sedang apa dia di sini. Melihat Bellanca menghampiri Reyno rasa penasaran mereka bertambah besar. Apa yang sebenarnya hubungan mereka berdua.
"Hai Bell, kita mau makan di mana?" tanya Reyno sambil menggandeng tangan Bellanca.
Dihempaskan tangan Reyno dengan pelan. "Maaf Rey, nggak enak di lihat sama karyawan di sini, yang lagi liatin kita," tolak Bellanca lalu tersenyum kaku.
Apaan sih, ini orang agresif banget. Pasti orang-orang mikir aneh-aneh soal aku dengan Reyno, batin Bellanca.
Diam-diam Andri mengikuti mobil Reyno dan Bellanca pergi. "Bertahun-tahun baru kali ini, melihat Nona sebahagia ini bersama pria, motif apa Reyno mendekati, Nona Bellanca? Sakit rasanya hati ini." Andri bermonolog.
Bersambung....
hai guys maaf kalo tulisan otor kurang bagus mohon dukungannya ya ❤❤❤
jangan lupa like & komen dan pastinya vote.
happy reading
ig dewi_masitoh55
#salamhalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Rahma AR
keren thor😊
2021-10-24
1
Jans🍒
kenak hukuman dehhh lo ran
2021-10-23
0
Yukity
like😍
2021-10-15
0