Wisnu lalu melepaskan tangan Viola, ia pun melihat kearah Rehan yang sudah mengedikkan bahu, tanda tidak peduli.
"Rehan!!" suara Wisnu terdengar membentak.
"Wah, kenapa kau sejahat ini. Viola masih dibawah umur dan kau? kau sudah memperkerjakannya sebagai seorang pembantu?"
Walau tindakan itu wajar terjadi namun Wisnu merasa ibah pada Viola yang nota bene memang masih muda.
Namun Rehan yang mendengar, tidak mengindahkan ucapan Wisnu. Ia hanya fokus menatap tajam Viola yang terlihat sudah menggeleng.
"Tidak mas, mas Rehan tidak salah."
"Tidak salah bagaimananya? terus semua ini?"
Wisnu yang memang tidak tahu apa-apa menatap Rehan dan Viola bergantian kemudian beralih duduk ke sofa.
"Tolonglah, jelaskan semua itu padaku karena bila kalian hanya diam seperti ini maka aku tidak akan tahu apa-apa."
Mendengar itu, Viola mengangguk kemudian ikut duduk disamping Wisnu. Disusul Rehan yang sudah duduk di depan Viola.
Viola mulai bercerita. Berawal dari niatnya datang ke Jakarta hanya untuk mendapatkan uang supaya dapat berkuliah tahun depan namun ia bertemu Hari dan merekrutnya sebagai wanita malam hingga pada pertemuannya bersama Rehan.
"Oh jadi gadis kecil ini, datang kesini untuk mencari uang untuk kuliahnya tahun depan?" gumam Rehan dalam hati.
Perlahan Rehan mulai menepis semua pikiran-pikiran buruknya tentang seorang Viola.
Bahkan semua sudah diceritakan Viola, tanpa terlewat walau sedikit pun membuat Wisnu tersenyum sinis pada sahabatnya, Rehan.
"Oh jadi Rehan lah yang membantumu meninggalkan Hari?"
Viola mengangguk, mengiyakan perkataan Wisnu.
"Wah, bagaimana mungkin itu bisa terjadi?" karena tidak percaya akan tindakan Rehan, Wisnu menatap Rehan dengan penuh tanda tanya.
Sedangkan yang ditatap hanya diam, tidak memperdulikan sahabatnya.
"Kau adalah Rehan Ferryan, kau bahkan terkenal sangat sombong dan angkuh tapi kenapa, kau menolong gadis kecil ini?"
Wisnu yang bingung akan tindakan Rehan, memilih melampiaskan semuanya dihari itu juga sedang Rehan hanya membalasnya dengan senyuman.
Deggg..
Tiba-tiba jatung Viola berdetak tak karuan mendengar ucapan Wisnu dan entah kenapa? ia merasa ada sesuatu yang aneh didalam sana.
"Ada apa dengan hatiku? mengapa aku merasa sangat senang?" Viola berbatin sambil menatap Rehan.
Namun lain halnya dengan Rehan. Saat menyadari tatapan Viola tertujuh padanya, ia kembali menatap datar Viola seraya menghela napas.
"Hem, lumayan kan kalau ada dia. Kau tidak akan repot-repot lagi mencarikan ku pembantu." ucapnya terdengar begitu santai.
Rehan yang setiap bulannya selalu mengganti pelayan membuat Wisnu tidak bisa berkata-kata lagi, bukannya kenapa? Rehan sangatlah sombong dan angkuh jadi tidak heran, bila tidak ada pelayan yang betah tinggal bersamanya.
"Kau!!"
Wisnu berdiri sambil menunjuk Rehan yang masih stay cool.
Wisnu memang sangat tidak suka akan sikap Rehan yang selama ini selalu berbuat semena-mena pada seorang wanita.
Terlebih saat ini adalah Viola, walau ia baru pertama kali bertemu Viola namun Wisnu tahu bila Viola anak baik-baik.
"Ah sudahlah, aku lelah dan aku ingin beristirahat."
Melihat sikap Wisnu yang mulai panas. Rehan memilih bangkit, meninggalkan Viola dan Wisnu disana.
Wisnu pun menatap Viola yang terlihat masih menatap punggung Rehan yang semakin menjauh.
"Viola" panggil Wisnu pada Viola.
"Hem, bila besok-besok kau tak sanggup kerja disini lagi, katakan saja padaku biar aku yang akan mencarikanmu pekerjaan yang layak."
"Iya mas."
Viola mengangguk paham dan Wisnu kembali duduk sambil melihat Viola yang masih menatapnya bingung, seakan didalam otaknya menyembunyikan ribuan pertanyaan.
Wisnu yang paham akan tatapan itu kemudian mengangguk.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan sekarang karena sebenarnya Rehan adalah pria baik-baik. Dia begitu karena ... "
Derttt.. Derrtttt..
Ponsel Wisnu tiba-tiba berbunyi dan dengan cepat, ia meraih ponselnya untuk melihat nama siapa yang berada dibalik layar ponselnya.
Saat melihat siapa orang yang menelpon, wajah Wisnu spontan berubah senang lalu kembali menatap Viola.
"Viola, sepertinya aku harus pergi. Aku harus bertemu seseorang sekarang."
Wisnu bangkit dari posisinya masih dengan menatap Viola yang juga sudah berdiri.
"Besok-besok atau bahkan nanti, bila terjadi sesuatu padamu, tolong kau hubungi aku segera ya?" ucapnya serius.
Saat sudah mendapat anggukan Viola, Wisnu langsung pergi meninggalkan Viola yang terlihat diam seribu bahasa.
Ia terheran-heran melihat kedua atasan dan bawahan bosnya itu yang sama-sama membuatnya harus banyak-banyak bersabar.
Bagaimana mungkin, Wisnu mengatakan harus menghubunginya bila sesuatu terjadi padanya sedangkan ia saja tidak memiliki nomor ponsel pria tersebut.
"Astaga, ini aku yang bodoh atau mas Wisnu?" ucapnya masih tidak percaya akan kebodohannya.
"Hufft, mas Wisnu menyuruhku menghubunginya sedangkan aku? aku bahkan tidak memiliki nomor ponselnya jadi bagaimana caraku menghubunginya?"
Karena itu, Viola dibuat semakin frustasi namun ia segera menepis pikiran-pikiran negatifnya itu tatkan mengingat besok, ia harus mulai bekerja.
"Ah sudahlah, lebih baik aku beristirahat saja dan lagi pula besok adalah hari pertamaku bekerja disini dan aku tidak mau di cap sebagai pemalas sama mas Rehan apabila besok aku terlambat bangun pagi."
Viola mengangguk sambil berjalan menuju kamarnya namun saat melewati kamar Rehan yang memang berseblahan dengannya, langkah kaki Viola berhenti tepat di depan pintu kamar Rehan yang sedikit terbuka.
"Maaf bila aku belum bisa bahagia Key, hanya saja aku belum bisa melupakanmu" terdengar suara Rehan dari dalam kamarnya.
Viola yang mendengar ucapan teduh Rehan semakin dibuat bingung.
"Key? Key itu siapa ya?" gumam Viola beberapa saat mematung lalu kembali menggeleng.
"Astaga Vio, kau ini kenapa?" Viola memukul pelan jidatnya, tidak tahu ada apa dengannya.
"Kenapa juga, kau harus memikirkan ucapan mas Rehan? Key pasti adalah kekasihnya."
Dengan penuh keyakinan, Viola tersenyum dan melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya lagi.
Tanpa menunggu lama, Viola langsung merebahkan tubuh mungilnya diatas kasur namun ucapan Rehan barusan, masih terngiang didalam pikirannya.
Viola kemudian menggeleng, berusaha mengusir pikiran itu jauh-jauh dari otaknya.
"Vio, kau ini kenapa sih? itu adalah lingkungan orang kaya dan kau harusnya sadar akan posisimu disini" tidak lupa Viola mengangguk.
"Kau tinggal disini hanya untuk melayani mas Rehan saja dan tidak lebih jadi kau tidak boleh menambah, terlebih menyukainya karena memang itu tidak boleh terjadi."
Setelah bertengkar akan pikirannya, Viola pun akhirnya tertidur membuang pikiran tersebut jauh-jauh sebelum ia kembali sadar.
...
Wisnu yang sudah buat janji pada seseorang di restoran bintang 5 mulai mencari orang tersebut.
"Kak, kak Nunu" teriak gadis cantik, melambai kearah Wisnu.
Wisnu melihat itu pun tersenyum kemudian mendekati meja gadis itu.
"Reyza, sudah lama?" ucap Wisnu saat sudah bergabung di meja gadis bernama Reyza.
Reyza Ferryan, adik bungsu dari Rehan. Reyza memiliki paras yang rupawan dengan wajah blasteran, memiliki mata tajam berwarna hitam pekat dan hidung mancung membuatnya terlihat mirip orang Turki.
"Tidak juga" jawab Reyza santai karena memang Reyza baru tiba, tidak lama sebelum Wisnu datang.
"Oh iya kak, bagaimana dengan keadaan kakak Rehan? apakah kak Rehan masih belum mengingatku?"
"Astaga, aku harus berkata apa lagi?" ucap Wisnu dalam hati.
Dan tidak lama kemudian, Wisnu menggeleng karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Hufft, mengapa nasib kakak sulungku itu berakhir tragis seperti ini? aku bahkan tidak menemuinya karena takut membuatnya tambah pusing."
Terima kasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Putri Handayani
semangat selalu thor💪💪💪💪💪
2021-07-08
0
Nie Yha
boom like
2021-06-26
0
👑Meylani Putri Putti
5 like di tunggu feedbacknya
2021-06-17
0