Pesona Sang Pencinta
Perjalananku adalah tentang merelakanmu dan sikapmu adalah tentang melepaskanku
(kutipan kalimat bijak Fiersa Besari)
Riza terpaku di tempatnya berdiri. Ia telah memutuskan untuk melakukan perjalanan menjelajah alam setelah menonton tayangan youtube Fiersa Besari tentang petualangannya menjelajah alam untuk menyembuhkan luka saat patah hati. Ia memantapkan hati buat melakukan hal yang sama, mencoba mencari ketenangan hati agar mampu memaafkan dan mengikhlaskan apa yang bukan takdirnya.
Satu tas ransel pakaian, peralatan mandi, kotak p3k, jaket dan beberapa perlengkapan perjalanan lain telah ia masukan ke dalam jeep tua hitam yang akan digunakan untuk menemaninya melakukan perjalanan mencari ketenangan hati. Mama hanya diam ketika ia pamit tadi, karena perempuan yang masih tampak cantik pada usianya yang hampir setengah abad itu pun tengah terluka dalam. Riza sebenarnya tak tega meninggalkan mama, tapi ia juga tak bisa menemani mama yang setiap hari hanya diam menatap jendela kamarnya dengan sinar mata tanpa makna. Saat ini Riza juga terluka. Luka hatinya pasti akan semakin melebar dan parah jika tak kunjung terobati. Kekecewaan dan kemarahannya tak akan padam, malah akan semakin membara dan meledak-ledak jika terus menerus melihat mama berdiam dalam sakit hatinya. Riza tak ingin begitu. Riza sadar hanya diam meratapi nasib tak baik buat kesehatan mentalnya.
Satu-satunya saudara kandungnya, Wida, belum juga kelihatan batang hidungnya. Mungkin hari ini ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan rumah tangganya sendiri hingga tak sempat menjenguk mama. Suasana rumahnya benar-benar sunyi. Bahkan burung 'klangenan' papa pun enggan berkicau akhir-akhir ini seolah mereka semua sepakat untuk diam menemani kesunyian para penghuni rumah yang dirundung kelam. Riza tak bisa menunggu. Ia memutuskan meninggalkan pesan secara tertulis lewat pesan singkat tentang kepergiannya pada Wida agar kakaknya itu tidak mencak-mencak menyalahkannya apabila ada kejadian yang tidak diinginkan di rumah. Mbok Nah sudah diberinya pesan agar menjaga mama dan memberitahukan perkembangan kesehatannya pada Wida setiap hari selama Riza pergi.
Riza tak mampu berpikir jernih sejak mama tenggelam dalam diam. Hidupnya kacau. Dibiarkannya gadis yang telah menemaninya sebagai pacar selama 3 tahun itu pergi meninggalkannya dengan sebuah alasan klise, akan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Ia sama sekali tak memintanya bertahan untuk cinta yang telah mereka jalin, untuk mimpi yang belum terwujud juga janji sehidup semati yang sempat terucap. Tidak. Pantang baginya memohon kembali gadis yang sudah dengan bulat hati membuat keputusan untuk meninggalkannya. Biar pergi saja. Bukan jodoh. Itu saja yang perlu digarisbawahi. Biarlah lukanya tetap jadi luka yang menganga. Biar waktu yang akan membuat luka itu mengobati dirinya sendiri, mengering lalu berganti dengan sel kulit yang baru.
Putus. Hubungan itu harus berakhir sampai di sini. Riza tak mau kenangan bersamanya membelenggu dan merampas masa depan. Meski sulit, namun ia harus belajar mengiikhlaskan. Perpisahan sesungguhnya bukan sekedar merelakan seseorang yang telah pergi. Bukan hanya Riza sebagai orang yang ditinggalkan yang harus berjuang mengikhlaskan, namun hal yang sama juga harusnya tengah dirasakan Avi yang telah memutuskan untuk meninggalkan. Tak cukup sebelah pihak saja yang mengikhlaskan. Bila yang lainnya masih belum juga bisa menerima, maka bukan tidak mungkin kenangan dan perasaan yang pernah ada diantara mereka tidak akan hilang dengan mudah.
Kemarin, 3 hari sebelum pernikahannya gadis itu sempat mampir menemui Riza di rumahnya. Garis wajahnya tampak kusut tak beraturan. Kilau bening kulitnya tidak bisa menutupi risau yang menggelayut di pikirannya. Kondisi Avi sekarang bertolak belakang dengan saat seenaknya ia mengatakan ingin putus. Kemarin Avi tampak malu dan ragu dengan dirinya sendiri. Wajahnya penuh raut penyesalan.
"Riz, kamu nggak apa-apa?" tanyanya canggung. Sebagian suaranya patah seolah ada sekat kaku dalam pita suara di tenggorokannya.
Riza tersenyum. "Kamu lihat sendiri, aku baik-baik saja." jawabnya pasti, meski hatinya jelas tidak baik-baik saja.
"Kamu tak ingin memintaku berjuang untuk mempertahankan hubungan kita?"
Riza menggeleng. "Aku menghargai keputusanmu."
"Maaf, aku baru menyadari sekarang kalau itu keputusan impulsif, Riz. Waktu itu aku emosi. Aku menyesal. Ternyata aku masih ingin merajut lagi mimpi dan janji kita. Aku cinta kamu, Riz. Aku ingin hidup hanya bersama kamu."
"Pergilah, Vi! Jangan pikirkan lagi janji dan mimpi kita. Lihatlah ke depan, jangan pernah menengok ke belakang lagi."
"Aku masih mencintaimu, Riz. Sungguh. Aku nggak bisa melupakan kamu. Tiba-tiba saja aku takut hidupku akan tersiksa karena terus mengenangmu seumur hidup." katanya lirih menyerupai rintihan yang tertahan.
Riza diam. Tak mengerti apa mau gadis itu. Apa dia mau meminta Riza berjuang mengubah keputusan yang telah dibuatnya sendiri? Tidak. Riza tak mungkin melakukan itu sekalipun hatinya tercabik namun ia masih memiliki harga diri. Lelaki yang telah dicampakkan tak akan memohon untuk kembali.
"Kamu akan menikah, Vi. Undangan sudah tersebar. Jangan melempar kotoran di wajah keluargamu! Keraguan dan ketakutan menjelang pernikahan itu biasa terjadi, namun tetaplah pada keputusanmu menikahi dia. Aku sudah ikhlas, Vi."
Avi menunduk sambil memainkan ujung kemeja sutra yang dikenakannya, meremas- remas dengan kedua tangannya. "Baiklah. Aku harap kamu akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dariku."
"Amin."
"Boleh aku memelukmu untuk yang terakhir kali?"
Riza menggeleng. "Kita sudah bukan siapa-siapa. Jangan tinggalkan jejak kenangan pahit."
"Tapi kita masih bisa berteman baik kan?"
Riza mengangguk.
"Kamu harus tahu, aku terpaksa harus patuh pada kedua orang tuaku."
"Aku paham." jawab Riza. Padahal dalam hati ia mengutuk Avi. Kamu juga takut miskin kalau tetap bersama seorang Riza yang tak jelas masa depannya.
"Kenapa reaksimu dingin sekali?" keluhnya.
"Maumu aku harus bagaimana? Membawamu pergi kawin lari? Kamu sendiri tidak yakin apa aku bisa membahagiakan kamu. Aku sudah mati rasa dan tidak bisa berubah seperti keinginan kamu. Masalahku banyak, Vi. Kalau tidak ada yang akan dibicarakan lagi, lebih baik kamu pulang dan mempersiapkan diri untuk pernikahanmu. Raihlah kebahagiaanmu sendiri! Tidak baik kalau ada orang tahu kamu masih datang ke rumahku. Kita harus sama-sama belajar mengikhlaskan."
Avi menatap Riza dengan mata yang merah dan berair. Entah apa yang dirasakannya, Riza tak ingin peduli. Avi akan jadi milik orang lain yang dipandang lebih bisa membahagiakannya. Dibiarkannya gadis berkulit bening bak kristal itu membalikan tubuh lalu berjalan menjauhinya dengan langkah gontai. Tak ada yang dapat dipertahankan lagi.
Dadanya masih terasa sesak saat mengingat peristiwa itu. Batu besar menghimpitnya, memaksanya untuk menyerah saja. Hidupnya telah hancur sejak papa tertangkap tangan komisi anti korupsi di Jakarta 2 bulan lalu. Berita tentang perkembangan kasus papa selanjutnya tidak ada yang menggembirakan. Kondisi perusahaan limbung. Beberapa aset perusahaan dan keluarga disita sementara sampai jelas keputusan pengadilan.
Sudah lebih dari sebulan ini mereka pindah dari rumah di kompleks perumahan mewah ke rumah warisan dari orang tua mama yang lebih sederhana. Mereka hidup sederhana dari penghasilan toko kue mama yang dikelola kakaknya, Wida. Secara ekonomi sebenarnya hidupnya tidak terlalu buruk. Mereka masih bisa makan enak dan Riza masih dapat melanjutkan kuliah tahun terakhirnya. Yang membuat terpuruk adalah cemooh orang dan berita simpang siur soal perselingkuhan papa dengan artis terkenal yang ikut bolak-balik memenuhi panggilan penyidik berkaitan dengan kasus papa. Itu juga yang membuat mama depresi, tak mau bicara dan mengurung diri dalam kamarnya. Belum lagi menghadapi kedatangan orang yang mengaku bisa menyelesaikan kasus papa dengan imbalan nominal uang yang tidak sedikit. Huh, muak sekali Riza melihat mereka. Tak tahu malu, mencari kesempatan di tengah konflik keluarga tersangka yang tak tahu apa-apa dengan cara menakut-nakuti. Akhirnya Riza dan Wida menunjuk tim legal kantor saja yang berurusan dengan hukum.
Kasus itu juga berimbas pada hubungannya dengan sang kekasih, Avi. Keluarganya tak ingin menanggung malu karena dikaitkan dengan keterpurukan keluarga Riza. Avi sendiri mulai meragukan kesanggupannya untuk terus bersama Riza dan gamang menatap masa depan mereka. Dia telah memilih menjalin hubungan dengan lelaki lebih tampan dan mapan yang dijodohkan orang tuanya.
Besok adalah hari pernikahan Avi. Riza tak ingin berada di kota ini lagi. Ia ingin mengembara mencari arti hidup yang lebih bermakna daripada kehidupannya sekarang. Ia ingin dikenal orang menjadi Riza yang baru, bukan anak pengusaha terkenal yang sekarang sedang menghadapi kasus yang mempermalukan keluarganya. Tekatnya sudah bulat. Berbekal tabungan dan hasil penjualan beberapa barang mewah yang masih disimpannya, ia pergi membawa jeep tua keliling Jawa sendirian.
________
Selamat datang di kisah petualangan Riza. Ditunggu kritik, saran dan dukungannya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Eskael Evol
ceritanya bagus good job ❤👍🙏
2023-07-27
0
Cuiszy zee
bagus kk critanya,baru mulai baca udah seru
2021-08-25
2
diandra
Hadiiir 😘
2021-08-20
1