" Tapi aku punya syarat untuk Mas Argha..." ucap Syafia.
" Apa...? Katakan saja, jika aku mampu akan aku penuhi..."tutur Argha.
" Nanti saja saat kita ketemu, lagian itu juga kalau kita jadi menikah..."
" Baiklah, ayo pulang... semua orang khawatir padamu..." ajak Argha.
" Mas Argha kenapa setuju disuruh menikah sama aku...?"
" Mama adalah segalanya buat aku Sya, semua permintaan Mama pasti aku turuti..."
" Termasuk menikah denganku...?"
" Iya... semua aku lakukan demi Mama...!"
" Apa Mas Argha tidak memikirkan kehidupan kita kedepannya...?"
" Maksud kamu apa...?"
" Apakah kita akan menjalani pernikahan ini untuk selamanya...?"
" Kenapa bertanya seperti itu...? Apa kamu berniat cerai dariku bahkan sebelum kita menikah...?"
" Bukan, bagaimana jika suatu saat nanti Mama menyuruh Mas Argha menceraikan aku di saat Mas Argha mulai mencintai aku...?"
" Cinta...? Aku tidak percaya dengan cinta. Semua wanita hanya menginginkan uangku saja..."
" Tidak semua wanita itu bersifat buruk seperti yang Mas Argha katakan. Ralat ucapanmu itu...!"
" Maaf, tapi kebanyakan dari mereka seperti itu dan kamu adalah kelompok minoritasnya..."
" Apa Mas Argha punya pacar...?"
" Ada, tapi kurasa aku tidak memiliki rasa sedikitpun padanya. Dia hanya menginginkan uang saja, makanya aku tidak percaya pada wanita yang mengungkapkan cintanya padaku..."
" Kenapa Mas Argha masih mau bertahan dengannya...?"
" Aku hanya butuh teman jalan saat waktu luang saja..."
" Memangnya Mas Argha nggak punya teman...?"
" Udah, nggak usah bahas yang nggak penting. Apa kamu punya pacar...?" tanya Argha.
" Punya, kami sudah bersama sejak kecil. Kemanapun aku pergi, dia selalu menemaniku..."
" Seandainya jodohmu adalah aku, bukan dia... gimana? Apa yang akan kamu lakukan...?"
" Tidak mungkin aku berjodoh denganmu...! Kita bahkan tidak saling kenal..."
" Jangan mendahului takdir Tuhan Sya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi satu detik kemudian..."
" Nggak usah ceramah, aku juga udah tahu...!"
" Aku tidak berharap banyak dari pernikahan kita Sya. Tapi jika itu terjadi, aku akan memutuskan hubunganku dengan wanita manapun selama kita terikat dalam pernikahan. Bagaimana denganmu...?"
" Aku sangat mencintai kekasihku, tidak mudah untuk melupakan semua kenangan yang sudah kami jalin dari kecil. Saya berharap kamu bisa memahaminya..."
" Jika dia tahu kamu akan menikah dengan orang lain, apa dia masih mau menjadi kekasihmu...?"
" Makanya Mas Argha batalin pernikahan ini, biar Syafia bisa terus bersama Reyhan..."
" Tidak segampang itu Sya, ini permintaan orangtua kita. Aku tidak bisa menolak permintaan Mama dan Papa..."
" Sebenarnya aku juga tak bisa menolak Mas, tapi aku dan Reyhan sudah saling mencintai dari dulu. Ini sebuah keputusan yang cukup sulit untuk aku ambil..."
" Kita masih punya waktu satu bulan Sya, pergunakan ini untuk memutuskan yang menurutmu paling baik untuk kita semua. Jangan mengecewakan kedua orangtuamu. Ridlo mereka sangat berarti untuk kita sebagai anak..."
" Iya Mas, nanti aku pikirin lagi. Aku akan bicara baik - baik pada kedua orangtuaku..."
" Ya udah, ayo cepat pulang. Di rumah pasti orangtuamu sedang menunggu putri cantiknya dengan khawatir..." ucap Argha sambil tersenyum.
Melihat senyum Argha yang begitu menawan, tanpa sadar Syafia menatapnya dengan penuh kekaguman.
" Sya... Jangan menatapku seperti itu. Lama - lama kamu suka sama aku nanti..." goda Argha.
" Ihhh... siapa juga yang ngelihatin Mas Argha. Sok kepedean banget sih Mas...!" sungut Syafia.
" Ya udah, kalau begitu kita jalan sekarang sebelum orangtua kita menyusul sampai kesini..."
Argha meraih tangan Syafia dan menggenggamnya erat lalu berjalan dengan sedikit menarik Syafia yang berjalan pelan.
" Astaghfirullah... apa yang terjadi denganku...? Kenapa aku tak bisa menolak genggaman tangan Mas Argha. Jantungku rasanya berdetak sangat kencang, perasaan ini tak pernah aku rasakan saat menggenggam tangan Reyhan..." batin Syafia.
" Sya, agak cepet jalannya... udah sore ini...!"
Ucapan Argha membuyarkan lamunan Syafia yang sedari tadi tak melihat jalanan. Syafia terus saja menunduk menahan rasa yang begitu aneh di dalam hatinya.
" Iya Mas, maaf..."
* * *
Syafia dan Argha sudah di tunggu oleh kedua orangtua mereka di depan rumah.
" Kalian kemana udah sore begini...?" tanya Mama Argha.
" Kami cuma jalan - jalan sebentar ya..." jawab Argha.
" Oh iya Ar, kita pulang sekarang ya... Besok ada rapat bulanan jam sembilan pagi. Papa tidak mau terlalu lelah kalau sampai rumah larut malam..." ucap Papa.
" Iya Pa, kita pulang sekarang..."
" Oh iya Sya, saya dan orangtuamu sudah sepakat kalau kamu ikut kami ke Jakarta sekarang ya, biar kamu dan Argha bisa saling mengenal sebelum menikah..." ucap Mama.
" Tapi saya_..." ucapan Syafia terputus oleh genggaman tangan Ayahnya.
" Ayah akan menemani Bunda disini Sya, kamu pergilah bersama keluarga Pratama. Mereka adalah orang yang baik, jika kamu sudah menikah nanti berarti tugas Ayah sudah selesai. Ayah tidak akan meninggalkan Bunda lagi..."
" Ayah tidak akan bekerja lagi di Jakarta...?"
" Tidak Sya, Ayah sudah tua... sudah waktunya beristirahat..."
" Syafia nggak mau berpisah dengan Bunda..."
" Sya... kalau kamu merindukan Ayah Bundamu, kapanpun kamu minta Argha akan mengantarkanmu pulang..." bujuk Mama.
" Tapi_..."
Syafia menatap ke arah Argha yang sedari tadi hanya diam.
" Tapi apa Sya...?" tanya Bunda.
" Mungkin tidak sekarang Syafia ikut ke Jakarta Bunda. Minggu depan Argha akan datang lagi kesini untuk menjemput Sasya. Biarlah Sasya disini dulu, saya juga lagi banyak kerjaan minggu ini jadi tidak bisa sering menemani Sasya di rumah..."
" Ya udah kalau begitu, tapi janji minggu depan kamu jemput Syafia ke Jakarta ya Ar...?" ucap Mama.
" Iya Ma... Insya Allah Argha akan bawa Syafia ke Jakarta..."
" Baiklah, kalau begitu kami pamit ya Pak, Bu..." ucap Mama.
Mereka saling bersalaman lalu mengucapkan salam.
" Assalamu'alaikum..." ucap Mama dan Papa.
" Wa'alaikumsalam..." jawab Ayah dan Bunda.
" Sya... aku mau bicara sebentar..." ucap Argha.
" Tapi jangan lama - lama Ar, Mama dan Papa tunggu di mobil..."
" Iya Ma..."
" Bunda sama Ayah juga masuk dulu Nak, biar kalian lebih leluasa untuk berbicara..."
" Iya Bunda, maaf sebelumnya..."
Setelah tinggal berdua saja, Argha mendekati Syafia yang telah duduk di teras rumah.
" Sya... pergunakan waktu seminggu ini untuk memikirkan tentang orang tua kita. Minggu depan aku akan menjemputmu, jika saat di rumahku kamu merasa tidak nyaman dan merasa kita tidak cocok aku akan meminta pada Mama untuk membatalkan perjodohan ini..."
" Iya Mas, terimakasih kamu sudah memberikan waktu untukku berpikir..."
" Ya udah aku pulang dulu, see you next time Syafia... Ini nomorku, jika butuh sesuatu jangan sungkan menghubungiku..." ucap Argha.
" Insya Allah Mas... terimakasih atas pengertiannya..."
" Assalamu'alaikum Sya..."
" Wa'alaikumsalam Mas Argha..."
Syafia tanpa sadar melambaikan tangannya sambil tersenyum.
" Masya Allah, begitu indahnya ciptaanMu ya Allah..." batin Argha sambil membalas lambaian tangan Syafia dengan senyuman.
Tanpa ada yang menyadari, sedari tadi ada yang mengawasi mereka dari jauh.
" Siapa dia...!"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments