" Siapa dia...?" gumam Mira.
Mira yang kebetulan melewati depan rumah Syafia lagi tak sengaja melihat Syafia sedang mengobrol dengan seorang laki - laki.
" Assalamu'alaikum Sya..." sapa Mira.
" Wa'alaikumsalam Mir, ada apa...?" saut Syafia.
" Cuma kebetulan lewat aja Sya, itu tadi siapa...?"
" Yang mana Mir...?"
" Itu tadi laki - laki yang barusan dari sini..."
" Itu keluarga dari tempat Ayah bekerja. Mereka hanya ingin berkunjung..."
" Owhh... Oh iya, Reyhan belum ada kabar ya...?"
" Belum Mir, mungkin dia lagi sibuk..."
" Ya udah, kalau gitu aku pulang dulu Sya udah hampir maghrib..."
" Iya, hati - hati Mir..."
" Assalamu'alaikum Sya..."
" Wa'alaikumsalam..."
Setelah Mira pergi, Syafia langsung masuk ke dalam rumah dan segera mandi untuk membersihkan diri sebelum waktu maghrib tiba.
* * *
Dua hari kemudian, malam hari setelah Isya', Syafia merebahkan tubuhnya di kasur dengan memainkan ponsel di tangannya. Dia mencoba menghubungi nomor Reyhan namun masih saja tidak aktif.
" Rey, kamu pergi kemana...? Kenapa tak memberi kabar sama sekali padaku. Banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu..." batin Syafia.
Tak lama, Bunda mengetuk pintu kamar Syafia. Bunda merasa khawatir dengan keadaan Syafia sekarang karena Bunda tahu kedekatan anaknya dengan Reyhan.
" Sya... Bunda boleh masuk...?" ucap Bunda dari luar kamar.
" Iya Bun, masuk saja..." saut Syafia sambil menghapus airmatanya.
" Kita makan dulu Sya, Ayahmu sudah menunggu dari tadi..."
" Iya Bun, Syafia akan menyusul nanti. Bunda sama Ayah duluan aja makannya..."
" Maafin Bunda Sya, Ayahmu sudah tak mampu lagi untuk bekerja keras. Beliau harus banyak istirahat sekarang, raganya tak sekuat dulu lagi..."
" Tapi kenapa Syafia harus menikah dengan Mas Argha Bun...? Syafia belum siap untuk menjalani rumah tangga dengan laki - laki yang tidak Fia kenal..."
" Fia... Ayah tahu ini sangat mengejutkan untukmu. Maafkan Ayah Nak, tapi ini semua keinginan Nyonya Pratama. Beliau ingin kamu menjadi bagian dari keluarga Pratama..."
Ayah masuk ke dalam kamar Syafia dan memeluk putri semata wayangnya itu.
" Apa tidak ada cara lain Yah...? Kenapa harus menikah...? Fia masih ingin melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi..."
" Argha adalah laki - laki yang baik Nak, dia tidak pernah membedakan status sosial seseorang. Ayah yakin Argha bisa menjagamu dengan baik..."
" Tapi Yah, Fia belum siap untuk menikah..."
" Sebenarnya Ayah juga tidak mau memaksamu untuk menerima perjodohan ini Sya, tapi Nyonya Pratama ingin sekali membalas apa yang sudah Ayah berikan padanya. Sungguh Sya, sebenarnya Ayah ikhlas mendonorkan satu ginjal Ayah untuk beliau. Namun Nyonya bersikeras supaya Argha mau menikahimu..."
" Selesaikan semua masalahmu dengan Reyhan sebelum hari pernikahanmu tiba Sya..." ucap Bunda.
" Syafia tidak bisa meninggalkan Rey begitu saja Bun..."
" Fikirkan baik - baik Sya, apa yang kamu anggap baik sekarang belum tentu baik untuk masa depanmu..."
" Kasih Fia waktu Bun, seminggu lagi Mas Argha akan datang. Kami akan mengatakan keputusan yang kita sepakati bersama..."
" Ya sudah, ayo kita makan dulu. Kita pasrahkan semua kepada Sang Pencipta Nak, jika memang takdirmu bersama Argha kamu tidak bisa menolaknya. Tapi jika kamu berjodoh dengan Reyhan, pasti ada jalan untuk kalian berdua..." ucap Bunda.
" Iya Bunda..."
Mereka bertiga makan malam bersama dengan suasana yang tenang. Syafia berusaha untuk ikhlas menerima takdir yang sudah tertulis untuknya.
Setelah makan malam, semua kembali ke kamar untuk beristirahat. Syafia mengambil ponselnya lalu berbaring di tempat tidur. Saat membuka layar ponselnya, terlihat ada pesan masuk. Syafia merasa senang karena mengira itu dari Reyhan. Namun saat dibuka ternyata dari nomor yang tidak dia kenal.
" Ini nomor siapa...?" gumam Syafia.
Syafia membaca pesan itu dengan pelan.
" Assalamu'alaikum... udah tidur...?"
Karena penasaran, Syafia membalas pesan itu.
" Wa'alaikumsalam... ini siapa...?" balas Syafia.
Hampir setengah jam Syafia menunggu namun tidak ada balasan, chat itu juga belum dibaca.
" Hhhh... menyebalkan...!" gumam Syafia kesal.
Baru juga dipikirkan, ada balasan pesan yang masuk.
" Maaf ya... tadi saya tinggal keluar sebentar..."
" Sebentar apanya, udah setengah jam di bilang sebentar..." jawab Syafia.
" Iya, maafin ya...?"
" Oh iya, kamu siapa sih...?"
" Memangnya kamu nggak lihat profil saya...?"
Syafia langsung membuka profil nomor yang tidak tersimpan dalam kontaknya itu.
" Mas Argha..." ucap Syafia kaget.
Tak lama, Argha menghubungi Syafia agar bisa berbicara langsung.
" Assalamu'alaikum Mas Argha..." ucap Syafia.
" Wa'alaikumsalam Sya... kok belum tidur sih...?" jawab Argha.
" Belum Mas, lagian masih jam sembilan..."
" Jangan tidur terlalu malam, tidak baik untuk kesehatan. Kamu kan masih dalam masa pertumbuhan..."
" Memangnya saya masih anak kecil...?" ucap Syafia kesal.
" Hehehee... iya maaf, saya cuma bercanda..." saut Argha.
" Mas Argha darimana tadi...?"
" Biasa, lagi sama Papa dan Mama di bawah. Ada adik aku juga, seumuran sama kamu..."
" Kirain lagi sama pacarnya..."
" Kalau kamu setuju menikah denganku, aku akan tinggalkan dia..."
" Kok Mas Argha tega putusin pacarnya gitu aja...?"
" Nanti kalau kamu udah setuju menikah baru Mas kasih tahu alasannya..."
" Apa nanti jika Mas udah ketemu dengan perempuan yang Mas cintai, Syafia juga akan dibuang seperti pacar Mas yang sekarang...?"
" Kalau perempuan yang aku cintai itu kamu gimana...?"
" Kok malah nanya gitu sih...?" ucap Syafia.
" Udah, jangan berpikir yang aneh - aneh. Jadikan lusa aku jemput...?"
" Belum tahu Mas, aku masih ragu untuk membuat keputusan..."
" Katanya kamu punya pacar, apa sudah bicara sama dia tentang perjodohan kita Sya...?"
" Belum Mas, beberapa hari ini dia pergi nggak tahu kemana. Ponselnya juga nggak aktif, dia nggak kasih kabar apapun padaku..."
" Jangan terlalu berharap hanya karena kamu mencintainya, walaupun saling mencintai belum tentu kalian berjodoh..."
" Cinta, mungkinkah berjodoh...?" gumam Syafia tanpa sadar.
" Sya, kamu ngomong apa...? Saya kurang dengar tadi..." tanya Argha.
" Ah tidak Mas, lupakan saja..."
" Ya sudah, kamu udah ngantuk belum...? Saya tidak mau mengganggu waktu istirahat kamu..."
" Tidak kok Mas, saya belum mengantuk..."
" Saya senang bisa ngobrol sama kamu Sya..."
" Syafia juga senang Mas, setidaknya Syafia bisa sedikit melupakan Reyhan yang pergi tanpa kabar..."
" Memangnya tidak ada keluarganya yang bisa kamu hubungi...?"
" Tidak Mas, Rey hanya tinggal berdua dengan Ibunya. Nomornya juga tidak aktif..."
" Yang sabar, mungkin kekasihmu sedang ada kesibukan yang tidak bisa di ganggu..."
" Mudah - mudahan begitu Mas, Syafia khawatir terjadi sesuatu padanya..."
" Percayalah pada takdir Allah Sya, jika kamu berjodoh dengannya pasti kalian bisa bersama lagi. Tapi jika kita yang di takdirkan berjodoh, saya harap kamu bisa ikhlas menerimanya. Istikhoroh_lah sebelum membuat keputusan besar ini. Aku tunggu jawaban kamu lusa, jangan lupa. Bijaklah dalam mengambil keputusan, ini semua untuk masa depan yang akan kita jalani..."
" Iya Mas, Insya Allah saya akan meminta petunjuk kepada Allah dalam menentukan keputusan ini. Saya sadar selama ini saya terlalu bergantung sama Reyhan, karena saya terlalu yakin bahwa dia adalah jodohku. Saya lupa jika takdir itu di tangan Allah, walaupun pada kenyataannya saat ini saya sangat mencintai dia..."
" Cinta, mungkinkah berjodoh...? Kita tidak tahu dengan yang terjadi besok Sya, sekarang kamu memang sangat mencintainya tapi Allah Maha Penentu Segalanya. Mungkin besok Allah bisa merubah rasa yang kamu miliki itu berpindah pada orang lain..."
" Mas Argha tidak mendo'akan Syafia putus dari Reyhan kan...?"
" Saya berdo'a untuk kebaikan kamu Sya, jika kamu berjodoh dengan kekasihmu itu saya tidak masalah. Mungkin jodohku ada di tempat lain, bukan dirimu..."
" Ya sudah, ini udah malam Syafia tidur dulu ya besok kita sambung lagi..."
" Iya Sya, selamat istirahat... Assalamu'alaikum calon jodohku..."
" Wa'alaikumsalam Mas..." jawab Syafia dengan pelan.
Syafia langsung memutuskan sambungan telfonnya. Jantungnya berdetak sangat cepat, hatinya terasa damai dan nyaman.
" Astaghfirullah... kenapa setelah bicara dengan Mas Argha hatiku jadi tak karuan begini..." gumam Syafia.
Syafia segera meletakkan ponselnya di meja dan bersiap untuk tidur. Tapi bayangan wajah yang biasanya selalu terlintas dalam pikirannya setiap menjelang tidur kini telah berganti dengan sosok wajah yang baru dikenalnya.
" Ya Allah_..."
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments