Dokter keluar dari ruang Operasi.
"Dokter bagaimana keadaanya," tanya Harendra khawatir.
"Ada sedikit pergeseran di tulang sendinya, mungkin ini membutuhkan waktu untuk dia berjalan normal kembali," jelas dokter.
Om Ruslaan yang mendengar tersenyum jahat.
"Lalu apakah ada keretakan lain?" tanya Harendra lagi.
"Untuk keretakan tidak ada, hanya tulang sendinya saja yang bergeser, tapi anda jangan Khawatir, kami sudah menanganinya," jelas Dokter lagi.
"Apa ini berarti bibi Neli tidak bisa berjalan dengan Normal lagi?" tanya Om Ruslaan yg membuat Harendra marah.
"Ee... Maksudku... Apa bibi Neli bisa berjalan dengan normal lagi?" kilah Om Ruslaan.
"Untuk kembali normal seperti nya sulit karena mengingat usianya yang sudah cukup tua..
Jadi kemungkinan dia harus mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan," ucap Dokter.
Harendra pun sedih mendengarnya.
"Baiklah saya tinggal dulu.," ucap dokter
Harendra pun mengangguk
"Berarti jika pembantu tua itu tidak bisa berjalan dengan normal dia tidak lagi bisa bekerja, dan jika dia tidak bekerja maka rahasiaku akan aman," Ucap Ruslaan dalam hati.
"Aku akan menemui bibi Neli dulu," ucap Harendra pada Ruslaan.
Om Ruslaan pun mengangguk.
"Bibi bagaimana keadaanmu?" tanya Harendra.
"Saya baik - baik saja tuan.. maafkan saya jadi merepotkan tuan," ucap Neli.
"Apa yang bibi katakan... Bibi adakah bagian dari keluarga kami, sudah jadi tanggung jawab kami jika terjadi sesuatu pada bibi," ucap Harendra.
"Tuan dan nyonya begitu baik pada saya... Hingga tidak memandang saya adalah pelayan kalian," ucap Neli menangis.
"Jangan katakan itu bibi... Bibi sudah seperti kakak bagi kami... Jangan membuat kami malu dengan mengatakan jika bibi pelayan," ucap Harendra.
"Aku berniat mengabdikan seumur hidup ku pada tuan.. tapi ternyata Tuhan tidak mengizinkan ini.. dengan keadaanku yang seperti ini tidak mungkin saya terus bekerja di rumah Tuan..
(Tangis Neelu)
"Jangan pikirkan itu... Bibi tidak perlu bekerja lagi cukup temani kami," ucap Harendra.
"Tidak tuan yang ada aku hanya akan merepotkan tuan dan nyonya," ucap Neli.
"Baiklah... Jangan bicarakan ini Sekarang.. sekarang bibi beristirahatlah," ucap Harendra menutup pembicaraan.
******
Seminggu kemudian
Dokter pun mengizinkan bibi Neli pulang.
Harendra menjemput bibi Neli dan membawanya pulang kerumah.
"Bibiiii.... " Ria menyambut bibi dengan hangat.
"Bagaimana keadaan bibi..?" tanya Ria.
"Seperti yang nyonya lihat.. saya tidak bisa lagi berjalan seperti dulu," ucap bibi Neli sedih.
"Kami akan mencari dokter terbaik untuk bibi.. jadi bibi jangan khawatir," ucap Ria.
"Maafkan saya Nyonya... Tapi saya tidak mau merepotkan nyonya dan tuan," ucap bibi Neli.
"Kami tidak merasa di repot kan," sambung Harendra.
"Iya saya tau.. tapi dengan keadaan dan usia saya, saya ingin beristirahat di kampung saja tuan..nyonya," ucap bibi Neli.
"Tapi bibi... Siapa yang akan membantuku mengurus Rehaan..? Semua Asisten disini laki2 mereka tidak mungkin mengurus bayi," ucap Ria.
"Mungkin nyonya Hema bisa membantu nyonya mengurus Den Rehaan," ucap bibi Neli.
Ria menatap Tante Hema
"Ee... Bukan aku tidak mau membantumu adik ipar... Kamu tau sendiri kan... Jika pinggang ku sering sekali sakit," ucap Tante Hema beralasan.
Ria pun menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Baiklah jika begitu aku akan menyuruh putriku membantumu," ucap bibi Neli.
"Putrimu...?" tanya Ria memastikan.
"Ya.. putriku, dia baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertamanya dan dia mengatakan ingin segera bekerja, barang kali dia mau membantu Nyonya," jelas bibi Neli.
"Tapi ini pekerjaan rummah tangga, dia kan masih sangat muda.. apa dia mau mengerjakan pekerjaan ini..? Apa lagi dia juga harus mengurus Rehaan..?" tanya Ria lagi.
"Aku akan bicara padanya... Putriku meskipun masih muda tapi dia anak yang mandiri, dia juga anak yang penurut, pasti dia akan mendengar perintahku," ucap bibi Neli.
"Baiklah jika bibi merasa yakin... Aku setuju..." ucap Ria tersenyum.
"Baiklah nyonya kalau begitu aku izin pulang sekarang," ucap bibi Neli berpamitan.
"Hati2 bibi... Kami akan sangat merindukanmu," ucap Ria memeluk bibi Neli.
"Tuan saya mohon izin tuan," ucap bibi Neli melipat kedua tangannya.
"Hati2 bibi... Sampai jumpa," ucap Harendra yang juga melipat kedua tangganya.
Bibi Neli pun berpamitan pada paman Om Ruslaan dan Tante Hema.
"Supir...antarkan bibi sekarang juga," ucap Harendra pada supirnya.
Supirpun mengantar bibi ke kampung halamannya di Purworejo.
*****
Kak Nayla... Kak Nayla....." Triak anak - anak berlarian memanggil nama Nayla.
Nayla pun yang sedang membeli makanan di dekat rumahnya menengok kebelakang.
Kibasan rambutnya menambah kecantikan senyumnya.
"Kak Nayla... Lihatlah siapa yang datang..."ucap anak itu menunjuk mobil yang tiba di depan rumah Nayla.
Senyum lebar di wajah Nayla pun terukir begitu melihat ibunya turun dari mobil.
"Ibuuuu...." Nayla langsung berlari hingga tak sadar membuang makanan yang ada di tangannya.
"Naylaaaa..." ucap ibu membentangkan kedua tangannya.
Naylapun berlari kepelukan ibunya.
"Apa kabar sayang?" tanya ibu sambil menciumi Nayla.
"Aku baik ibu.. bagaimana kabar ibu... Aku sangat merindukanmu ibu..." ucap Nayla menangis haru.
"Ibu juga sangat merindukanmu sayang.. sekarang ayo masuklah...
Ucap ibu melangkahkan kakinya.
"Ibu... Apa yang terjadi dengan kaki ibu...?" tanya Nayla kaget.
"Ibu terjatuh sayang makanya ibu pulang," ucap ibu.
"Lalu bagaimana keadaan ibu, apa rasanya sangat sakit?" tanya Nayla khawatir.
"Tenanglah sayang ibu baik2 saja, ibu masih bisa berjalan meskipun tidak bisa seperti dulu lagi,"
"Itu sebabnya aku tidak ingin melanjutkan sekolah ku.. karena aku tidak ingin ibu terus2an bekerja untukku," jelas Nayla.
"Baiklah sekarang ibu tidak akan pernah memaksamu untuk sekolah lagi, tapi ibu ada satu permintaan untukmu," ucap ibu.
"Apa itu ibu?" tanya Nayla penasaran.
"Bekerjalah di rumah Tuan Wicaksono untuk menggantikan ibu," ucap ibu.
"Apa...?!" Nayla kaget.
"Ya... Mereka begitu baik kepada ibu.. dan sekarang mereka sedang kerepotan karena baru saja memiliki bayi... Bisakah kamu bekerja disana... Paling tidak untuk beberapa hari sebelum mereka mendapatkan pengganti ibu... Apa kamu mau sayang... Demi ibu...?," tanya ibu memohon.
"Ibu Jangan memohon seperti itu padaku," Nayla memegang kedua tangan ibunya.
"Aku akan menuruti semua permintaan ibu.. permintaan ibu adalah perintah bagiku," ucap Nayla mengusap pipi ibu.
"Terimakasih sayang.... Ibu sangat bersyukur memiliki putri sepertimu," ucap ibu memeluk Nayla.
"Dan aku bangga memiliki ibu yang selalu memikirkan orang lain dari pada dirinya sendiri..
ucap Nayla terseyum.
"Baiklah jadi kapan aku harus berangkat?" tanya Nayla.
"Sekarang," Jawab ibu
"Sekarang...?" Nayla kaget.
"Ya... Sekarang.... Karena supir masih menunggumu diluar," ucap ibu tersenyum.
"Baiklah kalau begitu aku bersiap-siap dulu," ucap Nayla lalu masuk ke kamarnya untuk bersiap.
(Nayla pun telah bersiap)
"Ibu..." Nayla meneluk ibunya.
"Hati2 sayang.. bekerjalah yang rajin dan jaga kesehatanmu," ucap ibu mencium Nayla.
"Baiklah ibu kalau begitu aku berangkat dulu," ucap Nayla naik ke mobil.
Ibupun melambaikan tangan dengan seiring kepergian mobil Nayla meninggalkan rumah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Helsi
wah brrti umurnya berjrak jauh ea thor
2021-11-02
2
Yani
Nyomak
2021-06-19
1