Pagi pagi aku bangun sebelum fajar menyingsing diufuk timur. Aku menuju dapur dan langsung membuat makanan untuk sarapan pagi. Karma ibu sudah pergi ke pasar untuk jualan sayur, kedua kakakku perempuan tak mau tau dengan semua tugas rumah.
Aku selalu menjadi sasaran empuk untuk disuruh ini, disuruh itu melakukan tugas rumah.
Setelah selesai dengan semuanya aku beranjak ke sumur, seperti biasanya aku nimba air sampai 125 kali tarikan. Lenganku begitu kekar karena aktivitasku sehari hari, telapak tanganku begitu kasar karena pekerjann yang aku lakukan. Sampai sampai disekolah aku begitu malu bersalam dengan teman teman.
Aku memang tidak bersalaman kecuali dengan guru, aku takut dihina karna tangan kasarku. terlebih lagi aku hanya punya satu teman disekolah namanya Lika meski dia anak pemilik pabrik gula tapi tidak sombong seperti kebanyakan anak orang kaya lainya.
setelah selesai semuanya aku langsung mandi sebelum yang lainya keburu bangun. aku ganti baju seragam dan bersiap sekolah, sebelum pakai sepatu aku menuju dapur dan membungkus nasi dengan daun pisang yang aku ambil di belakang rumah. lauknya tidak usah ambil kadang ibu hanya menyiapkan 6 potong. Kalau salah satu saudaraku tidak kebagian ibu akan marah padaku.
Nasi langsung aku masukkan dalam tasku yang sudah usang. "Tidak apa apa nanti beli bakwan sayur seribu untuk lauknya" gumanku dalam hati. Aku tidak habis pikir kenapa ibu tidak pernah menyiapkan makanan lebih untuk anak anaknya.
Aku berjalan keluar rumah, aku bergegas ke sekolah. karna bagiku untuk bahagia harus keluar dari rumah itu, bukan karna apa aku tidak pernah merasa mendapat kasih sayang dari orang tuaku. kadang terlintas dalam pikiranku, dulu waktu aku masih bayi mereka merawatku seperti apa ya....
Sampai digerbang aku menghela napas panjang, sekolah masih sepi. Maklum masih jam 06.30. aku duduk di kursi taman sekolah untuk memijat kakiku yang pegal pegal karna jalan kaki menuju sekolah.
"Hey..." kata Lika sambil menepuk bahuku
"Kapan datangnya" kataku sambil nyengir.
"Barusan, aku liat kamu duduk duduk ya aku samperin" kata lika sambil senyum senyum.
"Kamu mikirin apa seh" kataku ke Ira.
"Aku kasian lho ke kamu cit, udah kerja sendiri. suruh ngerjain tugas rumah. masih srkolah, emang kamu gak capek gitu" human Ira padaku.
"Bersyukur kita diberi kesempatan untuk hidup dan diberi kesehatan" kataku.
"Kamu tu ya, terlalu sabar" kata Lika.
Menit demi menit berlalu, siswa yang lain mulai berdatangan. aku dan Lika menuju kelas, Lika sama seperti aku, tidak punya teman atau sahabat selain aku. Karena kebanyakan murid yang lain mendekatinya karena uang ayahnya. Bisa dibilang didekati karena uang sakunya banyak, dan suka ditraktir oleh Lika. Dengan kata lain mereka hanya ingin uang Lika untuk perut mereka.
" Jam pertama pelajaran sbd ya..." kata Lika.
" Iya, pak Iwan yang ganteng mau nonggol habis ini" kataku.
kami berdua memang selalu duduk pas didepan meja guru, karna tidak ada yang mau. katanya sih semua guru bikin jengkel, selalu pertanyaan yang aneh dan sulit. sebagai bahan pelampiasan anak yang duduk depan meja guru jadi sasarannya.
"Teng teng teng...." bel berbunyi tanda masuk.
" Aduh cit, aku sudah rapi belum" kata Lika.
" Sudah sudah cantik" kataku.
Kata temen sekelas kami memang pendiam, tidak banyak bicara pada murid lainya.
"Tap tap tap " suara kaki melangkah
"Selamat pagi anak anak" sambut pak Iwan.
"Pagi pak....." murid menjawab dengan serentak.
Dan aktifitas pembelajaran berlangsung sampai selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments