"Bellanca, naik ke atas dulu ya, Ma. Mau istirahat, capek banget rasanya," pamit Bellanca.
Bellanca lalu menapaki anak tangga menuju kamarnya. Selesai saja mandi dan beristirahat sebentar, terdengar suara ketukan pintu berulang kali.
"Siapa lagi yang menganggu, nih? Nggak tau orang mau istirahat, pasti Randi ini," gerutu Bellanca.
Bellanca membuka pintu dengan kesal. Wajah Randi yang nongol di balik pintu. "Apa sih, Ran? Kamu tu, gangguin aja, tahu? Kakak mau istirahat juga nggak bisa." Bellanca menatap tajam ke arah Randi yang memakai kaus berwarna pink.
"Aku tau Kakak pasti capek. Mau aku pijitin?" Randi masuk ke dalam kamar sambil cengengesan. "Demi Kakak tercinta, aku rela, kok, jadi tukang pijit. Kakak beruntung, tahu, dapat layanan gratis dari aku," rayu Randi perlahan-lahan mendekati Bellanca.
"Jangan mengada-ada, ya. Kakak tahu, kok, mulut manismu itu pasti ada maunya." Bellanca duduk di atas ranjang, sambil bersandar pada kepala ranjang.
"Nggak kok, Kak." Randi turut duduk di samping Bellanca, sambil berpura-pura memijat kaki kakaknya.
"Alah jujur aja kenapa, sih!" Suara Bellanca meninggi. Ia kesal dengan sikap adiknya yang suka berpura-pura. "Nggak usah, deh, pijat-pijat kaki Kakak! Aku paling nggak suka ama orang munafik. Lagi pula aku mau istirahat. Ngantuk. Capek."
Randi yang cengar-cengir seperti kuda lumping. "Sebenarnya, aku mau pinjam mobil Kakak, yang terbaru, Ferrari LaFerrari Aperta," katanya malu-malu, sambil terus memijat kaki Bellanca.
Ini anak gila kali, ya? Seenaknya mau meminjam mobil aku. Mana mobilnya mahal lagi, batin Bellanca.
"Tuh, kan? Kakak bilang apa, coba? Pasti ada maunya. Kakak kenal kamu, tu, bukan baru sekarang, tapi udah sejak dari umur kamu baru sehari."
"He-he-he!" Randi terkekeh.
"Kalau lecet, gimana? Ginjal kamu Kakak jual, tahu?" ancam Bellanca.
"Nggak, kok, aku janji, deh. Mobil Kakak tak akan ada satu garis pun yang menghiasi mobil Kakak."
"Nggak. Keluar sana!" Sambil menepis tangan Randi yang mengurut kakinya.
"Jangan gitu, dong, Kak!" Randi tetap nyinyir. "Aku janji! Aku akan jaga mobil Kakak baik-baik, tenang jangan khawatir."
Ini anak, kalau nggak diikuti maunya, pasti dia akan ganggu aku terus, deh. Udahlah mataku tinggal lima watt, udah nggak kuat melek, masih ajalah kuncinya, batin Bellanca.
Ia kemudian mengulurkan tangan, meraih kunci mobilnya yang terletak di atas nakas. "Sudah, keluar sana!" Sambil melempar kunci mengenai wajah Randi lalu jatuh ke lantai.
Randi memungut kunci. Panas hatinya karena kunci tersebut mengenai wajah gantengnya. Namun, apabila melihat kunci mobil kesayangan sang kakak berada dalam genggamannya, amarahnya terus menguap entah ke mana.
Senyuman manis kini terukir di bibir Randi. "Terima kasih, Kakakku yang tercinta."
Bellanca mencebik lalu bertanya, "Kenapa dandanan kamu norak gitu, sih? Pakai kaus warna pink seperti kaum jamet, tahu? Nggak cocok banget,deh, sama mobil Kakak."
"Oppa-oppa Korea juga pakai kaus begini, loh! Keren, Kak," katanya, sambil mengacungkan jempol, "Kakak aja yang norak."
"Kamu gila ya? Itu oppa-oppa Korea, Randi. Lah kamu? Kakek-kakek maksudnya," ejek Bellanca sambil terkekeh.
Randi tak mau meladeni kakaknya lagi. Kalau dia tidak diberi kesempatan untuk membawa mobil mewah sang kakak. Mungkin dia sudah melawannya. Dia memilih turun untuk meminta izin dan berpamitan kepada Riana.
"Ma, Randi keluar dulu," pamit Randi.
"Ma, Randi keluar dulu, bye-bye."
Randi sedang terburu-buru tanpa mencium tangan Riana. Riana hanya menggelengkan kepala melihat si bungsu.
****
Saat makan malam suasana hening. "Bell," panggil Ferdinan, Bellanca langsung menghentikan makannya.
"Iya, Pa," jawab Bellanca memandang Ferdinan.
"Papa, sudah pikirkan jika perjodohanmu bisa dibatalkan. Tapi, ada syaratnya."
"Apa, Pa?" Bellanca terlihat antusias.
"Jika kamu mempunyai pacar, jangan lama-lama, Bell," terang Ferdinan meyakinkan Bellanca.
Mana ada pacar? Udah beberapa tahun ini, cuma mikirin perusahaan. Mana sempet cari, coba? Mau shopping aja enggak ada waktu, gerutunya dalam hati.
"Iya, nanti Bellanca akan cari, Pa. Jangan khawatir. Aku mau ke atas dulu ya, udah selesai makannya," pamitnya, lalu pergi ke kamarnya.
******
Sesampainya di cafe Randi menemui kedua sahabatnya, sering di sapa dua curut.
"Gila, Ran, mobil lo keren banget. Gue pengen yang lo punya aja nggak ke beli. Minta bokap malah mau di coret dari kartu keluarga," ucap Dimas meratapi nasibnya.
"Biasalah papa gue, yang beliin mobil keluaran terbaru. Keren 'kan mobilnya, namanya juga anak kesayangan," ucap Randi dengan bangga.
Jika, si macan betina denger pernyataan ku barusan pasti akan marah, habis di lahap. Maafkan ku, kak. Bohong gara-gara dua curut, ini, batin Randi.
"Apa perlu gue, jadi anak angkat Bokap lo, Ran? Agar gue dibeliin," ucap Dimas penuh harap.
"Gila lo, Dim. Demi mobil mahal keluarga sendiri ditinggalkan, dasar anak durhaka," hardik Thomas lalu terkekeh.
"Halu!" teriak Randi dan Thomas bersamaan.
Saat mereka asik bercengkrama, tiba-tiba ada sosok wanita menghampirinya. Wanita cantik nan seksi, terlihat dari wajahnya sangat berharap bergabung dengan Randi and geng. Thomas dengan antusias menerima wanita tersebut.
"Hai, kalian di sini? Boleh gabung nggak, nih?" tanya Vira.
"Boleh, sini gabung, Vir," jawab Thomas.
Randi hanya melirik Vira dengan kagum. Sangat mempesona dan cantik. Vira adalah seorang artis dan model papan atas. Selama ini Randi hanya memendam rasa. Sebenarnya mereka saling menyukai tapi Randi hanya sekedar kagum tidak lebih.
"Hai, Randi? Gimana kabar mu?" tanya Vira dengan lembut.
"Baik, kamu sendiri?" jawab Randi.
"Ya elah, yang ditanyain cuma Randi doang, kita enggak, Dim," sindir Thomas.
"Lah? Memang lo siapa? Ngarep banget ditanyain sama Vira? Tahu nggak, wanita cantik mah ogah nanyain lo," ejek Dimas dengan terkekeh.
"Sialan lo, Dim," umpat Thomas.
"Bukan gitu, Thom kan gantian. Kabar aku baik kok Ran," ucap Vira.
Randi dan Vira dan kedua sahabatnya yaitu Thomas dan Dimas mereka satu kampus. Mereka sedang melanjutkan S2-nya. Jurusan Bisnis mereka ambil.
"Wah, udah malam kayanya, gue, harus pulang duluan deh," pamit Randi.
"Ah, lo enggak seru! Ayo kita pindah ke club. Kita having fun, Ran. Ayolah, Vir. Apa lo berdua nggak kangen, suasana club," rayu Thomas mencoba meyakinkan.
Randi tak memperdulikan, ucapan Thomas. Randi langsung berdiri saja, Vira mengejar Randi lalu mengandeng tangannya. Thomas dan Dimas melihatnya jengah.
"Aku nebeng kamu ya, kita kan searah. Aku tadi kesini di anter supir jadi aku takut pulang sendiri," pinta Vira.
"Ok," jawab Randi, mereka berdua pergi meninggalkan meja.
"Enak banget ya jadi, Randi. Udah ganteng, kaya pula. Kita mah apa? Hanya serpihan debu," tutur Dimas menopang dagu.
"Ah lo! Ayo pulang! Otak lo isinya apa, Dim." Thomas menoyor kepala Dimas.
"Sialan, lo," sungut Dimas, ia membalas memukul kepala Thomas lalu kabur.
Vira memandangi Randi yang sedang asik dengan kemudinya. "Ada yang salah di muka gue? Kenapa diliatin terus," tanya Randi.
"Nggak pa-pa kok, Ran," jawab Vira sambil tersipu malu.
Aneh, ini perempuan, gerutu Randi di dalam hatinya.
Vira terus menerus menanyai Randi di dalam perjalanan. Membuat Randi sedikit risih dengan tingkah Vira. Apa lagi di tambah sikap manjanya menyenderkan kepalanya di bahu Randi. Akhirnya mereka berdua sampai di rumah Vira.
"Lo, nggak mau mampir dulu, Ran? Di rumah kosong, loh, nggak ada orang, ya, cuma ada asisten rumah tangga si. Mama, papa, lagi di luar Negeri," tawar Vira sambil menggoda Randi.
"Terima kasih, Vir. Gue lelah, mau istirahat di rumah," tolak Randi, ia menaikkan jendela kaca mobilnya lalu pergi meninggalkan Vira.
"Sorry, Vir. Gue bukan pria murahan yang mau lo, ajak tidur," gumam Randi kembali fokus dengan kemudinya.
Vira yang di tolak mentah-mentah oleh Randi hanya menghentak kaki. "Sialan gue di tolak! Liat aja kamu Randi. Kamu pasti jadi milikku." Vira bermonolog.
*****
Bellanca sedang berada di dalam kamarnya tidak bisa tidur. Berpikir mencoba menghubungi Reyno atau tidak. Jika tidak Bellanca takut menyesal, ia melirik ponselnya di nakas yang berada di samping ranjang.
"Iya enggak, iya enggak," ulangnya terus menerus.
Dan akhirnya Bellanca sudah mengetik pesan dari tadi. Tinggal mengirimnya saja Bellanca masih ragu, akan di balas atau tidak oleh Reyno. Tiba-tiba suara pintu terbuka mengagetkan Bellanca. Tanpa sadar jari Bellanca menyentuh tanda kirim lalu Bellanca berteriak.
"Oh my God!"
Randi bergeming karena binggung melihat Bellanca berteriak. Randi berjalan mendekati sang kakak, "Kenapa kak?" tanya Randi tanpa dosa.
"Kamu!" Bellanca melempar bantal ke wajah Randi.
"Sakit Kak, salah aku apa lagi si? Aku cuma mau balikin kunci mobil doang," ucapnya santai.
"Kamu dimataku selalu salah! Keluar!" teriak Bellanca kesal.
Randi pun keluar dari kamar Bellanca. Ia nampak berpikir, "Dasar Macan Betina sukanya marah-marah terus. Emang enggak capek apa?" Randi bermonolog.
Bellanca di dalam kamar uring-uringan. "Matilah aku, aduh malu banget pasti ini," gerutu Bellanca sambil mengecek ponselnya kembali.
Tidak ada balasan dari Reyno, membuat Bellanca tak bersemangat. Rasanya ingin sekali memejamkan mata, tapi matanya tidak mau terpejam. Hanya ingin menuggu balasan dari Reyno.
Tring...
Bunyi notifikasi pesan masuk.
Bersambung....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.
Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤
Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55
#salamhalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
꧁༺Asyfa༻꧂
Asyfa mampir kak, semangat, ceritanya keren,,,
2021-12-22
0
Jans🍒
nyimakkk
2021-10-23
0
Xianlun Ghifa
nyicil jejak dulu.. besok saya kembali bawa bom like untuk mu thor
2021-10-16
0