Bara dendam dan sakit hati

Setelah lebih dari satu jam berada di lokasi Banyu Anjlok menikmati pemandangan air terjun yang langsung jatuh ke laut, Riza membantu Dian berteriak memanggil dan mencari anak-anak yang dipandunya agar kembali ke perahu untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya, pantai bolu-bolu dan pantai Klatakan. Keistimewaan pantai ini adalah memiliki pemandangan laut dan pantai yang indah, namun terasa lebih privat karena hanya bisa dijangkau dengan naik perahu. Ombaknya yang tenang sangat cocok digunakan untuk berenang. Pantai ini enak buat dijadikan tempat untuk bersantai karena suasananya yang masih tenang dan tidak adanya gangguan. 

Selain melakukan aktivitas snorkling yang sudah satu paket, para remaja itu menikmati pantai dengan caranya masing-masing. Ada yang berjalan jalan di bibir pantai, tiduran di atas pasir, bermain pasir atau hanya sekedar berfoto. Pose foto dan videonya pun aneh-aneh. Riza tertawa geli melihat tingkah mereka. Ada yang bikin video joget bang jago, berfoto sambil tiduran melingkar bergandengan tangan di bibir pantai, ada yang sibuk menerbangkan drone, dan ada juga yang minta difoto di bawah air dengan pacarnya dengan menggunakan kamera khusus underwater. Sejenak dia lupa jika hari ini adalah hari pernikahan Avi, mantan kekasihnya, namun sepasang kekasih yang meminta difoto saat snorkeling mengingatkannya pada Avi.

Avi, gadis berkulit sebening kristal dengan bentuk mata sempurna seperti kacang almond. Kembang kampus yang tak dinyana bisa jatuh hati pada Riza dan menemani hari-hari indahnya selama 3 tahun terakhir ini. Kalau saja papa tidak terlibat kasus itu atau Riza berani mengambil keputusan membawanya lari dari keluarganya, barangkali mereka sekarang masih bersama merajut mimpi dan janji yang belum terwujud.

Riza ingat lagi kenangan buruk yang mendekam di kepalanya, ketika orang tua Avi mendudukannya seperti seorang pesakitan di persidangan. Hatinya sakit dihina sebagai anak koruptor yang masa depannya pasti akan suram.

"Kamu anak koruptor, masih berani datang ke rumah ini. Otak kamu bebal ya? Saya sudah bilang kalian harus putus, jangan dekati anak saya lagi."

Riza menghembuskan nafas perlahan, berusaha tidak terpengaruh kata-kata ayah Avi yang menyakiti hati dan merobek harga dirinya. "Saya datang ingin bicara baik-baik dengan bapak sebagai laki-laki. Saya tidak mau menjalani hubungan backstreet. Saya mohon bapak mengerti, saya dan Avi saling mencintai. Bapak bahkan sudah tahu kami sudah menjalin hubungan cukup lama. Saya pikir tidak bijak jika meminta kami putus karena masalah yang menimpa ayah saya, yang saya sendiri tidak tahu menahu." kata Riza membela diri. Waktu itu ia berusaha keras untuk dapat bicara dengan tenang sebagai lelaki yang bertanggung jawab. Niat dan cintanya pada Avi tulus. Riza hanya ingin menunjukan itu.

Lelaki setengah baya berkacamata tebal itu tertawa sinis. "Buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Masa depanmu sudah tergadai oleh ulah ayahmu. Kamu bisa apa anak muda? Sebentar lagi harta orang tua kamu bakal disita pengadilan. Avi tidak bisa hidup miskin. Saya juga tidak rela anak kesayangan saya menderita seumur hidup karena memilih kamu sebagai pasangannya. Tidak. Saya tidak bisa mempercayakan anak saya pada kamu. Siapa yang bisa jamin anak orang yang suka selingkuh tidak akan melakukan hal yang sama seperti ayahnya." Ayah Avi menatapnya dengan sinar mata yang menghujam jantung.

Rasanya jantung Riza mau meledak. Semua pembelaannya dimentahkan dengan pesimisme yang selalu dikaitkan dengan kasus papa. Pasti miskin dan tukang selingkuh, dua stereotip itu yang disematkan ayah Avi dikepalanya. Dia menyebut 2 kalimat jahanam itu berulang-ulang sampai telinga Riza memerah dan jantungnya terbakar.

Entah sudah dipersiapkan sejak sebelum kasus papa merebak atau tidak, ayah Avi berkata dengan angkuhnya akan segera menikahkan Avi dengan seorang anak kenalannya yang memiliki bisnis lintas negara. Dialah calon suami Avi yang dianggap paling layak. Belakangan Riza tahu parasnya blasteran bule. Tentu saja kulitnya bersih, badannya tinggi besar dan hidungnya mancung. Meski usianya sudah 30-an tahun namun dia memiliki kesempurnaan fisik luar biasa sebagai seorang laki-laki. Dia pengusaha sukses dan mapan. Jelas calon suami yang diajukan ayahnya tidak sebanding dengan Riza yang hanya mahasiswa biasa dengan fisik yang hanya sedikit di atas rata-rata orang Indonesia.

Siapa yang tidak sakit hati diperlakukan seperti itu? Orang lain tak dapat melihat betapa rasa sakit itu menyiksa hatinya. Panasnya hati seperti dipaksa menggenggam bara api yang menyala. Di depan ayah Avi, Riza hanya diam ketika kehormatannya dihina sedemikian rupa. Kemarahan dan dendamnya telah ia bungkus rapi, tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Ia akan menjadikan dua bara api itu sebagai cambuk untuk membuktikan pada suatu saat nanti bahwa sangkaan ayah Avi itu tidak terbukti. Riza akan sukses. Tanpa diminta, Riza sudah bertekat akan menjadi suami setia agar istrinya tidak merasakan nelangsa hati seperti yang dialami mamanya.

Sukses itu tidak melulu soal harta. Prinsip hidupnya itu ternyata tak sejalan dengan Avi yang masih terobsesi untuk tetap tampil cantik dan borjuis hingga perlu biaya perawatan kecantikan mahal. Prinsip itulah yang akhirnya membuat Riza menyerah memperjuangkan Avi yang ragu, apakah dirinya sanggup memulai hidup bersama dengan Riza dari nol tanpa memiliki harta sepeser pun. Riza memang harus bersiap diri dengan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada dirinya.

Riza berharap keputusannya melepas Avi adalah keputusan paling tepat buat kebahagiaan mereka berdua. Avi tak mungkin bisa hidup sederhana seperti yang ada dalam pikiran Riza. Dia berhak mendapatkan suami yang lebih tampan dan mapan. Sementara Riza harus belajar mengikhlaskan.

Bukan hanya kekasih yang pergi meninggalkannya. Teman-teman baiknya pun kini juga menjauh. Mereka jijik dan tak sudi dekat lagi dengannya. Riza jadi bertanya-tanya, apakah dosa ayah bisa diturunkan hukumannya pada sang anak yang tak tahu apa-apa? Lagipula berdasarkan asas praduga tak bersalah seharusnya mereka tahu belum ada putusan pengadilan yang mengikat papa jadi terhukum. Mengapa hukuman sosial pada anak dan keluarganya harus lebih dini dirasakannya?

Sebuah suara menyadarkan Riza dari lamunnya. "Cak Riza, kenapa bengong? Ayo kita makan siang dulu sama-sama. Ini jatah buat cak Riza." Dian menyodorkan kotak nasi padanya sambil tersenyum.

"Nanti aku ikut bayar paket wisatanya ya. Jadi tidak enak merepotkan kamu."

"Nggak usah dipikirin, Cak. Makanlah! Ini sudah lewat jam makan siang, nanti masuk angin. Setelah ini kita kembali ke Lenggoksono. Acara bebas selama 2 jam. Setelah itu, anak-anak itu akan kembali ke Malang."

Riza membuka kotak nasinya. Di dalamnya ada nasi, cap cay kering, ayam bumbu rujak, bola-bola daging, krupuk dan pisang ambon. Dilihatnya para remaja itu telah makan dengan riang dan lahap. Entah mereka tak punya duka atau tak peduli pada cerita dukanya. Yang tampak di wajah-wajah mereka hanya kebahagiaan yang membuat Riza menjadi iri dengan kebahagiaan itu.

Dian juga makan dengan lahap dan cepat. Cara makannya seperti kuli, sama sekali tak mengindahkan manner. Sesekali ia beradu pandang dan gadis mungil yang kulitnya coklat terbakar matahari itu tersenyum dengan manis memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapi.

"Enak, Cak." katanya sambil mengacungkan jempolnya yang masih kotor oleh bekas makanan tanpa malu atau risih.

"Kapan ke Sendang Biru?" tanyanya lagi.

"Setelah ini."

"Sudah registrasi belum?"

"Registrasi?"

"Iya, kalau mau ke pulau Sempu harus registrasi dulu. Pengunjung dibatasi, Cak. Kalau belum, nanti aku bantu registrasi lewat telepon. Aku kenal petugasnya."

"Bisa sekalian antar aku ke sana? Nanti ada bayarannya kok"

"Boleh. Aku akan ijin dulu ya, karena besok ada rombongan tour anak sekolah lagi dari Jombang. Alhamdulillah, menjelang liburan sekolah masa panen buat kami." terang Dian sambil tersenyum. Bersyukur pada keberuntungan kecil yang diperolehnya.

"Kamu mau jadi navigator aku keliling Jawa?" Entah kenapa Riza berpikir mengajak Dian sebagai teman perjalanannya. Pikirannya kacau. Mungkin ia butuh teman sebagai navigator agar tidak tersesat atau salah arah lagi.

"Berapa lama?"

"Targetnya sebulan. Aku akan bayar kamu 100 ribu perhari. Makan aku yang tanggung."

Dian tampak berpikir. Semenit kemudian ia tersenyum. "Kalau selama itu aku mesti ijin bapak dan pak lik dulu."

"Ibu?"

Wajah Dian berubah muram ketika Riza menyebut kata ibu. "Ibuku hilang. Katanya dulu kerja sebagai buruh migran di Hongkong, tapi sudah bertahun-tahun tidak pulang dan tidak kirim uang gajinya lagi. Kami kehilangan kabar tentang ibu."

"Maaf."

Dian segera mengubah wajah muramnya dengan senyum. Aih begitu cepat ia merubah ekspresi wajahnya. "Bapakku juga sekarang sudah kawin lagi. Sebenarnya aku jarang di rumah juga sih. Meskipun ibu tiriku baik, tapi sungkan aja kalau menyusahkan mereka yang hidup hanya dari bertani. Paklik Gun itu adik bungsu ibuku. Dia yang punya perahu dan usaha tour bersama pemuda desa. Selain berdagang kecil-kecilan, aku dapat pekerjaan serabutan seperti ini dari beliau. Lumayan, cukup buat menyambung hidup selama ini. Sekolahku selama ini gratis karena dapat beasiswa bidik misi." sambungnya malu-malu. Tampak semu merah menghias pipinya. Ada sedikit kebanggaan tersirat di matanya. Tampaknya Dian termasuk golongan anak yang dipaksa dewasa lebih awal oleh nasib dan kemiskinan.

Mendengar cerita Dian, Riza bersyukur dikaruniai hidup berkecukupan sampai detik ini. Ternyata kisah hidup gadis mungil itu lebih buruk daripada dirinya. Tapi dia terlihat tegar dan ceria.

"Ohya, dalam rangka apa cak Riza mau keliling Jawa?"

"Tidak dalam rangka apa-apa. Hanya ingin jalan-jalan. Kata orang banyak banyak tempat bagus yang wajib kita kunjungi di Jawa bagian Selatan."

"Katanya sih begitu. Cuma mungkin jalur ke tempat-tempat indah di selatan itu bukan jalur bus umum, jadi agak sulit dijangkau wisatawan."

Riza mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Dian. "Kalau begitu, besok sambil jalan kita tentukan tempat-tempat yang akan kita kunjungi nantinya ya. Mudah-mudahan kamu dapat ijin menemani aku." tiba-tiba saja Riza merasa mendapat siraman air sejuk yang membangkitkan antusiasnya terhadap perjalanan mencari kuburan untuk rasa patah hati yang menyandera pikirannya.

Terpopuler

Comments

Nuri Ning

Nuri Ning

aq dri jombang thor,jgn2 yg ikut rombongan tur keponakan q😃

2021-06-23

2

Yeni Cahyany

Yeni Cahyany

semangat Riza,,buktikan kau bs sukses

2021-06-12

2

Unknown

Unknown

ceritanya seru ditunggu kelanjutannya

semangat author 🤗🤗

2021-05-03

3

lihat semua
Episodes
1 Sunyi Hati
2 Apes
3 Uji Adrenalin
4 Bara dendam dan sakit hati
5 Sebelum Perjalanan
6 Gadis Pemberani
7 Perahu Kayu
8 Mengalir Seperti Air
9 The Power Of Medsos
10 Bayang Avi
11 Ide Baru
12 Tiba Di Surabaya
13 Mama
14 Kembali Ke Kampus
15 Lupa
16 Hadapi Dengan Senyum
17 Perjalanan Ke Yogya.
18 Rumah Indra
19 Tentang Hutan
20 Workshop Awal
21 Awal Perjalanan
22 Menghargai Air
23 Euis
24 Obrolan Euis
25 Di Kantor Desa
26 Babi Hutan
27 Teka Teki Penjaga Hutan
28 Mak Sopiah
29 Ubi Bakar
30 Linggasana
31 Kebersamaan Di Kesunyian
32 Sunrise Di Puncak Ciremai
33 Suara Di Pagi Buta
34 Robohnya Tenda
35 Semalam Bersama Betty
36 Sisi Lain Indra
37 Perpisahan dengan Euis
38 Theresia
39 Adu Rayu
40 Ghibah di Sumur
41 Beranda Belakang
42 Komplotan Perempuan
43 Seperti Keluarga Bahagia
44 Let's Go To The Jungles
45 Bimbang
46 Bukan Teman Makan Teman
47 We Are The Jungle Team
48 Perempuan Pengusaha
49 Rencana Berikutnya
50 Masa Lalu Indra
51 Hukuman Buka Rahasia Teman
52 Belenggu Cinta
53 Perdebatan
54 Mengulik Kehidupan Indra
55 Lembah Panyaweuyan
56 Pamali
57 Musik Alam
58 Bahagia Itu Milik Kita Sendiri
59 Penghargaan Kecil Berarti Besar
60 Beningnya Embun Indahnya Pelangi
61 Kepribadian Ganda
62 Kegelisahan Dian
63 Geng Tante Tante Sosialita
64 Berbeda
65 Kecewa
66 Cinta Tak Pernah Salah
67 Zul
68 Rampok Rumah Sendiri?
69 Hipnoterapi
70 Joging Bersama Cia
71 Rakit Bambu
72 Malam Istimewa
73 Belajar Menerima
74 Pengadilan Tipikor
75 Pertemuan Keluarga
76 Butuh Waktu
77 Jalur Ekstrem
78 Purwabakti
79 Nyaris
80 Status Asisten Mahasiswa
81 Bertemu Alex
82 Beda Sudut Pandang
83 Alfa dan Allea
84 Ada Hikmah Di Balik Sebuah Peristiwa
85 Floating Cottage
86 Teman Dan Kebersamaan
87 Memancing Ikan atau Memancing Emosi Sih?
88 Pada Suatu Sore
89 Senja Kita
90 Menertawakan Nasib
91 Saat Mentari Terbit
92 Tertuduh
93 Obrolan Di Atas Kapal
94 Perdebatan Lelaki
95 Semalam Di Kanekes
96 Gelisah Tanpa Sebab
97 Puskesmas Citorek
98 Tulang Rusuk
99 Di Lounge Bandara
100 Ayu
101 Ayu (1)
102 Sisa Masa Lalu
103 Kecemasan Sang Ratu
104 Saudara Beda Visi Beda Gaya
105 Kacung Kampret
106 Lelah Yang Dicela
107 Sibling Goals
108 Sahabat Setia
109 Antara Bakso dan Angeun Lada
110 Keresahan Malam
111 Takut Jatuh Cinta
112 Simpan Aku Di Hatimu
113 Belajar Dari Wida
114 Hikayat Rindu
115 Jalani Dengan Bismillah
116 Harta Pembawa Celaka
117 Gunanya Teman
118 Harapan Baru
119 Perhatian Bapak
120 Pengobatan Alternatif
121 Daendels Era Baru
122 Kecelakaan Versi Lain
123 Canggung
124 Masih Tentang Kecelakaan
125 Astana Argapana Amartha
126 Kotak Susu
127 Belajar Memantaskan Diri
128 Cari Aman
129 Kegelisahan
130 Sederhana
131 Tafsirkan Saja Sendiri
132 Sore Bersama Kejahilan Indra
133 Sekilas Kehidupan Kampus
134 Makin Bingung
135 Seni Berteman
136 Harapan Atau Masalah Baru?
137 Dokter Ryan
138 Reinkarnasi?
139 Ritual Kepercayaan
140 Citra Diri
141 Pura Pura
142 Hobi Memacu Adrenalin
143 Bude Sun
144 Bukit Bintang
145 Anugerah Terindah
146 Badriyah
147 Prahara
148 Harus Bahagia Atau Sedih?
149 Romansa Di Kaki Semeru
150 Romansa Yang Hilang
151 Pagi Yang Menerbitkan Harapan
152 Bukan Ninja Hatori
153 Dengan Apa Harus Membayar Rindu
154 Oksibil
155 Kabut di Oksibil
156 Keresahan Indra
157 Tentang Babi
158 Pilihan Lain
159 Gegabah
160 Menjewer Indra
161 Menang di Ending
162 Sisa Dendam
163 Luka Itu Masih Ada
164 Kesempurnaan Hidup
165 Bidadari Itu Adalah Mama
166 Penjara
167 Romansa Kehidupan
168 E Flyer
169 Antara Yogyakarta Dan Surabaya
170 Terabaikan
171 Keluarga Satya
172 Ambisi Riza
173 Berbeda
174 Arti Sebuah Kesempatan
175 Riza Yang Baru
176 Salahkah?
177 Rekonsiliasi
178 Delia
179 Yang Tak Biasa
180 Di Pangkuan Merbabu
181 Sunrise Merbabu
182 Self Love
183 Praduga
184 Tabir Sedikit Terbuka
185 Ancaman Buat Mama
186 Lubang Tanpa Dasar
187 Makan Malam
188 Harapan Baru Tere
189 Temu Kangen
190 Ngopi Pagi
191 Krisis Kepercayaan
192 Terpukul
193 Kepingan Puzzle Milik Riza
194 Aneh
195 Jaga Komunikasi
196 Pengakuan Mama
197 Kembalinya Ayu
198 Dokter Franz
199 Kembali Fitrah
200 Belajar Dari Mereka
201 Kesempatan
202 Jangan Kalah
203 Sang Ratu Ayu
204 Mengurai Sepi
205 Sebuah Pertemuan
206 Pengakuan Ze
207 Pengumuman
Episodes

Updated 207 Episodes

1
Sunyi Hati
2
Apes
3
Uji Adrenalin
4
Bara dendam dan sakit hati
5
Sebelum Perjalanan
6
Gadis Pemberani
7
Perahu Kayu
8
Mengalir Seperti Air
9
The Power Of Medsos
10
Bayang Avi
11
Ide Baru
12
Tiba Di Surabaya
13
Mama
14
Kembali Ke Kampus
15
Lupa
16
Hadapi Dengan Senyum
17
Perjalanan Ke Yogya.
18
Rumah Indra
19
Tentang Hutan
20
Workshop Awal
21
Awal Perjalanan
22
Menghargai Air
23
Euis
24
Obrolan Euis
25
Di Kantor Desa
26
Babi Hutan
27
Teka Teki Penjaga Hutan
28
Mak Sopiah
29
Ubi Bakar
30
Linggasana
31
Kebersamaan Di Kesunyian
32
Sunrise Di Puncak Ciremai
33
Suara Di Pagi Buta
34
Robohnya Tenda
35
Semalam Bersama Betty
36
Sisi Lain Indra
37
Perpisahan dengan Euis
38
Theresia
39
Adu Rayu
40
Ghibah di Sumur
41
Beranda Belakang
42
Komplotan Perempuan
43
Seperti Keluarga Bahagia
44
Let's Go To The Jungles
45
Bimbang
46
Bukan Teman Makan Teman
47
We Are The Jungle Team
48
Perempuan Pengusaha
49
Rencana Berikutnya
50
Masa Lalu Indra
51
Hukuman Buka Rahasia Teman
52
Belenggu Cinta
53
Perdebatan
54
Mengulik Kehidupan Indra
55
Lembah Panyaweuyan
56
Pamali
57
Musik Alam
58
Bahagia Itu Milik Kita Sendiri
59
Penghargaan Kecil Berarti Besar
60
Beningnya Embun Indahnya Pelangi
61
Kepribadian Ganda
62
Kegelisahan Dian
63
Geng Tante Tante Sosialita
64
Berbeda
65
Kecewa
66
Cinta Tak Pernah Salah
67
Zul
68
Rampok Rumah Sendiri?
69
Hipnoterapi
70
Joging Bersama Cia
71
Rakit Bambu
72
Malam Istimewa
73
Belajar Menerima
74
Pengadilan Tipikor
75
Pertemuan Keluarga
76
Butuh Waktu
77
Jalur Ekstrem
78
Purwabakti
79
Nyaris
80
Status Asisten Mahasiswa
81
Bertemu Alex
82
Beda Sudut Pandang
83
Alfa dan Allea
84
Ada Hikmah Di Balik Sebuah Peristiwa
85
Floating Cottage
86
Teman Dan Kebersamaan
87
Memancing Ikan atau Memancing Emosi Sih?
88
Pada Suatu Sore
89
Senja Kita
90
Menertawakan Nasib
91
Saat Mentari Terbit
92
Tertuduh
93
Obrolan Di Atas Kapal
94
Perdebatan Lelaki
95
Semalam Di Kanekes
96
Gelisah Tanpa Sebab
97
Puskesmas Citorek
98
Tulang Rusuk
99
Di Lounge Bandara
100
Ayu
101
Ayu (1)
102
Sisa Masa Lalu
103
Kecemasan Sang Ratu
104
Saudara Beda Visi Beda Gaya
105
Kacung Kampret
106
Lelah Yang Dicela
107
Sibling Goals
108
Sahabat Setia
109
Antara Bakso dan Angeun Lada
110
Keresahan Malam
111
Takut Jatuh Cinta
112
Simpan Aku Di Hatimu
113
Belajar Dari Wida
114
Hikayat Rindu
115
Jalani Dengan Bismillah
116
Harta Pembawa Celaka
117
Gunanya Teman
118
Harapan Baru
119
Perhatian Bapak
120
Pengobatan Alternatif
121
Daendels Era Baru
122
Kecelakaan Versi Lain
123
Canggung
124
Masih Tentang Kecelakaan
125
Astana Argapana Amartha
126
Kotak Susu
127
Belajar Memantaskan Diri
128
Cari Aman
129
Kegelisahan
130
Sederhana
131
Tafsirkan Saja Sendiri
132
Sore Bersama Kejahilan Indra
133
Sekilas Kehidupan Kampus
134
Makin Bingung
135
Seni Berteman
136
Harapan Atau Masalah Baru?
137
Dokter Ryan
138
Reinkarnasi?
139
Ritual Kepercayaan
140
Citra Diri
141
Pura Pura
142
Hobi Memacu Adrenalin
143
Bude Sun
144
Bukit Bintang
145
Anugerah Terindah
146
Badriyah
147
Prahara
148
Harus Bahagia Atau Sedih?
149
Romansa Di Kaki Semeru
150
Romansa Yang Hilang
151
Pagi Yang Menerbitkan Harapan
152
Bukan Ninja Hatori
153
Dengan Apa Harus Membayar Rindu
154
Oksibil
155
Kabut di Oksibil
156
Keresahan Indra
157
Tentang Babi
158
Pilihan Lain
159
Gegabah
160
Menjewer Indra
161
Menang di Ending
162
Sisa Dendam
163
Luka Itu Masih Ada
164
Kesempurnaan Hidup
165
Bidadari Itu Adalah Mama
166
Penjara
167
Romansa Kehidupan
168
E Flyer
169
Antara Yogyakarta Dan Surabaya
170
Terabaikan
171
Keluarga Satya
172
Ambisi Riza
173
Berbeda
174
Arti Sebuah Kesempatan
175
Riza Yang Baru
176
Salahkah?
177
Rekonsiliasi
178
Delia
179
Yang Tak Biasa
180
Di Pangkuan Merbabu
181
Sunrise Merbabu
182
Self Love
183
Praduga
184
Tabir Sedikit Terbuka
185
Ancaman Buat Mama
186
Lubang Tanpa Dasar
187
Makan Malam
188
Harapan Baru Tere
189
Temu Kangen
190
Ngopi Pagi
191
Krisis Kepercayaan
192
Terpukul
193
Kepingan Puzzle Milik Riza
194
Aneh
195
Jaga Komunikasi
196
Pengakuan Mama
197
Kembalinya Ayu
198
Dokter Franz
199
Kembali Fitrah
200
Belajar Dari Mereka
201
Kesempatan
202
Jangan Kalah
203
Sang Ratu Ayu
204
Mengurai Sepi
205
Sebuah Pertemuan
206
Pengakuan Ze
207
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!