Pagi hari.
Harendra dan Ria meninggalkan Rumah sakit.
"Hari ini benar-benar hari yang sangat membahagiakan untukku.. Karena hari ini putra kita sudah di perbolehkan pulang," ucap Ria bahagia.
"Ya kamu benar, bibi Neli pun pasti sudah tidak sabar menyambut bayi kita," ucap Harendra.
"Ya.... Seperti kita menginginkan adanya buah hati di dalam pernikahan kita, bibi Neli juga ikut menantikan kehadiran seorang bayi dalam pernikahan kita," ucap Ria terseyum.
"Ya Bibi Neli benar - benar setia kepada kita, dia bekerja kepada kita sejak kita menikah, tapi sedikitpun dia tidak pernah melakukan kesalahan apa lagi mengeluh," puji Harendra
"Ya, makanya aku sudah menganggapnya seperti kakaku sendiri," tambah Riya.
"Ya... Kita beruntung memilikinya," ucap Harendra.
"Tapi bagaimana dengan Abang ipar, Apa dia jadi memimpin perusahaan kita yang ada di Surabaya?" Tanya Ria.
"Entahlah aku belum sepenuhnya percaya padanya... Sekarang dia bekerja denganku saja tidak pernah beres," ucap Harendra tertawa
"Lalu apa kita harus menunggu putra kita besar..? (Ucap Riya terseyum)
"Rafael dan Putra kita akan menghendel semua perusahaan kita, aku yakin mereka akan menjadi pengusaha yang lebih sukses dari aku," ucap Harendra terseyum.
Mobil Mereka pun sampai.
Bibi Neli yang melihat kedatangan mereka pun langsung berlari menghampiri mobil mereka.
"Hati-hati bibi...' ucap Ria yg melihat bibi Neelu berlari.
Harendra hanya tersenyum melihat bibi Neli yang sangat antusias menyambut kedatangan mereka.
"Maafkan aku Tuan.. Nyonya... Aku terlalu bersemangat melihat bayi kalian..
ucap bibi Neli langsung mengambil bayinya dari tangan Ria.
"Hati2 bibi..." ucap Ria khawatir
"Tenanglah Nyonya... Aku juga memiliki seorang putri.. dan aku tau cara merawat bayi dengan baik," ucap Neli tersenyum.
"Lihatlah itu Ruslaan... Pembantu itu benar2 cari muka di depan Ria dan Harendra," ucap Tante Hema.
"Ya kamu benar... Aku hawatir dia mendengar rencana kita dan mengatakan pada meereka,
Jika itu terjadi maka rencanaku untuk merebut harta mereka akan gagal total," ucap Om Ruslaan.
"Itu tidak boleh terjadi.. jika itu terjadi kita akan benar - benar menjadi gelandangan," ucap Tante Hema.
Harendra dan Ria pun melihat ke arah Om dan Tante Hema yg cuma berdiri di pintu.
"Apa kalian tidak akan memberi selamat kepada kami...?" ucap Harendra
"Oh... Ya tentu... Tentu... Selamat Harendra... Selamat untuk kelahiran putramu," ucap Om Ruslaan memeluk Harendra.
"Terimakasih Bang Ruslaan Terimakasih," ucap Harendra.
"Selamat untuk mu Ria," ucap Tante Hema mencium kedua pipi Ria.
"Terimakasih Mbak..." ucap Ria terseyum.
"Baiklah mari kita masuk," ucap Harendra.
Mereka semua masuk kedalam, sedangkan bibi Neli langsung membawa bayinya ke kamar Tuan dan Nyonya Harendra.
Begitupun Harendra yg menuntun Ria naik keatas.
Bibi yang sudah menidurkan Rehaan di kamarnya berpapasan dengan mereka di tangga, bibi pun terseyum melihat Harendra dan Ria.
"Ada apa bibi...? Kenapa bibi senyum2 seperti itu..? tanya Harendra.
"Saya sangat bahagia melihat Tuan Dan Nyonya selalu mesra meskipun pernikahan Tuan dan Nyonya sudah menginjak 11tahun Lebih," ucap bibi Neli terseyum.
"Itu harus bibi... Pasangan kita adalah pelengkap hidup kita, jika kita tidak memperlakukan ia dengan baik.. bagaimana hidup kita menjadi lengkap..?" uap Harendra yg membuat hati Ria Berbunga - bunga.
"Nyonya Ria benar - benar beruntung," ucap bibi Neli.
"Kami juga beruntung miliki bibi," ucap Ria
"Lihatlah... Antara majikan dan pembantu sudah tidak ada batas... Bisa - bisa pembantu itu yang mendapatkan warisan dari pada kita," ucap Om Ruslaan.
"Kita harus menyingkirkan pembantu itu dari rumah ini," ucap Tante Hema dengan kekesalan dihatinya.
Malam Hari.
"Kita tunggu... Sebentar lagi pasti pembantu itu keluar dari kamar Harendra," ucap Om Ruslaan.
"Ya sepertinya bayi mereka sudah tidur," ucap tante Hema.
"Lihatlah... Lampu Tidurnya sudah di nyalakan," ujar Om Ruslaan.
"Cepat bersiaplah... Pembantu itu akan segera keluar," ucap Tante Hema yang melihat bibi Neli keluar dari kamar Harendra.
"Ya baiklah," ucap Om Ruslaan lalu berlari ke tangga dan menuangkan minyak di tangga.
"Cepat cepat..." ucap bibi Hema menyuruh Ruslaan kembali karena bibi Neli hampir sampai di tangga
Om Ruslaan pun berlari dan bersembunyi di balik tiang.
Bibi Neli sampai di tangga dan mulai menuruni anak tangga.
Sedangkan Om Ruslaan dan Tante Hema terus memantaunya dari balik tiang.
Tangga demi tangga bibi Neli lewati hingga sampai akhirnya bibi Neli menginjak minyak yg paman Ruslaan tuang.
"Aaaaaaaaaaaaaa....aaaaaaaaaaaa...." Triakan bibi Neelu mengagetkan semua orang, hingga Harendra dan Ria keluar dari kamarnya.
"Bibiiiiiii.....!!! "Triak Harendra yang melihat tubuh Bibi Neelu terguling di tangga.
Harendra dan Ria pun menuruni tangga.
"Tunggu...." ucap Harendra menghentikan Ria.
"Lihatlah... Ada minyak disini..." ucap Harendra menunjuk minyak yg ada di tangga.
"Siapa yang menuang minyak dalam tangga...?" tanya Ria.
"Sudahlah Ria kita lihat keadaan bibi dulu," ucap Harendra.
Ria pun mengangguk dan menuruni tangga secara perlahan-lahan.
"Bibiii..." Ria menaruh kepala bibi di pangkuannya.
"Kemana Asisten yang lain?" Triak Harendra
Para Asisten pun datang, begitupun dengan Om Ruslaan dan Tante Hema ikut datang mendekat.
"Ada apa ini..?" tanya Om Ruslaan pura - pura.
"Oh apa yang terjadi dengan bibi Neli.?" Sambung Tante Hema.
"Sudahlah telfon dokter sekarang..!!! triak Harendra pada Tante Hema.
"Dan kamu... Bersihkan tangga sekarang juga," Bentak Harendra pada Asistennya.
Asisten pun mengangguk dan langsung membersihkan tangga.
"Bibi... Bangunlah bibi," ucap Harendra sembari menepuk - nepuk pipi bibi Neli.
Bibi Neli terlihat setengah sadar.
"Bibi jangan tutup matamu... Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Ria menangis.
"Kenapa dokter masih belum datang juga," ucap Harendra kesal.
"Aku akan menghubungi nya lagi," ucap tante Hema.
Beberapa saat kemudian Dokter pun datang.
"Maaf tuan jalanannya macet," ucap dokter.
"Baiklah sekarang cepat periksa dia," ucap Harendra panik.
"Kalau dilihat dari tulang kakinya, sepertinya ada tulang yang retak," ucap dokter.
"Apa...?" tanya Ria shock.
"Itu baru dugaanku saja Nyonya.. tapi untuk memastikan sebaiknya kita membawanya ke rumah sakit," ucap dokter.
"Baiklah kita kerumah sakit sekarang," ucap Harendra.
"Baiklah mari kita berangkat sekarang," ucap dokter.
"Ria jaga putra kita, aku akan mengantarkan bibi ke rumah sakit," ucap Harendra memegang wajah Ria dengan kedua tangannya.
Riya pun mengangguk
"Baiklah... Bang Ruslaan bantu aku membawanya ke mobil,"ucap Harendra pada paman Ruslaan.
Paman Ruslaan pun mengangguk dan membawa bibi Neli ke dalam mobil
Harendra di temani Om Ruslan mengantar bibi Neli ke rumah sakit..
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Amanah Amanah
hiiihbtuh orang diangkat g akan ada balasan di akhirat apa ya?
2023-01-28
0
Eli sa,adah Elsa
lanjuttt thorrr
2022-06-28
0
re
Keluarga kok gitu
2021-10-24
3