Beautiful Crazy Woman

Beautiful Crazy Woman

Bab 1

Bellanca Putri, seorang wanita elegan yang gila kerja. Pada usia muda, Bellanca menjadi CEO di perusahaannya meneruskan usaha bisnis keluarga. Perusahaan Bellanca termasuk perusahaan terbesar di Indonesia, ibunya Bellanca adalah keturunan Chinese-Indo sedangkan ayahnya keturunan Korea. Bellanca sudah berumur 28 tahun dan di suruh menikah oleh sang ayah. Sedangkan Bellanca belum siap dengan namanya berkomitmen.

"Bell, Papa mau bicara sebentar," ucap Ferdinan.

Bellanca yang sedang duduk makan bersama di meja makan. Tersedak setelah mendengar suara parau sang ayah.

"Uhuk-uhuk."

"Minum dulu, Kak." Randi mengulurkan segelas air putih.

"Stop!" Bellanca menarik napasnya. "Pasti Papa akan bahas pernikahan dan perjodohan dengan keluarga Prasetyo lagi, kan?" Gadis itu Sedaya upaya menahan amarahnya.

"Tentu saja, Bell. Apa yang pernah Papa bicarakan di perusahaan kemarin bukan main-main," ucap Ferdinan dengan wajah serius menatap Bellanca.

Riana yang duduk di sebelah Ferdinan, mengelus tangan sang suami untuk menenangkannya, sambil berkata, "Sudahlah, Pa. Biarkan Bellanca."

Tak ingin memperpanjang perdebatan mereka, Bellanca meninggalkan meja makan. "Aku sudah kenyang," katanya sebelum berlalu.

"Tuh, kan? Bellanca marah. Papa, sih." Riana menjadi kesal.

Bellanca bergegas ke kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Saat hendak keluar kamar, Bellanca dikejutkan dengan kedatangan Randi. Yang sudah menunggunya di depan pintu kamar.

"Kamu ngapain disini, Ran?" tanya Bellanca.

Dengan tampang sok imut Randi merayu sang kakak.

"Kakak mau ke perusahaan, kan? Aku ikut nebeng, ya, sampai kampus."

"Mobil kamu kemana?"

"Mobil aku lagi di bengkel Kak, please antar ke kampus." Randi mengiba.

Mereka berdua kemudian turun ke bawah, menemui ke dua orang tuanya untuk berpamitan. Ferdinan dan Riana yang sedang duduk berdua di ruang tamu.

"Ma, Pa, Bellanca berangkat dulu," pamit Bellanca. Riana hanya tersenyum melihat anak-anaknya pergi.

"Hey, kamu yang bawa mobilnya." Randi pura-pura tidak mendengar Bellanca mulai marah.

"Kamu tuli, Ran?" tanya Bellanca menatap Randi dengan sinis.

"Iya, iya Kakakku yang bawel. Loh kenapa Kakak duduk belakang? Emang aku supir," gerutu Randi.

"Bodo amat mobil-mobil gue," ejek Bellanca.

"Sialan ngapain aku numpang segala, mana bahasanya gue gitu, ampun dah," umpat Randi dalam hati.

Tiga puluh menit kemudian, sampailah mereka di kampus.

"Turun kamu sana, Kakak buru-buru nih," ucap Bellanca.

Thomas dan Dimas, sahabat Randi, sudah menunggu di luar mobil, sambil melambai-lambaikan tangan.

"Kak," panggil Randi sambil mengulurkan tangannya.

"Udah, Ran. Udah. Enggak usah pakek cium tangan segala pergi sana!" usir Bellanca dengan tersenyum miris.

"Orang Randi minta uang saku geh," jawab Randi lalu terkekeh.

Bellanca memberi uang lalu meninggalkan Randi.

Dasar anak nggak tau diri, batin Bellanca.

Bellanca melajukan mobilnya menuju perusahaannya. Dalam perjalanan, tiba-tiba ponselnya berdering. Saat Bellanca membaca id caller Andri telah memanggilnya, sang asisten pribadi sekaligus sekretarisnya.

"Iya, Dri."

"Apa? Ke hotel ketemu klien?"

"Oke, aku ke sana." Bellanca kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Entah mengapa, perasaan Bellanca tak enak. Dia merasa tak nyaman saat kakinya sampai di depan pintu hotel. Bellanca menjadi mengingat perkataan Andri akan menemui kliennya.

"Selamat pagi, Nona," sapa Andri.

"Kamu bohong, kan, kalau pagi ini bertemu klien?" Bellanca menatapnya tajam.

"Ikuti saya, Nona." Andri enggan menjawab pertanyaan Bellanca. Ia memilih untuk terus berjalan.

Bellanca terkejut menatap lelaki yang sedang duduk tersenyum kepadanya.

"Apa-apaan ini, Andrew Prasetyo? Awas kamu, Dri. Kamu memang cari mati," umpat Bellanca di dalam hati.

Sedangkan Andri sudah menghilangkan diri, entah ke mana, setelah memberitahu keberadaan Andrew dengan cara menipu, bahwa Bellanca harus menemui klien.

"Lama tidak bertemu, Bell." Andrew menjulurkan tangan.

"Udah, ya, nggak usah basa-basi!" Bellanca yang duduk di hadapan Andrew, membolak-balikkan buku menu tanpa menghiraukan Andrew.

Sialan, uluran tanganku tidak di sambut olehnya, batin Andrew kesal. Dia langsung menarik tangannya kembali.

"Kamu makin cantik ya," goda Andrew.

Andrew seorang pria yang tampan dan gagah, tetapi Bellanca tak sedikit pun tertarik kepadanya. Lelaki itu adalah yang akan dijodohkan dengan Bellanca. Merupakan pria terkaya setelah keluarga Hendriwan. Andrew berusaha mencari perhatian Bellanca, tetapi gadis itu acuh tak acuh menjawab pertanyaannya malah lebih sibuk mengotak-atik ponselnya.

Setelah satu jam duduk tanpa membahas perkara penting, Bellanca memilih beredar dari situ. "Maaf aku banyak pekerjaan yang sedang menunggu," katanya lalu meninggalkan Andrew.

Tangan Andrew mengepal dibawah meja, tetapi bibirnya tetap tersenyum manis kepada Bellanca.

Bellanca berjalan menuju lobi hotel. Andri mengikutinya dari belakang setelah melihat gadis itu meninggalkan Andrew. Tiba-tiba Bellanca memutar tubuhnya, membuat Andri sedikit terkejut dan hampir menabraknya.

"Andri Rahardian, kamu mau saya pecat?"

"Maaf, Nona. Saya hanya mengikuti perintah, Tuan." Andri bergetar dan menundukkan kepalanya.

"Papa lagi, Papa lagi!" gerutu Bellanca dalam hati.

Bellanca kembali melanjutkan perjalanannya, tetapi baru berapa langkah Bellanca terjatuh. Matanya membulat saat merasakan ada benda kenyal menyentuh bibirnya. Ternyata dia menabrak seorang yang sedang terburu-buru, sehingga mereka berdua terjatuh bersama.

"Maaf, saya sedang terburu-buru. Apakah anda baik-baik saja?" Pemuda itu berdiri mengulurkan tangan membantu Bellanca berdiri, tetapi gadis itu bergeming.

"Khemm." Pria itu berdehem, Bellanca tersadar dari lamunannya lalu menerima uluran tangan.

"Nona, tidak apa-apa kan?" Bellanca mengangguk. Belum sempat mengatakan sesuatu, lelaki tadi mengulurkan kartu namanya.

"Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku," katanya sebelum berlalu meninggalkan Bellanca dan Andri.

"Sialan! menang banyak, tuh, laki-laki," umpat Andri dalam hati.

"Apa? Reyno Bastian idola ku? Pasti ini mimpi," batin Bellanca.

Reyno Bastian adalah artis tersohor di Indonesia. Umur mereka tidak terpaut jauh, hanya selisih dua tahun. Sejak Bellanca remaja, gadis itu sudah mengidolakannya. Tampan itu tentu saja, aura Reyno membuat Bellanca terpesona.

"Nona tidak apa-apa, kan?" tanya Andri telah menyadarkan Bellanca.

"Iya, saya tidak apa-apa. Kamu yang bawa mobil, Dri!" titah Bellanca.

"Baik, Nona." Andri bergegas menuju mobil takut Bellanca marah.

Bellanca di dalam mobil nampak berpikir keras mau menghubungi Reyno atau tidak. Menurutnya kapan lagi mereka bisa bertemu kembali. Gengsi begitu besar membuat Bellanca ragu.

"Nona, kita sudah sampai." Andri melirik Bellanca dari kaca tengah mobil.

"Hemm." Bellanca hanya bergumam tampak tidak bersemangat mengingat kejadian tadi.

Wajah tampan Reyno masih terbayang-bayang tampan dipikirannya. Ketika Bellanca mendekati lift khusus, tiba-tiba pintu terbuka.

"Gimana, Bell, bertemu Andrew di hotel?" tanya sang Papa. Tanpa menjawab pertanyaan Ferdinan, Bellanca langsung memasuki lift.

Jadi Papa cuma ke kantor cuma nanyain Andrew. Apa pentingnya coba? Buang-buang waktu, Pa, batin Bellanca.

Bellanca kini sedang fokus mengerjakan berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja. Perhatiannya terganggu ketika pintu ruangannya di ketuk dari luar.

"Masuk!" teriak Bellanca. Andri masuk membawa sebuket bunga mawar berisi seratus tangkai.

"Nona, ini bunga dari Tuan Andrew." Andri menaruh di sofa ruang kerja Bellanca.

"Buang!" teriak Bellanca menatap dengan tajam.

"T-tapi Nona," ucap Andri tergagap.

"Bunga itu yang kamu buang atau kamu yang saya buang?" Bellanca terlihat sangat berang. Mengingat Andrew membuat panas hatinya.

"Siap, Nona." Andri buru-buru membuang bunga mawar pemberian Andrew takut macan betina mengamuk.

Bagi orang bekerja, waktu terasa cepat berlalu. Jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Bellanca lalu meninggalkan pekerjaannya, bergegas kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan sosok Reyno masih melayang-layang dipikirannya.

Ah, begitu kuat pesona Reyno!

Sesampainya di rumah Bellanca disambut Riana sang mama.

"Anak Mama udah pulang? Capek ya, Sayang?" tanya Riana, sambil memeluk sang putri.

"Ma, rayu Papa, dong. Aku nggak mau dijodohin sama Andrew," ucap Bellanca dengan mengiba.

"Oke, nanti Mama coba bicara lagi sama Papa, ya. Berdoa saja Papamu mau mengalah," ucap Riana. Dia mencoba untuk mengerti hati sang anak.

Bersambung....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55

#salamhalu

Terpopuler

Comments

Bubur Ketan

Bubur Ketan

sombong dan angkuh hadeuh

2022-11-16

0

💋ꪜꫝ𝓲ꍏ_ᵛʰⁱⁱ💋༆𝕷𝕶༄ˡᵒᵛᵉʳ༆🥀

💋ꪜꫝ𝓲ꍏ_ᵛʰⁱⁱ💋༆𝕷𝕶༄ˡᵒᵛᵉʳ༆🥀

pangeran dtang😁

2022-03-25

1

💋ꪜꫝ𝓲ꍏ_ᵛʰⁱⁱ💋༆𝕷𝕶༄ˡᵒᵛᵉʳ༆🥀

💋ꪜꫝ𝓲ꍏ_ᵛʰⁱⁱ💋༆𝕷𝕶༄ˡᵒᵛᵉʳ༆🥀

hy kk aku mampir ....fav dlu ya...smbil nyicil🤭

2022-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!