Tampak dari wajah Viola berubah bahagia melihat yang menelponnya adalah nenek Tia. Dengan cepat, ia pun mengangkatnya.
Saking bahagianya, Viola bahkan sudah berpindah posisi. Ia sudah duduk berhadapan Rehan di sofa.
"Huuaaa, neneeeek. Viola rindu neneeeek."
"Iya Cu, nenek juga" terdengar suara nenek Tia dari seberang sana.
"Hehehehe neneeeeeek."
Viola lalu melirik Rehan sembari tersenyum manis seakan paham akan tatapan tajam Rehan yang terjabarkan diwajah tampannya.
"Tadi nangis? terus sekarang? astaga, dasar gadis aneh" batin Rehan diiringi decakan.
"Oh iya, nenek tadi abis ngapain? kenapa nenek tidak mengangkat telpon Vio?"
"Maaf Cu, tadi itu nenek lagi salat."
Viola pun mengangguk paham, mungkin karena ini kali pertama Viola jauh dari sang nenek makanya mudah parno.
"Oh gitu, pantas saja."
"Iya Cu, oh iya bagaimana di Jakarta, sudah dapat tempat tinggal?"
"Alhamdulillah sudah nek, Vio bahkan sudah kerja sama orang baik."
Viola berkata dengan begitu senangnya, ia bahkan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia sengaja melakukan itu agar agar Rehan mendengarnya.
Namun Rehan yang mendengar hanya cuek karena Rehan sedang fokus membaca majalah.
"Benarkah itu?"
Rehan yang mendengar, terlihat menahan tawa karena Viola dianggap berbohong.
Dan itu ditangkap Viola, dengan cepat ia mengangguk.
"Iya nek, Viola nggak bohong."
"Syukur alhamdulillah, nenek seneng dengernya."
"Hehehe iya nek, majikan Viola ini memang sangat berbeda."
"Berbeda? loh kok bisa Cu?"
"Iya bisa dong, nek. Dia memang berbeda, dia adalah pria tampan, berkarisma dan suka menolong maka dari itulah, Vio pasti akan betah tinggal di Jakarta."
Lagi-lagi Rehan menggeleng sambil berdecak.
"Aku sudah tahu trik busukmu itu, dia pikir aku bodoh? cih, dia ini memang gadis licik, dia sengaja memujukiku karena ingin mendapatkan gaji yang besar, astaga" gumam Rehan.
Viola yang selalu memuji membuat Rehan bosan karena baginya itu hanyalah sebuah tipu muslihat saja.
Dan karena bosan, Rehan memilih tidur sembari memasang headset di kedua telinganya.
Dan tidak terasa, Viola sudah menghabiskan banyak waktu berbicara bersama nenek Tia.
Hingga baru tersadar bila Rehan tertidur. Viola yang baru tersadar akan hal itu, memutuskan menutup telpon nenek Tia.
"Oh iya, sudah dulu ya nek. Vio sudah mengantuk" ucapnya, tidak lupa Viola menguap agar nenek Tia tambah percaya.
Seusai mendapat persetujuan, Viola langsung menutup telponnya. Ia pun berjalan kearah Rehan.
Viola bahkan sudah berjongkok didepan Rehan, ia memperhatikan wajah damai Rehan yang terlelap.
"Dia memang galak, cuek dan judes tapi aku yakin dia memiliki hati yang baik" gumam Viola menatap wajah Rehan lama dan dalam.
Rehan yang tengah tertidur, menggeliat dan begitu terkejut akan jaraknya antara Viola yang amat dekat.
Seketika itu juga Rehan bangun dari pembaringannya.
"Apa yang akan kau lakukan padaku? apakah kau berniat memperkosaku?"
Rehan berucap seakan-akan dirinya ingin disetubuhi sedangkan Viola yang mendengar ucapan tidak masuk akal itu terkekeh.
"Hahaha, apa tadi? aku berniat memperkosa mas Rehan?"
"Tentu, kau pasti ingin membalas perbuatanku kan?" ucapnya diiringi kepercayaan diri yang kokoh.
Lagi-lagi Viola terkekeh, ia bahkan sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
Bagaimana mungkin, Rehan bisa berpikiran sejauh itu? Rehan yang melihat tingkah Viola lalu berdiri.
"Kenapa kau malah tertawa, apa memperkosa itu lucu?"
Dengan tangan menutup mulut, Viola berhenti tertawa dan ikut berdiri di depan Rehan.
"Tentu tidak mas, hanya saja itu terdengar sangat lucu. Bagaimana mungkin? seorang gadis sepertiku ingin memperkosa mas Rehan yang ada, mas lah yang bisa."
Tidak suka dibantah, Rehan mendekatkan dirinya pada Viola. Viola melihat Rehan dengan jarak yang mulai dekat, perlahan mundur.
"Hehe mas, tadi itu hanya bercanda loh" karena tidak tahu harus berbuat apa? Viola mundur dan langkahnya berhenti karena sudah ada tembok yang menghalanginya.
Namun Rehan tidak mengindahkan perkataan Viola, ia terus saja maju sampai benar-benar tidak ada jarak diantara keduanya.
"Sungguh mas, tadi itu hanyalah bercanda" ucapnya tanpa melihat wajah Rehan lagi, seakan tahu apa yang akan diperbuat Rehan.
"Aku tidak percaya itu dan lagi pula, semua yang kau katakan memang benar."
"Bila ada yang melakukan pemerkosaan disini, itu hanya aku dan kau tidak akan berdaya."
Viola yang tadinya memalingkan wajahnya kesamping, kini melihat kearah Rehan yang tertawa.
"Aduh, apa yang sudah aku katakan? dasar bodoh!!"
Tidak percaya akan perkataannya, Viola mengumpati dirinya sendiri.
Tangan Rehan bahkan mulai bergerak aktif, menyentuh wajah cantik Viola, turun ke leher hingga ingin merabah daerah lainnya.
Bagi Rehan, perbuatan itu sudah hal biasa untuknya, bahkan itu sudah bisa dikata kebiasaan karena hampir setiap malam, Rehan selalu melakukannya.
Ting.. Tong..
Terdengar suara bel menghalangi niat Rehan, Rehan yang mendengar itu terlihat sangat kesal pada siapa yang ada di luar sana.
"Sial!!"
Viola yang tadinya menutup mata, sudah bisa bernapas legah, ia bahkan berniat berterima kasih pada orang yang sudah menolongnya.
Karena jika tidak ada dia, Viola tidak tahu akan terjadi apa.
"Syukurlah, untung ada dia" gumam Viola mengusap dadanya setelah Rehan pergi.
Rehan berjalan kearah pintu dengan wajah kusam, ia sudah mengumpati siapa pun orang itu.
Ceklek..
Pintu terbuka lebar, memunculkan seorang pria tampan yang melambai kepadanya.
"Ada apa kau kemari?" tanya Rehan singkat.
Pria tampan tersebut menggeleng diiringi decakan. Dia adalah sahabat sekaligus sekretaris pribadi Rehan.
Sejak kuliah sampai sekarang, mereka sudah bersahabat jadi begitulah.
"Woy, aku ini sahabatmu jadi apakah harus ada alasan bila ingin bertemu sahabat sendiri?"
"Sahabat?" Rehan mengulang ucapan pria tampan itu.
"Tentu!!" pria tampan itu berkacak pinggang, menatap Rehan begitu intens.
"Kalau di kantor, aku barulah sekretarismu namun bila sudah diluar, aku sudah menjelma menjadi sahabatmu."
Rehan benar-benar dibuat jengkel dengan kedatangan pria tersebut dan entah mengapa, tenaganya terasa sangat terkuras di hari ini.
"Sabar, hari ini kau sedang di uji" gumam Rehan dalam hati.
"Baiklah, cepat kau masuk dan lagi pula aku ingin bercerita padamu."
Mendengar itu, pria tampan itu langsung masuk menuju ruang tamu meninggalkan Rehan dibelakangnya.
"Dasar, tamu lacnak!!"
Rehan berdesir dengan wajah tampak murung melihat tingkah sahabatnya yang dari dulu hingga sekarang, bersifat seenaknya saja.
Langkah pria tampan itu lalu terhenti dengan mata melotot, ketika melihat Viola tengah tersenyum padanya.
Rehan yang berada dibelakangnya, sudah mengerti akan maksud dari tatapan tersebut.
"Dia pelayan baruku" ucap Rehan menghentikan keheningan disana.
Sedangkan pria tampan itu sudah mendekati Viola diiringi uluran tangannya.
"Hai, aku Wisnu. Aku sahabat sekaligus sekretaris pribadi Rehan" tidak lupa Wisnu tersenyum.
Viola pun tersenyum dan membalas uluran Wisnu.
"Viola mas, saya dari kampung."
Wisnu mengangguk dengan tatapannya masih tertujuh pada Viola bahkan tanpa berkedip.
Seakan terbuai akan kecantikan yang Viola miliki.
"Umurmu berapa?" karena merasa Viola masih sangat muda.
"17 tahun mas."
Terima kasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Little Peony
Lanjut ya Thor ✨✨✨✨
2021-07-22
0
Lizaz
Aku mampir thor
Semangat author ✍️❤️
2021-07-04
0
YouTrie
Hadir thor memberi Like ISTRI SANG MAJIKAN
2021-07-03
0