Malam sudah menghampiri, Viola yang masih bergelut manja di dalam selimut pelan-pelan mulai tersadar.
Viola menggeliat mulai menatap kesekelilingnya. "Astaga, ternyata sudah malam" ucap Viola ketika melihat kegelapan dari luar jendela.
Viola pun bangkit dari tempat tidurnya, berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Cukup lama, Viola membersihkan dirinya hingga ia keluar hanya menggunakan handuk yang terlilit sebatas dada saja.
Viola yang belum sempat berpakaian, sudah dibuat terkejut akan suara ketukan pintu.
"Iya tunggu sebentar" sahut Viola, cepat-cepat mengambil koper dan mencari baju yang akan ia pakai.
Namun itu kembali gagal karena pintu kamarnya sudah terbuka lebar, memunculkan Hari yang berjalan menghampirinya.
Viola yang malu dengan penampilannya, menutupi area dadanya dengan kedua tangan.
"Mas Hari" ucap Viola terdengar bergetar.
"Kenapa kau masih belum siap? kita akan pergi sebentar lagi" seloroh Hari dengan ekspresi datar.
Viola yang paham, mengangguk. "Maaf mas tadi itu Viola ketiduran."
"Ah sudahlah, kau cepatlah bersiap-siap dan segera turun ke ruang tamu bila selesai" perintah Hari terdengar kesal.
"Iya mas."
Hari kemudian keluar kamar, meninggalkan Viola dengan wajah yang terlihat menahan malu.
"Bodohnya aku" umpat Viola memukul keningnya dan dengan cepat segera bersiap.
…
Viola keluar dari kamar sudah menggunakan pakaian yang menurutnya sudah pantas ia gunakan.
Setelah tiba di ruang tamu, Hari menatap Viola dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Apakah cuma ini pakaian bagusmu?" tanya Hari dan Viola mengangguk pelan.
"Jo, cepat bawa Viola pergi dan cepat kau ganti pakaiannya" ucap Hari tanpa melihat Viola lagi.
Jo yang mendapat perintah, langsung membawa Viola pergi hingga mereka tiba di sebuah ruangan.
"Cepat pakai baju ini" Jo memberikan sebuah gaun yang bagi Viola gaun itu sangat tidak cocok untuknya.
"Ta-tapi gaun ini tidak enak di pandang mas."
"Saya tidak mau tau, pokoknya kau harus memakainya" karena takut, Viola akhirnya meraih gaun itu.
"Masuk dan pakailah disana" Jo kembali memerintah Viola sambil menunjuk pintu ruangan yang ada didalam sana.
Viola yang penakut, hanya patuh akan semua perintah Jo.
Setelah beberapa menit, Viola akhirnya keluar menggunakan gaun kekurangan bahan tersebut.
Jo bahkan sudah menelan paksa salivanya, ketika melihat kecantikan Viola yang terpancar menggunakan gaun itu.
"Melihatnya seperti ini saja sudah membuatku paham akan alasan bos mengapa hari ini ingin menggunakan wanita baru ini" gumam Jo dalam hati.
Berbeda dengan Viola yang merasa tidak enak karena belahannya terekspose.
"Mas apakah gaunnya boleh diganti dengan gaun yang lain saja?" tawar Viola sambil menutupi belahannya yang dipandang Jo.
"Tidak, kau harus menggunakan gaun itu. Lagi pula bila bos Hari melihat kau dengan penampilan seperti ini, kau akan dibuat segera mendapatkan pekerjaan."
Viola yang sangat membutuhkan pekerjaan ikut pasrah akan perintah Jo.
Jo pun kembali membawa Viola ke tempat Hari berada. Senyuman Hari terbit setelah melihat penampilan Viola yang sangat anggun.
"Nah, ini baru bagus" Hari berdiri menghampiri Viola dan meraih tangannya.
"Ayo kita pergi" Hari berjalan beriringan Viola yang lagi-lagi memilih ikut perintah.
…
Viola dan Hari sudah diperjalanan menuju tempat yang dimana Viola sendiri tidak tahu akan kemana.
"Nanti setelah tiba disana, kau tidak boleh membantah semua perintahku" ucap Hari membuka pembicaraan.
Sedang Viola yang tengah duduk disamping Hari, menatap wajah serius pria tampan itu dengan sama seriusnya.
"Apakah hari ini saya akan bekerja?" tanya Viola yang Hari balas dengan anggukan.
"Tentu bahkan sudah ada yang memilihmu untuk memainkan peran dimalam ini."
Viola yang tidak paham akan maksud Hari hanya mengangguk dengan wajah bahagia karena menurutnya, sebentar lagi dirinya akan mendapat pekerjaan.
Setelah sekian lama menempuh perjalanan, akhirnya mereka tiba disebuah klub malam.
Viola masih berjalan beriringan Hari yang masih memegang tangannya.
Tatapan Viola berubah ketakutan, melihat setiap sudut ruangan yang ada didalam sana.
"Mas kenapa kita kesini?" Viola menyembuyikan wajah cantiknya dipunggung kekar Hari.
"Karena hanya disini kau akan cepat mendapat pekerjaan."
Pikiran negatife Viola sudah terbayang-bayang. Viola bahkan sudah ingin pergi namun ditahan oleh Hari.
"Bila kau berani berbuat macam-macam maka jangan salahkan aku bila besok pagi kau tidak bernapas lagi."
Viola yang diancaman tersentak kaget sedang Hari yang sudah melihat gelak ketakutan diwajah Viola langsung menarik paksa Viola pergi ke sebuah ruangan tertutup.
"Duduk disini karena sebentar lagi seorang pria kaya akan datang kesini untuk kau hibur maka jangan membuat kesalahan walau itu sedikit saja."
Tidak mau membuat Hari marah, Viola hanya mengangguk dan benar saja, tidak lama setelah itu seorang pria tampan datang.
"Hari, apakah ini wanita perawan yang kau maksud?" tanya pria tampan tersebut duduk dihadapan Viola.
"Iya seperti janjiku, aku tidak mau membuatmu kecewa, Rehan."
Viola yang berada disana memilih menunduk, sesekali memandangi Rehan yang tampak menatapnya begitu nafsu. Viola bahkan sudah memperbanyak doa.
"Ya Allah, terus lindungilah aku dari pria bejat seperti dia ini" lirih Viola dalam hati.
Setelah puas berbicara, Hari berencana meninggalkan Rehan dan Viola namun sebelum pergi, Hari terlebih dulu mendekati Viola.
"Masih ingat kan apa yang barusan aku katakan?" bisik Hari dan Viola langsung mengangguk.
"Bagus" lanjut Hari meneruskan langkahnya, berjalan keluar.
Viola terus menatap punggung Hari yang mulai menghilang dari indera penglihatannya.
Sedangkan Rehan masih stay dengan wajah datar tanpa dosa.
"Apakah kau dari kampung?" tanya Rehan yang Viola balas dengan anggukan.
"Terus usiamu?" Rehan menatap Viola dalam dan lama.
"17 tahun mas" jawab Viola cepat.
Rehan yang baru kali ini mendengar suara lembut Viola bahkan sudah membuatnya terangsang.
"Apakah kau sungguh masih perawan?"
Karena sudah sekian lama menikmati tubuh wanita malam, ia pun sudah tidak percaya akan semua perkataan wanita malam yang mengatakan dirinya masih perawan.
"Mengapa dia berkata seperti itu, is sangat menjijikkan" umpat Viola dalam hati diiringi anggukan.
Rehan yang sudah mendapat jawaban Viola, merasa tidak puas bahkan Rehan sudah mendekatkan dirinya pada Viola.
Viola yang melihat tingkah Rehan, selalu menjaga jarak namun Rehan selalu menepisnya karena memang Rehan sedang menguji keluguan Viola.
"Sepertinya gadis ini benar-benar masih perawan, buktinya saja setiap kali aku mendekat dia selalu menghindariku, tidak seperti wanita penghibur lainnya."
Selama ini, Rehan memang hanya memuaskan nafsunya pada wanita penghibur saja namun entah kenapa? dihari ini, ia ingin mencicipi wanita perawan seperti Viola.
Dengan gerakan cepat, Rehan dengan kasarnya menghempaskan tubuh Viola keatas sofa dan sudah menindihnya.
Rehan bahkan sudah mulai memperlancar aksinya dengan melucuti pakaian yang digunakan Viola hingga menyisahkan pakaian dalam saja.
Viola selalu memberontak namun ia kalah jauh dengan kekuatan yang Rehan miliki. Terlebih lagi, Rehan sudah mengunci tubuh mungil Viola membuatnya semakin melemah bila melawan.
"Jangan mas, ini dosa besar" seakan tidak percaya, Refan pun terkekeh.
"Hahaha, mengapa kau berkata seperti itu? bukankah wanita penghibur tugasnya memang seperti ini."
Ungkapan Rehan pun berhasil membuat Viola bungkam namun melihat itu, Rehan menjauhkan dirinya pada Viola yang terlihat mulai kedinginan.
"Cepatlah kau pasang bajumu itu, sebelum aku benar-benar khilaf" pintah Rehan melirik kearah lain.
Terima kasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nurhayati
Sepertinya bagus..... mulai terasa alurnya....😊
2022-09-24
0
Dhiana Wiyanshena
Suka ceritanya. 👍 saling semangat saling dukung kakak💪💪💪☺️☺️☺️
2021-07-03
0
Noonaluva
aduh jangan buka-bukaan🙈
Semangat ya...
2021-06-30
0