"Namanya Diana Cornor. Mereka bertemu sewaktu Paduka Yang Mulia melakukan perjalanan ke kerajaan Mordan sebulan yang lalu. Perempuan itu disamarkan sebagai keponakan Dutch Philip.."
"Berarti Dutch Philip ikut terlibat?"
"Sebenarnya Dutch Philip tidak ingin terlibat, bagaimanapun dia sangat menghormati anda permaisuri. Tapi dia diancam Paduka Yang Mulia
" Bagaimana bisa? Apa Dutch Philip melakukan kesalahan? Setahuku beliau seorang yang terhormat dan bersih"
"Sebagai seorang bangsawan Dutch Philip tidak ada cacat yang mulia. Tapi sebagai seorang kepala keluarga, beliau kurang tegas kepada anak anaknya. Yang Mulia Permaisuri pasti kenal dengan putra tertua Dutch Philip, Diego Vence. "
"Ia merupakan kepala kota Velas."
"Benar Yang Mulia. Diego melakukan korupsi untuk pembangunan balai kota, dan juga benteng kota Velase. Yang Mulia pasti tahu hukuman apa yang harus diterima seorang koruptor. Hal ini lah yang dimanfaatkan Paduka Yang Mulia Raja untuk menekan Dutch Philip "
Tanpa sadar tangan Louisa terkepal karena amarah.
"Beraninya ia...."batinnya
"Sekarang dimana posisi perempuan itu?"
"Istana bambu hitam permaisuri. Dia di jaga oleh pengawal Dutch Philip"
"Hmmm.. istana bambu hitam memang masuk dalam kawasan pengawasan Dutch Philip"
"Selama disana apakah Paduka Yang Mulian Raja pernah berkunjung?"
"Setiap tiga hari sekali yang mulia. Dan seminggu sekali Paduka Raja menginap disana"
"Pintar sekali. Bersikap seolah olah mengunjungi Dutch Philip, padahal mengunjungi selingkuhannya. Sehingga tidak ada yang curiga. Dan beralasan menceraikanku karena aku mandul. Akan kubalas kau Peter. Aku berjanji..
"gumam Louisa dengan geram.
"Sekarang apa yang harus kulakukan Permaisuri?"
"Tetap awasi seperti biasa. Jangan sampai ketahuan, aku akan membuat kejutan pada Paduka Raja dan perempuan itu. Mereka hanya tinggal menunggu waktunya tiba"
"Baik Yang Mulia, hamba undur diri"
Louisa mengangguk. Setelah pria berpakaian hitam itu pergi, Reneisme masuk kembali ke kamar itu.
"Ibu, atur pertemuanku dengan Archduchess Elisabeth Wolfen. Ada hal penting yang harus kubahas dengan beliau"
"Segera permaisuri"
"Aku hendak beristirahat, ibu juga pergilah istirahat"
"Baik permaisuri. Hamba undur diri"
Hati dan pikiran Louisa lelah. Tidak berapa lama kemudian dia tertidur lelap.
*******
Sementara ditempat lain tepatnya di kamar raja, raja Peter Henry sedang bingung.
Saat dia baru pulang dari istana bambu hitam, tidak sengaja ia bertemu dengan Permaisuri Lorine di lorong istana. Ada rasa gugup dan perasaan bersalah dihatinya.
Biasanya jika bertemu dengan permaisuri Lorine, ia akan mencium dan merangkul tangannya. Tetapi setelah ia memutuskan menceraikannya, ia bingung sendiri harus bersikap seperti apa jika bertemu permaisurinya.
"Seandainya saja permaisuri melahirkan seorang putra bagiku, tentu semua ini tidak akan kulakukan"gumamnya pada dirinya sendiri.
"Aku memang egois, tapi menceraikanmu adalah keharusan agar aku bisa menikahi Diana dan memberi seorang putra bagiku"batinnya menguatkan hati.
*********
Sinar matahari menembus tirai kamar Louisa. Louisa menggeliat dengan malas.
"Selamat pagi Permaisuri"sapa Reneisme.
Dia berjalan kearah jendela dan membukanya lebar sehingga udara segar masuk kedalam kamar.
"Selamat pagi juga ibu. Pagi yang indah" sahut Louisa sambil memandang keluar melalui jendela kamar yang terbuka.
"Mari hamba bantu Permaisuri membersihkan diri"
Louisa tersenyum dan berjalan kearah kamar mandi. Dia mandi dengan dibantu Reneisme menggosok punggungnya sehingga benar benar bersih.
Selesai mandi mereka makan bersama.
"Yang mulia, jendral telah kembali tadi malam. Pesan Yang Mulia telah hamba sampaikan dan beliau mengundang Yang Mulia untuk makan malam bersama dikediaman jendral"
"Sampaikan pada ayah, aku akan datang. Selain itu ada lagi?"
"Setelah ini, jika Yang Mulia tidak ada tugas lagi untuk hamba, hamba berencana mengunjungi Archduchess Elisabeth Wolfen."
"Baik. Pergilah, aku hanya akan pergi ke perpustakaan melanjutkan bacaanku kemaren. Aku bisa ditemani pelayan yang lain"
********
Begitulah hari itu. Sementara Reneisme pergi menemui Archduchess Elisabeth Wolfen, Louisa pergi keperpustakaan kerajaan lagi.
Sampai di perpustakaan, Louisa langsung ke rak buku dimana hari sebelumnya ia menemukan perkamen tua. Hari ini ia mencoba memeriksa buku buku tua yang ada di rak buku tersebut.
Dari pada mengambil satu per satu, Louisa langsung membawa tujuh buku sekaligus ke mejanya. Setelah meletakkan di meja, ia kemudian memeriksa buku itu dari satu persatu.
Salah satu buku membahas tentang tata acara putus cerai raja dan permaisuri. Dari buku itu pula Louisa tahu, bahwa didalam acara itu seorang permaisuri dapat membela diri dihadapan dewan penasehat kerajaan dan para menteri.
Bahkan seorang permaisuri yang telah diceraikan, dapat dinikahi kembali oleh raja dengan catatan pertama mantan permaisuri tidak pernah menikah setelah diceraikan raja. Dan yang kedua waktu putus cerai tidak menunjuk seorang perempuan menjadi selir sebagai pengganti dirinya.
Kini Louisa lebih mengerti kalau peraturan di kerajaan Gordon ternyata sangat membela seorang permaisuri. Ia kembali membuat catatan untuk dirinya, agar nanti lebih bisa mempersiapkan diri saat acara putus cerai.
Hari telah beranjak siang, Louisa hendak kembali ke kediamannya. Ternyata ia telah di tunggu oleh Reneisme di perpustakaan depan.
"Permaisuri..."
"Kita pulang Ren. Aku lapar"potong Louisa sebelum Reneisme menyelesaikan kalimatnya.
Mereka berjalan ke kediaman Lorine sambil sesekali berbincang tentang keadaan sekitar istana.
Setelah sampai di ruangannya, Louisa membasuh muka dan tangannya dan segera duduk dikursi. Pelayan yang ikut tadi dengannya ke perpustakaan melayani mereka berdua.
"Jane, tarik kursi untukmu dan duduklah. Turut makan dengan kami" kata Louisa
"Maafkan hamba permaisuri, tapi hamba tidak pantas"jawab pelayan itu
"Sebentar lagi aku bukan lagi seorang permaisuri, apa kamu tidak ingin mendapat kesempatan duduk satu meja dengan seorang permaisuri yang kamu layani? Dimasa depan, kesempatan yang sama tidak akan datang lagi. Kecuali raja berganti, dan kamu masih ada disini"
"Permaisuri...." kata pelayan itu dengan nada sedih.
"Tarik kursimu dan duduklah" kata Louisa sekali lagi.
Pelayan itu akhirnya menarik salah satu kursi dan duduk. Setelah itu mereka makan bersama dengan lahap. Setelah semua hidangan habis, pelayan yang bernama Jane itu membersihkan meja dan pergi membawa bekas peralatan makan yang tadi mereka pakai.
"Ibu, bagaimana pertemuannya?"
"Beliau bersedia, dan mengundang permaisuri untuk makan siang bersama besok di kediamannya"
" Bagaimana untuk nanti malam dengan ayah ?"
"Beliau akan mengirim kereta kuda dan dua orang pengawal untuk menjemput yang mulia"
"Baiklah, bantu aku mempersiapkan diri. Persiapkan baju yang sederhana saja untukku ibu"
"Baik permaisuri"
*******
Malampun datang dengan cepat. Louisa telah selesai bersiap ketika terdengar ketukan di pintu ruangannya.
Tok..tok..tok...
Reneisme membuka pintu. Didepan pintu berdiri seorang penjaga yang biasa menjaga kediaman permaisuri.
"Pelayan Ren, ada dua orang pengawal dari Jendral Lucky Valley hendak menjemput Permaisuri Lorine"
"Baik. Tunggu sebentar"
Reneisme mengambil sebuah jubah dan memakaikannya pada Louisa.
Sebuah kereta kuda telah menunggu di depan istana. Louisa dan Reneisme naik ke atasnya dan mereka berangkat kekediaman Jendral Lucky Valley, orang tua dari permaisuri Lorine Valley.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
rivana
menurut ku cerita nya bagus👍
2021-09-09
4