Hari kini menjelang sore. Seorang lelaki tampan baru saja menginjakkan kakinya dikediaman yang Maura tempati. Sepatu pantofel, berbalut jas hitam yang melekat pada tubuhnya menambah kesan sempurna lelaki itu. Ia terlihat berjalan memasuki rumah itu dengan langkah yang angkuh.
Kesan sombong tercetak jelas di wajahnya. Setiap gerak tubuhnya menunjukkan pesona yang begitu nyata.
Dialah Derren.
Baru saja kakinya akan melangkah menaiki anak tangga, tetapi ia kembali berhenti. Sembari menghela nafas berat, ia terdiam sejenak. Tak perlu mengeluarkan kata, salah seorang pelayan datang menghampiri dengan begitu segan terhadapnya.
Sembari menundukkan kepala, pelayan wanita itu tak berniat mengeluarkan suara sebelum sebuah perintah terucap dari bibir Derren, sang Tuan Muda.
"Dimana dia?" tanya Darren, dengan nada yang dingin, tatapan tajam itu menambah kesan horor untuk siapapun yang berada di dekatnya.
Sempat terdiam sejenak, akhirnya pelayan itu tahu siapa yang Derren Maksud. Dengan cepat ia menjawab, apa yang ingin Derren dengar.
"Tuan, Nona Maura berada di kamarnya."
Setelah mendapatkan jawaban itu, Darren dengan segera melangkahkan kakinya, menambah tempo langkah kakinya itu menjadi lebih cepat.
Sementara itu di sisi lain, Maura terlihat tengah terduduk di ranjangnya. Dia hanya diam sembari pandangan matanya yang menerawang keluar jendela.
"Apa Kak Derren sudah pulang?" Maura bergumam. Ia memang sering menunggu kepulangan suaminya itu. Meskipun seringkali Darren bersikap dingin dan kejam terhadapnya, tetapi sebagai seorang istri Maura tetap harus bersikap layaknya seorang istri yang patuh terhadap suami.
Setidaknya sampai semuanya telah benar-benar berakhir.
'Maura kamu tidak seharusnya menyimpan perasaan sampai sedalam ini. Orang yang kamu sukai adalah kekasih Kakakmu sendiri. Andai aku tidak terjerat pernikahan ini, mungkin ... aku bisa perlahan menghilangkan perasaan ini,' batin Maura, menyadarkan dirinya sendiri.
"Tapi jika ini terus berlanjut ... perasaanku terhadap Kak Darren akan--"
Brakk!
Suara benturan keras dari arah pintu membuat Maura seketika mengalihkan perhatiannya kepada suara itu.
Betapa terkejutnya Maura saat ia mendapati sosok Darren yang tengah berdiri di ambang pintu menunjukkan raut wajah yang menyeramkan.
"Kak Darren, kamu -- Apa kamu mencariku Kak? Apakah ada sesuatu yang penting?" tanya Maura, lembut, tatapan polosnya memperlihatkan kebingungan kerena sikap lelaki itu saat ini.
'Kak Derren terlihat sangat marah, tapi dia kenapa datang ke sini?!' batin Maura, mempertanyakan semua kebingungannya.
Darren tidak mengeluarkan kata-kata dari mulutnya, ia hanya memperlihatkan tatapan dingin dan tajam yang menusuk. Membuat Maura menciut ketakutan saat melihatnya.
Darren mulai memajukan langkahnya mendekat ke arah Maura. Hal itu membuat Maura merasa canggung dan juga takut.
'Kenapa Kak Darren berjalan ke sini. Raut wajahnya terlihat sedang tidak senang,' batin Maura, yang mulai menundukkan pandangannya saat Darren tengah berada di hadapannya.
"Kak Darren, kamu--"
Akhh!
Maura merintih kesakitan saat Darren tiba-tiba mencengkram dagunya erat. Tatapan tajam mata Darren seolah ingin membunuh gadis yang saat ini berada di hadapannya itu.
"Shh ... s-saki ... t, Kak Darren," rintihan suara Maura terdengar begitu lemah, ia tidak bisa melawan. Maura hanya bisa diam sembari menahan sakit akibat cengkraman yang dilakukan oleh Darren itu.
"Kau!" Darren menghempaskan wajah Maura kasar, saat ia menyadari Maura tengah menutup matanya menahan sakit.
Ahh!
Maura terhempas ke ranjang dengan kasar karena ulah Darren. Sementara Darren mengalihkan pandangannya membelakangi Maura. Tampak sekali Darren tengah menahan amarah yang begitu besar.
"Kak Darren, sebenarnya ada apa?" tanya Maura yang begitu kebingungan, sembari mencoba bangkit kembali untuk memposisikan tubuhnya seperti semula.
"Kenapa kau begitu berani?!" Darren berdesis, perkataannya penuh penekanan. Dia kembali menatap Maura dengan telunjuk yang menuduh tajam ke arah gadis itu.
"Maksud Kakak, apa?" lirih Maura, yang memang tidak mengetahui apapun.
"Jangan pura-pura bodoh! Kamu wanita murahan!" hina Darren.
"Apa?" Maura bergumam, hatinya terasa tertikam oleh ribuan pedang saat mendengar perkataan yang begitu menusuk dari Darren. Dia bahkan tidak mengerti dan tidak tahu apa yang Darren maksud. Dan kenapa perkataan yang begitu menyakitkan itu harus muncul dari bibir pria yang ia sukai itu.
"Tapi Kak Darren, apa yang telah aku lakukan? Apa yang membuatmu sampai semarah ini?" tanya Maura meminta penjelasan. Setidaknya, Jika ia tahu alasan dari perlakuan Darren saat ini, mungkin ... ia bisa sedikit menjelaskan untuk memperbaiki keadaan.
"Kamu bertanya hal menjijikan itu?!" Darren Semakin menajamkan pandangannya menatap Maura.
"Sekarang katakan siapa lelaki yang bersamamu pagi tadi?"
"Lelaki? Lelaki siapa, aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Kak Darren," Maura mencoba membela dirinya, ia sungguh tidak mengerti dengan pertanyaan yang Darren ajukan.
Merasa kesal, Darren mengapit kedua pipi Maura kasar. Membuat Maura mengerang kesakitan. "Jangan mencoba menutupinya Maura! Apa kamu sedang menunjukkan sisi jalangmu itu?! Kamu bersama dengan seorang lelaki pagi tadi. Kalian juga sangat dekat." Darren tertawa sarkas. "Bahkan ... kalian menghabiskan waktu di sebuah restoran, berbincang-bincang hangat, dan tampaknya, kamu begitu menikmatinya, iya, kan?!" timpalnya, dengan sebuah pertanyaan. Setelah itu kembali menghempaskan wajah Maura kasar. Pipi Maura terlihat memerah karena perbuatan Darren itu.
Maura kini mulai menyadari siapa yang sedaritadi Darren maksud. Tapi ia sungguh tidak tahu dari mana Darren bisa mengetahui semua itu.
"Dia hanya seorang teman. Kami juga tidak memiliki hubungan apapun!" Maura mencoba menjelaskan semuanya. "Kak Darren, Kakak percaya, kan?" lirih Maura kemudian.
Darren tertawa sinis, memandang rendah sosok Maura saat ini. "Aku sungguh tidak peduli dengan hubungan kalian. Mau kamu menjadi wanita seperti apapun di luaran sana. Aku tidak akan ikut campur tentang hal itu!"
Maura tertegun dengan perkataan Darren itu, ia tidak percaya seorang Darren bisa mengatakan hal yang menyakitkan itu kepadanya. "Kakak, kamu ... kenapa mengatakan hal itu?" lirih Maura, dengan tatapan mata yang sendu.
"Dengar, Maura! Di depan publik kamu adalah istri dari seorang pengusaha terkenal, menantu dari keluarga bangsawan terkemuka! Aku tidak ingin perbuatanmu, menjadi noda yang menempel untukku, dan keluargaku!" Lagi-lagi, Maura harus mendengar kata-kata yang sangat menyakitkan itu.
"Aku tidak perduli jika kamu tidak terikat denganku! Tapi, sekarang publik tau kalau kau telah masuk ke dalam keluarga ini. Menjadi seorang istri dari seorang Darren Aldari Ganendra. Jika kau tertangkap tengah bersama pria lain, maka itu akan berimbas buruk kepadaku dan keluargaku!" Darren, dengan perkataan tajamnya berhasil membuat Maura bungkam.
"Untuk saat ini aku bisa melupakan kejadian itu. Tapi jika suatu saat aku melihat kau tengah bersama dengan pria di luar sana. Aku tidak segan-segan membuat kehidupanmu itu jauh lebih hancur dari saat ini!" ancam Darren, setelahnya ia langsung pergi meninggalkan Maura yang masih termenung akibat perkataan Darren yang begitu menyayat hatinya.
'Apa aku ... begitu buruk di matamu, Kak?' batin Maura, yang menjadi begitu bersedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Sita
kasian muara
2023-08-16
0
🌈Yulianti🌈
marah" aja kerjaannya suudzon aja LG cepat tua baru tau rasa
2023-01-17
0
Niluh Ayu Pramesti
Thor buat Ben jgn galak"sich kasihan maura
2022-04-09
0