Ha...
"Ini dress kesukaan ku." Gumam Clara pelan sambil berjalan akan memungut dress itu.
Belum sampai di ambil Clara, tangannya di tarik oleh tuan Abbas yang membuat mereka berdua jatuh terlentang di atas ranjang.
Mereka saling memandang satu sama lain, tak sadar handuk Clara terlepas dan hanya memakai pakaian dalamnya saja. Seketika tuan Abbas membalikkan tubuh Clara dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Wajah mereka berdua merah merona dan malu.
Sangat memalukan ini...
Untung saja tidak ada Reno, bisa bahaya.
Batin Clara tersipu malu.
"Bergantilah dress di closet rooms!" Seru tuan Abbas yang menjauh dari tubuh Clara dan berdiri sambil berjalan keluar merapikan pakaian nya.
"Baik." Jawab Clara dan bersigap berganti pakaian sambil membawa selimut itu.
Di Closet rooms, Clara terpana dengan banyak pakaian mulai dari baju santai sampai gaun termewah tertata rapi disana.
"Apa yang harus aku lakukan dengan semuanya ini!" Seru Clara yang 😕 bingung.
"Dari yang harga standard sampai mahal ada disini. Aku belum pernah melihat seperti ini. Ya... Sudah jelas berbeda dengan Riko Hilman itu." Kata Clara mengoceh.
"Segera ganti baju dan ikut makan malam bersama." Gumam pelan Clara lalu memilih baju yang akan di kenakan.
Beberapa menit kemudian,
Clara turun dari lantai dua dan berjalan menuruni tangga. Bak seorang putri, Clara menuruni tangga dengan tersenyum. Wajah yang cantik dengan riasan natural membuat kecantikan nya terlihat murni. Tuan Abbas yang tidak pernah melihat wanita kini menatap dengan wajah bahagia. Terlihat di wajahnya yang dingin terdapat senyum di balik wajahnya itu. Para pelayan terheran melihat tuannya menatap ku seperti ini.
Dari arah samping terdengar suara kecil yang memanggilku, membuat tuan Abbas segera memalingkan tatapannya.
"Mama..." Panggil Reno dari jauhan sambil berlari mendekatiku. Reno yang memeluk ku dengan dekapan tangan kecilnya membuat ku sontak tersenyum senang dan bersemangat membesarkan Reno menjadi anak baik.
"Sudah selesai mainnya?" Tanya Clara sambil mengusap rambut Reno.
"Sebenarnya Reno masih mau main lagi." Jawab Reno dengan memelas dan mendongakkan wajahnya ke arah Clara.
"Maaf nyonya. Karena waktu makan malam sudah tiba." Jawab asisten tuan Abbas dari luar sambil mendekat ke arah Reno.
"Hem... Hem..." Suara deheman tuan Abbas membuat salah satu pelayan segera menggeser kursi makan ke belakang.
"Nyonya dan tuan muda silahkan duduk. Mari makan malam bersama tuan Abbas." Kata pelayan tadi menyuruh Clara dan Reno.
"Iya." Jawab Clara yang akan melangkah.
"Ma... Habis makan main lagi ya." Seru Reno merengek pada Clara yang membuat Clara berhenti.
"Iya sayang. Ayo, kita makan dulu ya." Bujuk Clara agar Reno mau makan malam bersama.
"Ma... Reno nggak mau makan." Rengek Reno sambil menangis.
"Sayang, kenapa Reno sekarang jadi manja begini?" Tanya Clara pada Reno dengan lembut sambil menyetarakan posisi yang sama pada Reno.
"Nggak mau... Makan..." Jawab Reno dengan sesenggukan sambil menangis.
"Makan dulu ya. Sedikit saja." Bujuk Clara sedikit takut dalam hatinya.
Drrt...
Suara geseran kursi dan suara kaki yang berjalan mendekat membuat hati Clara menciut.
Ya Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa. Semoga kejadian yang dulu tidak terulang lagi.
Batin Clara dengan tangan sedikit gemetar.
"Kenapa tidak mau makan?" Tanya tuan Abbas pada Reno sambil menyetarakan posisinya.
"Aku... Ingin main." Jawab Reno dengan sesenggukan.
"Mau main sama siapa pangeran kecil?" Tanya tuan Abbas tersenyum sambil mengusap air mata yang jatuh di kedua pipinya.
"Sama... Papa." Jawab Reno.
"Papa yang mana? Papa yang ada di depan pangeran kecilku ini?" Tanya tuan Abbas tersenyum.
Reno hanya menjawab dengan anggukan. Tuan Abbas yang begitu peduli dan hangat pada Reno membuat ku mengingat semua kepahitan yang pernah ku alami selama menjadi istri Riko Hilman.
Disaat itu tuan Abbas menggendong Reno seperti anak kandungnya sendiri. Rasa bahagia dan keganjalan pada diriku membuat ku berfikir
"Apa aku harus menyetujui dan menandatangi surat nikah ini demi Reno."
Batin Clara yang mengikuti dari belakang tuan Abbas.
Semua pelayan tertegun melihat tuannya yang tidak pernah selembut ini pada semua orang apalagi dengan anak kecil. Para pelayan melihatnya dengan tersenyum bahagia pada tuannya yang berubah menjadi lembut seperti mendiang orangtuanya.
Tuan Abbas duduk memangku Reno dan menanyakan makanan kesukaan Reno.
"Pangeran kecil suka makan apa?" Tanya tuan Abbas.
"Aku suka yang itu." Jawab Reno sambil menunjuk ke piring yang berisi ebi furai.
Tuan Abbas menatap wajah pelayan untuk mengambilkan apa yang di inginkan Reno.
Pelayan itu dengan sigap mengambilkan Reno ebi furai ke piring yang berada di samping tuan Abbas dan meletakkan di depan tuannya.
"Papa... Reno boleh panggil papa?" Tanya Reno dengan polos.
"Boleh, panggil sesuka hati pangeran kecil." Jawab tuan Abbas tersenyum.
"Hore... Aku punya papa baru!" Seru Reno dengan senang.
Semua yang ada di ruang makan tersenyum melihat tingkah Reno. Kebahagian ini akan ku simpan walaupun mereka bukan keluarga kecil ku.
Saat Reno akan memakan ebi furai aku teringat bahwa Reno memiliki alergi makanan yang terbuat dari udang. Seketika aku memegang tangan tuan Abbas.
"Jangan di makan Reno." Seru Clara yang membuat tangan Abbas terhenti dan menatap Clara dengan tajam.
Tanpa bertanya tuan Abbas menaruh sendok itu ke piring dengan setengah kasar.
"Ma-maaf tuan. Reno... Alergi dengan udang." Kata Clara gugup dan gemetar. Dia tidak berani menatap wajah tuan Abbas.
"Mama. Jangan takut sama papa. Papa baru ini tidak akan melukai mama." Seru Reno melihat wajah mamanya.
"Asisten Lee segera hubungi dokter pribadi keluarga." Kata tuan Abbas menyuruh asistennya.
"Baik, tuan." Jawab asisten itu lalu menghubungi dokter pribadi.
"Reno, makan yang lain saja." Kata tuan Abbas mengambilkan ikan.
"Iya, pa. Reno suka semuanya." Jawab Reno tersenyum.
Tuan Abbas dan Reno makan dengan lahap sedangkan Clara yang masih takut tidak berani makan sedikit pun. Makan malam pun selesai tanpa ada suara apapun.
Tuan Abbas dan Reno pergi ke kamar Reno dan aku mengikuti dari belakangnya.
Sampai di kamar Reno dan tuan Abbas bermain ponsel di ranjang. Clara yang bingung akan duduk dimana, ia berdiri agak jauh di samping ranjang.
Tok... Tok...
Suara ketukan pintu dari luar kamar, membuat ku dengan sigap membuka pintu. Di luar kamar sudah berdiri asisten dan seorang laki-laki.
"Nyonya, apa tuan Abbas disini?" Tanya asisten Lee.
"Iya, asisten Lee. Silahkan masuk." Jawab Clara menyuruh masuk.
"Baik, nyonya. Silahkan dokter Steven." Jawab asisten Lee.
"Iya!" Jawab dokter Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments