BRAKK!!
Darren melemparkan sebuah lembaran kertas putih yang mana itu adalah sebuah berkas mengenai proyek terbaru, yang beberapa hari lalu telah Darren perintahkan kepada salah satu karyawannya yang memang berada di bidang itu.
Jelas itu adalah sebuah pertanda buruk. Tampaknya Darren sangat tidak puas dengan hasil kinerja dari karyawannya itu. Kini semua orang yang berada di ruang rapat terdiam membisu seketika. Tangan mereka terkepal satu sama lain. Jelas mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sosok Darren yang memang sangatlah serius dalam menjalani pekerjaannya. Ia menginginkan kesempurnaan dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan ataupun yang ia perintahkan. Jika saja Darren menemukan sebuah kesalahan dalam pekerjaan yang telah ia perintahkan, maka pasti, orang yang mendapatkan tanggung jawab itu akan dalam bahaya.
Darren menatap satu persatu karyawan di ruangan itu dengan tatapan yang penuh dengan ancaman. "APA INI!" tegur Darren, penuh tekanan, menunjuk pasti pada lembaran kertas yang baru saja ia lemparkan ke tengah tengah meja. "SEBENARNYA GUNA KALIAN DI SINI ITU APA? HAH! BAHKAN PEKERJAAN MUDAH SEPERTI INI PUN KALIAN TIDAK BISA MENYELESAIKANNYA DENGAN BAIK?!" timpal Darren, membuat semua karyawan merunduk tidak berani untuk berkata satu patah katapun.
Suara itu menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Tepatnya di ruang rapat di mana Darren dan juga para karyawan lainnya berada.
"Saya meng-gaji kalian di sini itu untuk bekerja dengan kualitas yang bagus. Saya menginginkan hasil yang sempurna! BUKAN SEPERTI INI!" kelakar Darren, dengan intonasi yang tinggi, juga penekanan di akhir perkataannya.
Mereka yang berada di ruangan itu pun masih tertunduk takut melihat Darren yang tampaknya begitu marah. Sebenarnya ini adalah pertama kalinya Darren dalam keadaan yang tampak begitu emosi. Sungguh, para pekerja yang berkumpul di ruangan rapat benar-benar sedang tidak beruntung.
Kemarahan Darren kali ini juga memang ada hubungannya dengan kepergian Vallerie. Tampaknya Darren begitu frustasi dan sangat kecewa terhadap wanita itu. Rasa cinta Darren yang begitu besar terhadap Vallerie, membuat kebencian dalam dirinya pun semakin membesar saat pernikahannya dengan wanita itu tidak terjadi. Apalagi yang membuat Vallerie meninggalkan pernikahannya sampai saat ini, Darren belum mengetahui apapun.
Entah Vallerie terpaksa ataupun tidak. Yang jelas sampai saat ini perasaan Darren masih sama terhadap Valerie. Darren masih begitu sangat mencintai wanita itu. Namun hal itu justru malah sebaliknya terhadap Maura. Rasa bencinya terhadap Maura kini justru malah semakin membesar, saat ia menyadari kalau saat ini Maura mulai berinisiatif untuk bisa lebih dekat dengannya.
Darren berpikir jika kegagalan pernikahannya waktu itu karena Maura. Karena itu Darren begitu membenci Maura. Bagaimana mungkin seorang adik bisa menggantikan kakaknya sendiri saat ia menghilang. Dan saat itu Darren berpikir kalau itu adalah sebuah kesempatan yang memang dimanfaatkan oleh Maura, agar bisa masuk ke dalam keluarga Ganendra.
"Saya tidak mau tahu, saya ingin semuanya diperbaiki dalam waktu 1 hari. Buatlah dengan sesempurna mungkin, jangan ada kesalahan," perintah Darren, membuat semua karyawan yang berada dalam ruangan itu hanya bisa menganggukan kepala mereka patuh, meskipun sebenarnya mereka kebingungan bagaimana mungkin mereka bisa menyelesaikan pekerjaan itu hanya dalam waktu 1 hari.
Ya, kini bukan hanya tentang seorang pekerja yang bertanggung jawab atas pekerjaan ini saja. Tapi semua orang yang berada di ruangan itu pun ikut terlibat. Karena Darren telah memerintahkan mereka semua.
Setelah puas mengeluarkan emosinya, Darren pun akhirnya beranjak dari duduknya dan keluar meninggalkan ruangan itu begitu saja. Yang pada akhirnya membuat karyawan yang berada di dalam ruangan itu mulai bernafas lega, karena mereka setidaknya bisa selamat untuk hari ini. Yang setelah itu langsung mengikuti Darren keluar dari ruangan itu kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.
***
Sementara itu di sebuah kafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Maura saat ini. Naura terlihat sedang duduk di sebuah kursi yang berada di dalam cafe itu bersama dengan seorang pria yang sempat menemuinya di kediaman Darren tadi.
"Cepat jelaskan padaku, kenapa kamu tidak mengundangku atau setidaknya memberitahuku tentang pernikahanmu!" kata pria yang duduk di depan Maura, dengan menunjukkan raut wajah kesalnya.
Maura tertohok mendengar pertanyaan lelaki itu. Maura juga bingung bagaimana ia harus menjelaskannya. "Ben ..." panggil Maura lirih.
Dia adalah Benka Saputra. Ben adalah teman kampus Maura. Sebenarnya mereka telah berdatangan sejak SMA, sampai mereka melanjutkan belajar mereka ke universitas yang sama.
Maura dan Ben memang sangatlah dekat. Karena memang Ben-lah teman satu-satunya yang paling dekat dengan Maura. Tidak! Bukan karena Maura tidak memiliki teman, atau karena mereka tidak ingin mengenal Maura.
Sosok Maura yang cantik dengan tubuh yang tinggi, juga postur badan yang bagus. Siapa juga yang tidak ingin mengenal Maura lebih jauh lagi. Memang antara Maura dan Vallerie, Vallerie lebih unggul sedikit dari Maura. Ia memiliki banyak teman, karena memang sosoknya yang friendly membuat siapapun sangat mudah untuk bisa berteman dan lebih dekat dengannya.
Tetapi justru berbeda dengan Maura. Maura adalah sosok gadis yang tertutup. Jarang sekali ia bisa terbuka terhadap orang lain, karena itu hanya sedikit orang yang bisa berteman dengan Maura. Dan pada akhirnya hanya satu yang benar-benar bisa sedekat itu dengan Maura, dan dia adalah Ben. Pria yang saat ini berada bersama Maura di sebuah cafe.
Ben berdecak malas, ia masih marah kepada Maura. "Tidak!" Serunya cukup lantang. "Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun darimu. Aku kira pertemanan kita sangat baik. Tapi ternyata kamu malah menyembunyikan hal penting ini dariku?!" timpalnya lagi dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan.
Maura berdecih, dia mendengus sesaat sebelum akhirnya kembali fokus pada lelaki yang sebenarnya masih menunggu penjelasan dari Maura.
"Baiklah Ben, dengarkan aku! Kamu ingin mendengar penjelasanku, kan?" kata Maura mulai serius, meskipun sebenarnya ia masih menyimpan kesedihan di dalam matanya.
Ben masih memalingkan wajahnya, masih tidak ingin menatap Maura. Karena ia masih kesal karena Maura tidak memberitahunya terlebih dahulu.
Maura menghela nafasnya. "Pernikahan itu bukan keinginanku," kata Maura akhirnya, dengan suara yang terdengar lirih.
Ben tersentak, menoleh seketika pada Maura. Berniat mendengarkan apa lagi yang akan Maura sampaikan selanjutnya.
"Ibuku ... menyuruh aku untuk menggantikan kakak menjadi calon istri dari calon kakak iparku sendiri."
Ucapan Maura berhasil membuat Ben lagi-lagi tersentak. Bola matanya melebar sempurna saat mendengar ungkapan yang dikatakan oleh Maura.
"A-apa?! Bagaimana bisa?" tanya Ben.
Bahu Maura tiba-tiba melemas, sangat sulit sebenarnya untuk Maura mengungkapkan semuanya.
"Kakak kabur dari pernikahannya sendiri. Alasan kenapa ibuku menyuruh aku untuk menggantikan posisi kakak adalah, karena lelaki yang akan menikahi kakak berasal dari latar belakang keluarga yang sangat luar biasa. Jika media sampai tahu kalau mempelai wanita kabur dari pernikahannya waktu itu, jelas saja itu akan sangat mempengaruhi reputasi lelaki itu. Belum lagi ... keluarga kami juga akan mendapatkan imbasnya," kata Maura, dengan pandangan matanya yang terlihat nanar.
Mendengar pengakuan Maura membuat Ben menjadi luluh. Ia merasa iba dengan kondisi yang dialami oleh Maura saat ini. Lalu kemudian jadi mencak-mencak sendiri karena rasa kesalnya terhadap pria itu.
"Memang sehebat apa sih latar belakang lelaki itu?! Apa dia benar-benar sangat hebat. Sampai takut jika kakakmu pergi hal itu akan membuat reputasinya terganggu? Yang pada akhirnya keluargamu malah menumbalkanmu sebagai pengganti kakakmu?!"
Maura mendengus, pandangan matanya jadi menyayu. "Ya, dia sangat hebat. Bahkan pengaruhnya di negeri kita juga sangat besar."
'Bukan hanya di Negara, bahkan di dalam hatiku juga dia telah mengambil bagiannya. Pengaruhnya benar-benar sangat besar,' lirih Maura dalam hatinya.
Ben sedikit melebarkan matanya ia masih tidak tahu siapa yang Maura maksud.
"Namanya adalah Darren," ujar Maura, membuat Ben mengernyitkan dahi mencoba mengingat nama itu.
"Darren--"
"Darren Aldari Ganendra, pemilik dari perusahaan Ganendra," sela Maura, yang membuat Ben yang sedang minum akhirnya tersedak karena saking terkejutnya setelah mendengar nama itu di sebutkan.
"APA! DARREN?! Orang yang sangat terkenal itu?" pekik Ben heboh.
Maura mengangguk lesu. "Hm, dia adalah orang itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
neng aya
🤗
2023-01-23
0
EVI SILVIANI
makanya dijagain itu deern ,,,
nanti bikin ribut aja ngundang dalam pernikahanya
2023-01-23
0