"Aku mikirin Reyhan Mir..."
Syafia sangat gelisah karena Rey pergi tanpa kabar dari semalam.
" Memangnya Rey kenapa Sya...?" tanya Mira.
" Dari semalam Rey nggak ada kabar, ponselnya juga tidak aktif. Tadi waktu aku ke rumahnya, rumahnya kosong. Kata Tante samping rumah, mereka pergi dari habis maghrib dan belum kembali sampai sekarang..."
" Mungkin mereka ada urusan mendadak Sya..."
" Mungkin juga Mir, semoga Rey baik - baik aja..."
" Sya, Rey kemana sih...?" tanya Santi tiba - tiba.
" Astaghfirullah San... dari tadi kamu nggak denger kita lagi ngomong apa...?" ucap Mira kesal.
" Hehehee... aku lagi asyik makan, jadi nggak denger obrolan kalian..." saut Santi nyengir.
" Hhh... dasar tukang makan...!" ejek Mira.
" Biarin aja, yang penting happy...!" balas Santi.
" Udah jangan berantem terus... Kalian itu kalau nggak berantem semenit aja udah gatel ya...?" ledek Syafia.
" Sya, seandainya suatu saat nanti ksmu tidak berjodoh dengan Rey gimana...?" tanya Santi.
" Aku akan pasrah jika itu memang takdir yang harus aku jalani San..."
" Udah jangan dengerin Santi Sya, dia suka ngawur kalau ngomong..." ucap Mira.
" Pulang yuk, udah sore..." ajak Syafia.
" Ok...! let's go my friend..." saut Santi.
* * *
Sampai di depan rumah, Syafia kaget karena sepertinya ada tamu yang datang. Ada mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya.
" Apa Ayah pulang ya...?" gumam Syafia.
" Syafia..." Ayah berdiri di depan pintu memanggil Syafia yang sedang melamun.
" Assalamu'alaikum Yah... Ayah bawa mobil siapa...?"
" Wa'alaikumsalam... itu mobil punya Boss di tempat kerja Ayah..."
" Boss Ayah datang kesini...?"
" Iya... Masuklah, mereka ingin bertemu denganmu..." ucap Ayah.
Dengan pelan Syafia melangkahkan kaki di belakang Ayahnya masuk ke dalam rumah.
" Assalamu'alaikum..." ucap Syafia.
" Wa'alaikumsalam... ini anak kamu Pak Hardi...?" tanya Nyonya Dewi Pratama.
" Iya Nyonya, ini anak saya namanya Syafia..." ucap Ayah Syafia.
" Cantik sekali, pasti cocok ya Pa..."
" Iya Ma, pasti dia menyukainya..." saut Tuan Pratama.
" Ayah, sebenarnya ada apa...?" tanya Syafia pada Ayahnya.
Bunda hanya diam, dia tidak berani bicara apapun karena Syafia pasti akan merasa sedih dan kecewa.
" Bunda belum bilang sama Fia...?" tanya Ayah.
" Maaf, Bunda belum sempat bilang sama Fia Yah..." ucap Bunda gugup.
" Tidak apa - apa Bu, kita tunggu anak saya dulu..." ucap Tuan Pratama.
" Assalamu'alaikum..." ucap seseorang yang baru datang dan langsung masuk ke dalam rumah.
" Wa'alaikumsalam..." jawab mereka semua.
" Maaf, tadi saya salah jalan waktu di pertigaan depan..." ucap pemuda itu.
" Duduklah Ar, kami sudah lama disini kamu baru sampai..." ucap Tuan Pratama.
" Sebenarnya kita kesini mau apa Pa...?"
" Udah diem dulu, Papa mau bicara sama Pak Hardi dulu..."
" Tuan, Anda yakin...?" tanya Pak Hardi.
" Sebentar Pak... Argha, kamu duduk di samping Syafia..."
" Tuan, sebenarnya ada apa ini...?" tanya Syafia.
" Syafia, kenalkan ini anak saya Argha Pratama. Argha, kenalkan ini Syafia anak Pak Hardi. Kalian akan menikah satu bulan lagi..." ucap Tuan Pratama.
" Menikah...?" ucap Syafia dan Argha bersamaan.
" Iya, menikah. Kalian setuju kan...?"
" Tapi Pa, kami tidak mungkin menikah. Aku dan Syafia tidak saling kenal..." ucap Argha.
" Ini bukan penawaran, tapi perintah...!" ucap Tuan Pratama tegas.
" Yah, Syafia nggak mau menikah sekarang. Fia masih ingin melanjutkan kuliah..." Syafia menghiba pada Ayahnya.
" Ayolah Nak, turuti permintaan Ayahmu..." ucap Bunda sambil menitikkan airmatanya.
Syafia menangis dan berlari keluar dari rumahnya.
" Argha, kejar Syafia... bujuk dia supaya mau menikah denganmu. Mama tidak mau pernikahan ini batal..." ucap Mama Argha sambil menggenggam tangan anaknya.
" Tapi Ma... Argha tidak mungkin melakukan itu...!"
" Argha...!" teriak Tuan Pratama.
" Sudah Tuan, jangan memaksa jika Tuan Muda Argha tidak bersedia..." ucap Ayah Syafia.
" Tidak Pak Hardi, ini sudah menjadi perjanjian kita sejak lama. Setelah pernikahan Argha dan Syafia Pak Hardi tidak perlu lagi bekerja..." saut Tuan Pratama.
" Argha... cepat susul Syafia..." pinta Nyonya Pratama.
" Baiklah Ma, Argha akan menyusul Syafia..." ucap Argha pelan.
Argha segera keluar dari rumah dan mencari keberadaan Syafia. Dia tidak ingin mengecewakan orangtuanya dengan menentang perjodohan itu.
" Sya... tunggu...!" teriak Argha.
Syafia berhenti berlari dan bersimpuh diatas rumput di bawah pohon besar.
" Sya, ada yang ingin saya bicarakan denganmu..." Argha duduk di samping Syafia yang sedang menangis.
" Aku tidak mau menikah denganmu...!" teriak Syafia.
" Tenanglah Sya, kita bisa bicarakan ini dengan baik - baik..." ucap Argha.
" Gampang sekali Anda bicara seperti itu Tuan... Saya tidak mau bicara apapun denganmu...!"
" Sya, aku juga tidak menginginkan pernikshan yang seperti ini. Aku ingin menikah dengan orang mau menerima aku dengan tulus. Tapi apa kamu tahu mengapa kita harus menikah...?"
" Aku tidak mau tahu...!"
" Kamu harus tahu Sya... sebenarnya pernikahan ini sudah orangtua kita rencanakan sepuluh tahun yang lalu..."
" Apaa...? Sepuluh tahun...? Bagaimana itu bisa terjadi Tuan...?"
" Jangan panggil aku seperti itu Sya, aku tidak suka kata - kata itu keluar dari mulut indahmu..."
" Aku harus panggil apa...?"
" Terserah, asal jangan Tuan lagi..."
" Baiklah Mas Argha, sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi...!"
" Sepuluh tahun yang lalu, Mama sakit dan harus mendapatkan donor ginjal. Dari semua yang bersedia mendonorkan ginjalnya, hanya Ayahmu yang cocok. Sejak saat itu perjanjian pernikahan ini terjadi. Aku tidak memaksamu untuk bersedia menikah denganku. Tapi pikirkanlah kedua orangtua kita..."
" Tapi, aku masih terlalu muda untuk terikat dalam sebuah pernikahan. Aku masih pengen melanjutkan kuliah dan_..."
" Dan apa...? Kamu pasti tidak mau berpisah dengan kekasihmu ya...?" tanya Argha.
" Hhh... kenapa kita terjebak dalam takdir serumit ini..."
" Cinta, mungkinkah berjodoh...?" teriak Argha.
" Apa maksud Mas Argha...?"
" Mungkin saat ini kamu dan kekasihmu saling mencintai. Tapi, apa mungkin kalian berjodoh...? Kita tidak bisa menentukan jodoh kita walaupun kita sudah menjalin cinta dengan seseorang. Kadang jodoh itu datang secara tiba - tiba dan tak terduga. Jodoh datang di waktu yang kita sendiri belum bisa menerimanya. Begini saja, sebaiknya kita sama - sama istikharoh terlebih dahulu. Buang semua emosi dan amarahmu, pasrahkan semuanya pada Allah. Jika setelah istikharoh kita mendapatkan jawaban dari takdir kita, beritahu aku. Kita akan bertemu tiga hari lagi disini. Jika memang kita tidak berjodoh, aku yang akan membatalkan pernikahan ini..." ucap Argha.
" Tapi saat ini aku punya seorang kekasih Mas, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja..."
" Dia pasti mengerti dengan keadaan kita Sya, kamu tidak pernah mengkhianati dia. Ini semua demi permintaan orang tua kita. Sebagai anak, kita belum pernah memberikan yang terbaik untuk mereka. Mungkin inilah saatnya kita berbakti kepada kedua orangtua kita dengan cara seperti ini..."
" Baiklah Mas, aku akan berusaha ikhlas menerima pernikahan ini demi orangtua kita. Ayah tidak pernah meminta apapun dariku selama ini..."
" Jika suatu saat nanti setelah pernikahan kamu tetap tidak bisa menerima semua ini, aku ikhlas melepasmu untuk orang yang kamu cintai dan yang mencintaimu. Yang penting kita jalani dulu keinginan orang tua kita..."
" Aku setuju Mas, tapi aku punya syarat untuk Mas Argha..."
" Apa...?"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fellistria Juliandari
ok banget
2021-10-10
0