Sore harinya beberapa teman kantor Aira datang untuk menjenguk Chelsee, mereka datang dengan membawakan banyak mainnan dan juga makanan kesukaan Chelsee.
Di antara teman-teman dekat Aira, nampak Aruna juga datang menjenguk Chelsee.
"Semoga cepat sembuh ya Chelsee." Ucap Aruna sambil memberikan boneka kelinci putih kepada Chelsee.
"Terima kasih Aunty." Aira membantu Chelsee berbicara, Chelsee pun secara perlahan mengikuti kata demi kata yang di ucapkan oleh ibundanya.
Tiga puluh menit sudah teman-teman Aira bermain serta mengobrol santai dengan Chelsee dan Aira, akhirnya mereka semua berpamitan untuk pulang karena Chelsee harus kembali istirahat.
Tak terkecuali dengan Aruna, ia juga pamit pulang bersama dengan teman-temannya yang lain. Saat hendak menyalami Aira, mata Aruna tertuju pada jam tangan yang tak asing baginya, jam tangan tersebut tergeletak di atas kulkas di ruang rawat inap Chelsee.
'Oh.. rupanya selama beberapa hari belakangan ini Bang Radit berada di sini.' Gumam Aruna dalam hati.
Setelah berpamitan dengan Aira dan Chelsee, Aruna bersama yang lainnya pergi meninggalkan rumah sakit. Tak lama setelah kepergian mereka, terdengar ketukan pintu ruang rawat inap Chelsee.
Tok... tok... tok...
"Biar saya saja yang membukanya." Ucap Aira kepada baby sitter Chelsee, Aira bergegas membuka pintu ruangan.
"Aruna." Ucap aira dengan heran.
"Ada yang mau gue omongin ke loe." Ucap Aruna dengan ketus.
"Oh ia, kalo begitu kita duduk di sebelah sana saja." Aira mengarahkan tangannya ke tempat duduk yang tak jauh dari ruang rawat inap putrinya.
Setelahnya keduanya duduk dengan nyaman, tanpa basa basi aruna langsung membuka percakapan mereka.
"Apakah abang gue selama beberapa hari ini menginap disini?" Tanya Aruna dengan sinis.
"Ia, gue udah berusaha untuk meminta Bang Radit pulang, namun Bang Radit tetap memaksa menemani gue disini."
"Harusnya loe tau diri, kalau status loe sama Bang Radit itu beda. Loe itu hanya seorang janda dan terlebih loe punya anak yang cacat, nyokap gue pasti enggak akan setuju loe deket-deket sama Bang Radit. Jadi loe jangan bermimpi bisa milikin abang gue, gue enggak sudi punya kakak ipar kaya loe dan keponakan seperti Chelsee." Ucap Aruna dengan sombongnya, Aira pun meradang dengan kata-kata yang di ucapkan oleh aruna.
"Loe boleh hina dan merendahkan gue, tapi jangan pernah loe hina anak gue." Ucap Aira dengan tegas.
"Loh memanga kenyataannya seperti itu, anak-anak seusia Chelsee harusnya sudah lancar berbicara, tapi Chelsee gagu. Sudahlah gue enggak mau tahu pokoknya loe harus jauhin abang gue karena loe enggak pantas untuknya!!" Aruan pergi meninggalkan Aira.
"Hiks..." Kata-kata aruna tadi membuat hati Aira begitu sakit, matanya mulai berkaca-kaca. Buliran-buliran bening jatuh ke pipinya, hal yang paling menyakitkan buat Aira adalah ketika aruna menyebut anaknya "Cacat".
"Aira, kamu di sini? tadi aku mencari kamu di kamar Chelsee tidak ada" Raditya datang tiba-tiba dari arah belakang, dengan buru-buru Aira langsung menyeka air mata di pipinya namun sayangnya Radit sudah melihat air mata Aira.
"Aira, ada apa? maaf aku datang terlambat karena pekerjaanku banyak sekali hari ini." Ucap Raditya.
"Aku baik-baik saja, sebaiknya Bang Radit pulang. Aku sudah tidak ingin merepotkan Bang Radit lagi." Aira beranjak dari tempat duduknya, namun raditya kembali menariknya.
"Sudah ku katakan berulang kali bahwa kamu tidak pernah merepotkanku, justru aku merasa senang bisa menemanimu dan chelsee di sini."
"Tapi aku sudah tidak mau di temani oleh Bang Radit." Aira menaikan nada bicaranya.
"Kenapa?"
"Ak-u... aku sudah punya kekasih, aku tidak mau dia salah paham" Aira terpaksa berbohong agar Raditya menjauhinya.
"Ha.. ha.. ha.. Jangan bercanda kamu Aira, aku tidak pernah melihatmu jalan dengan pria mana pun." Tidak semudah itu Raditya mempercayai ucapan Aira.
"Kami LDR, aku sangat menyayanginya jadi aku mohon kepada Bang Radit untuk menjauhiku." Aira beranjak dari tempat duduknya, setengah berlari ia menuju kamar rawat inap putrinya, sebelum ia membuka pintu, Aira menyeka air matanya ia tidak ingin Chelsee melihat dirinya bersedih.
Sebenarnya berat untuk Raditya pergi meninggalkan rumah sakit, namun karena Aira memintanya untuk pergi, Raditya pun pergi dari rumah sakit.
Sesampainya di rumah, Raditya di hujani banyak pertanyaan dari ibundanya.
"Dari mana saja kamu, Radit?"
"Mah, kita bahas besok saja ya. Aku sedang lelah sekali hari ini, banyak pekerjaan di kantor." Raditya mencoba menghindari pertanyaan ibundanya.
"Radit, mama dengar selama beberapa hari ini kamu menemani temanmu yang janda itu di rumah sakit karena anaknya sedang sakit. Apa benar itu Radit?"
Mendengar kaliamat yang terlontar dari mulut mamahnya, radit menghentikan langkahnya.
"Aira mah namanya.''
"Mama tidak ingin kamu mendekati seorang janda, stigma seorang janda cerai itu sangatlah tidak baik. Mau di taruh di mana muka mama jika teman-teman arisan mamah mengetahui jika kamu mendekati seorang janda yang memiliki anak cacat, masih banyak gadis-gadis di luaran sana yang mau denganmu Radit."
"Mah, bagaimana bisa mamah menjudge seseorang yang mamah sendiri tidak mengenalnya, Aira wanita yang sangat baik. Dan satu hal lagi yang mamah harus tahu, Chelsee itu special."
"Pokoknya mamah tidak setuju jika kamu memiliki hubungan dengan wanita itu."
"Tanpa mengurangi rasa hormatku pada mamah, aku akan tetap mencintainya." Raditya melangkahkan kakinya menuju kamarnya, meninggalkan ibundanya yang masih duduk di ruang keluarga.
"Radit, tunggu dulu. Raditya... Mamah tidak akan pernah merestuimu dengannya." Bekali-kali mamanya memanggil namun raditya tetap pergi meninggalkan mamanya, ia tahu betul dengan sikap mamanya yang jika sudah berdebat tidak akan memakan waktu yang sebentar.
Sebelum masuk ke kamarnya Raditya, masuk ke kamar adiknya. Raditya mengetuk pintu kamar Aruna dengan sangat kencang, tak lama kemudian Aruna membukanya.
"Ngomong apa loe ke mama tentang Aira?" Tanya Raditya tanpa basa basi.
"Gue ngomong apa adanya, kita ingin yang terbaik untuk Bang Radit."
"Urus saja urusan loe sendiri. Gue udah gede, gue tahu apa yang terbaik untuk diri gue sendiri." Raditya memangdang sinis ke arah Aruna sebelum ia pergi meninggalkan kamar Aruna.
"Tau yang terbaik? kalo Bang Radit tahu yang terbaik buat diri bang radit harusnya Bang Radit saat ini bantu papah menelola perusahaannya, bukan malah bekerja di tempat orang lain yang pada akhirnya aku yang jadi korbannya karena di suruh mamah mengawasi Bang Radit." Aruna membanting pintu kamarnya dengan sangat keras, ia juga mengunci pintu kamarnya agar tidak di ganggu lagi oleh abangnya.
'Huft, Jika dia mau resign ya resign saja, tidak perlu mengikuti dimana gue bekerja, yang pada akhirnya dia hanya membuat repot.' Gumam raditya sambil membaringkan tubuhnya di kasurnya.
Ia memejamkan matanya sambil mengingat perkataan Aira saat di rumah sakit tadi, hingga pada akhirnya Raditya tertidur dengan lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
lid
wkwkwkw janda mempesona🤣
2022-04-09
1
R⃟Yanty AFC
deh jadi bang radit dibuntutin sama adeknya.kenapa sih orang selalu melihat kalau janda itu seperti itu ga semua janda jelek lagi stigma nya. jangan cuma diliat Dr depan nya aja. liat isi hati nya. kalo sudah tau bagaimana aira baru deh nyahook tu mama nya bang radit. lagi an kok tega amat menilai aira sebegitunya
2022-04-08
1
W⃠InDiAna ᶜᶠK🄷An✰͜͡v᭄💋R⃟ 💯
Astaghfirullah itu mulut Arunaa sumpah minta di ksih racun sianida seh biar langsung pas tepat sasaran 😡😡😡
Sabar ya Airaa gak ada manusia yg menginginkan seperti kehidupan ini tapi Krn Allah sayang sama kamu Allah memberikan sesuatu yg sangat berharga dr segala galanya yaitu Chelsea kesayangan ❤️❤️❤️
Semangat 💪
mengulang dr awal utk komen satu satu GOOO GOOO 🚴🚴🚴
2022-04-04
0