Flash Back__
Maura sedang terdiam di kamarnya, memandang ke arah luar jendela. Entah apa yang saat ini ia pikirkan.
Maura masih terlihat termenung di sana. Ini adalah hari bahagia Kakaknya. Maura juga ikut berbahagia atas itu.
Namun ... yang membuatnya termenung adalah, karena dia juga menyukai orang yang sama dengan Kakaknya itu. Tetapi, meski begitu, Maura masih tau apa takdir dan haknya. Pria yang ia sukai sebentar lagi, akan menjadi Kakak iparnya. Bagiamana mungkin Maura masih bisa mempertahankan perasaan yang seharusnya ia buang jauh-jauh itu.
'Maura, kamu harus semangat. Kamu harus bahagia, hari ini adalah hari pernikahan Kak Vallerie, bagaimana mungkin aku bisa merasakan perasaan seperti ini. Maura, semangat!' batin Maura yang menguatkan hatinya sendiri. Seraya sebelah tangannya yang mengepal ke atas. Seolah dia mengatakan, kalau dia itu kuat. Meskipun kenyataannya. Hatinya tidak-lah sekuat itu.
Tok ... tok ... tok!
Terdengar, seseorang mengetuk pintu kamar Maura dengan cukup keras. Mungkin, Jika Maura tidak mengunci pintunya, orang yang mengetuk pintunya itu akan menerobos masuk begitu saja.
"Maura! Buka pintunya cepat!"
"Itu suara Ibu? Ada apa Ibu memanggilku?" ucap Maura pelan, seraya pikirannya terdapat berbagi macam pertanyaan.
"Iya, Bu!" Maura pun membuka pintu kamarnya itu dengan cepat.
Dengan langkah yang cepat, saat pintu sudah terbuka lebar, dengan tiba-tiba ... Ibu Maura pun menyeret Maura masuk, ke dalam kamar Maura lagi. Setelah itu, langsung menutup pintu kamar Maura rapat-rapat.
"Ibu, Ibu ... kenapa? Kok kayak lagi kebingungan gitu?" tanya Maura, yang melihat raut wajah ibunya itu terlihat begitu khawatir.
"Kakak kamu kabur dari pernikahan!"
Maura begitu terkejut bukan main saat mendengar apa yang ibunya itu katakan.
"Itu gak mungkin Bu, Kakak gak mungkin kabur dari pernikahan. Kakak itu sangat mencintai pacarnya," ucap Maura, yang tidak percaya jika Kakaknya itu telah melarikan diri.
"Terserah jika kamu tidak mempercayainya. Tapi sekarang adalah waktunya kamu untuk membalas kebaikan orang tuamu yang telah merawat-mu, 'kan?"
Maura mengerutkan keningnya, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh ibu ya itu. "Maksud Ibu apa?"
"Ini, pakai ini. Selamatkan kehormatan keluarga kita. Dan kita juga tidak bisa membiarkan keluarga Ganendra menanggung malu karena ulah Kakak, mu, itu." Ibu Maura pun segera menyerahkan sebuah gaun pengantin yang berada di tangannya itu untuk dipakai.
"A-apa? T-tapi ... bagaimana mungkin Maura bisa melakukan itu Bu, Maura tidak bisa menikahi orang yang seharusnya menjadi Kakak ipar Maura sendiri," lirih Maura yang mencoba menolak apa yang di perintahkan oleh ibunya itu.
"Maura! Apa kamu sungguh tidak mempunyai perasaan balas Budi pada keluargamu ini. Hah?! Apa kamu sungguh ingin membuat keluarga kita malu?!" sentak ibu Maura.
Maura pun hanya bisa menundukkan wajahnya, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan lagi. Ia tidak mungkin bisa menikahi pria yang seharusnya menjadi Kakak iparnya sendiri. Itu sama saja dengan ia menghianati Kakak-nya sendiri.
"Keira, kamu juga tau ... sekarang perusahaan ayahmu hampir bangkrut. Jika kamu menggantikan Kakak-mu untuk menikah dengan Tuan Darren. Perusahaan Ayah-mu masih bisa di selamatkan," lirih ibu Maura, yang membujuk Maura agar mau menuruti keinginannya itu.
"Tapi ... Bu, Maura--" potong Maura yang bisa bisa melanjutkan perkataannya itu.
Ibu Maura pun melanjutkan. "Maura, hanya kali ini saja, kamu gantikan Kakak-mu menikah dengan Tuan Darren. Sementara itu keluarga kita akan mencari Kakak-mu. Jika dia sudah ditemukan, kamu bisa berpisah dan melepaskan Tuan Darren."
'Ya, saat aku bisa mendapatkannya. Dan pada akhirnya ... aku juga yang harus melepaskannya,' batin Keira.
"Maura, Ibu mohon, tolong lakukan ini untuk keluarga kita," pinta ibu Maura.
"Tapi, Bu. Meskipun Maura menggantikan Kakak untuk menikah, Apakah Tuan Darren bisa menerima ini, Bu. Tuan Darren sangat mencintai Kakak. Dia mungkin tidak akan menerima pernikahan ini, Bu," ujar Maura, memberikan pengertian pada ibunya.
"Kamu tidak perlu memikirkan itu untuk sekarang. Ibu yakin, Tuan Darren juga akan mengerti dengan situasi sekarang ini. Dan Keluarga Ganendra juga pasti tidak ingin menanggung malu, Karena pernikahan putra pertamanya itu gagal karena si pengantin wanitanya kabur dari pernikahan.
Maura merenungkan ucapan ibunya itu. Benar, jika Maura menerima pernikahan ini, Maura bisa menyelamatkan kehormatan dua keluarga, sekaligus bisa menyelamatkan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut itu.
Maura juga tidak akan terlalu menderita, karena pada dasarnya, Maura memang mencinta lelaki yang seharusnya menjadi Kakak iparnya itu. Tuh, pada akhirnya ... Maura juga akan melepaskan Darren jika Vallerie kembali.
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah Maura sanggup melepaskan orang yang ia cintai itu untuk orang lain?
"Baiklah, Bu. Maura akan mengikuti keinginan Ibu, itu."
"Bagus, kalau begitu. pakailah baju yang Ibu berikan tadi. Berdandan lah secantik mungkin." Ibu Maura pun segera keluar kamar, setelah mendengar kalau Maura mau menerima pernikahan itu.
***
'Apa?! Dia menerimaku, untuk menjadi istrinya? Jelas-jelas dia tau kalau aku bukanlah wanita yang dia cintai. Kenapa?' batin Keira.
Ya, Darren menerima Maura sebagai pengantin wanitanya. Saat mengucap janji suci. Darren terlihat begitu yakin dengan apa yang ia katakan itu. Maura pun dibuat kebingungan. Bagiamana mungkin, Darren bisa menerima wanita asing yang bahkan tidak ia cintai.
Orang-orang yang menghadiri pernikahan itu, mereka sama sekali tidak tau, kalau ternyata pengantin wanitanya telah berganti. Jika saja mereka sampai mengetahuinya, mungkin Maura lah yang akan menjadi bahan omongan mereka.
Flash Back Of__
Cahaya mentari, tampak telah menunjukkan sinarnya. Cahaya itu memasuki celah-celas kecil yang ada di kamar Maura.
Maura yang terganggu oleh cahaya itu pun, segera menutupi wajahnya dengan selimut. Rasanya, saat ini dia benar-benar mengantuk sekali. Sulit sekali untuknya bangkit dari tidurnya.
Sampai ingatannya membawa dia pada seseorang, Darren. Maura pun seketika itu juga langsung terbangun dari tidurnya, melihat jam di ponselnya. Bagiamana pun sekarang Maura sudah menjadi istri seseorang, ia harus melakukan kewajibannya menjadi seorang istri.
Maura pun segera turun dari ranjangnya. Ia pergi untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Beberapa menit Kemudian, Maura pun tampak telah selesai, ia juga sudah mengenakan baju kasualnya, ia terlihat cantik di tambah dengan sedikit riasan di wajahnya.
Maura pun segera keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga untuk pergi ke dapur. Tentunya, maksud Maura adalah untuk memasakkan suaminya itu makanan yang enak.
***
Darren tampak baru saja keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga itu, menuju ruang makan. Dengan pakaian Formal-nya, Darren tampak terlihat begitu mempesona.
Pelayan di sana pun mulai menyiapkan makanan untuk Darren, berbagai makanan yang memanjakan lidah terdapat di sana. Dan jelas, itu semua yang membuatnya adalah Maura.
"Di mana perempuan itu?" tanya Darren dingin, pada pelayan yang menguapkan sarapan untuknya itu.
"Nyonya ... dia--"
"Dia pasti masih tidur, kan? Wanita itu memang tidak memiliki pekerjaan. Bahkan hidupnya saja hanyalah bermalas-malasan," tukas Darren.
"Tapi, Tuan. Nyonya--"
"Sudah lah, kamu tidak perlu membelanya. Sekarang kamu bisa pergi." Darren pun mulai memakan makanan yang ada di depannya itu. Ia tampak begitu sangat menikmatinya.
"Baik Tuan."
"Tunggu!" tahan Darren, yang membuat pelayan itu menghentikan langkahnya.
"Iya, Tuan. Apa Tuan membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan itu.
"Ini, makanan ini sangat enak. Biasanya ... kalian tidak pernah memasak seenak ini. Apa ada orang baru di tempat kalian memasak?" tanya Darren, yang tidak pernah menyangka kalau masakan istrinya lah yang sedang ia makan saat ini.
"Mmm ... itu, Tuan. Ny-Nyonya yang memasaknya," ujar pelayan itu gugup.
"Maura?!" Darren, mulai menyadari kalau yang memasakkan makanan untuknya itu adalah istrinya sendiri.
"B-benar, Tuan," ucap pelayan itu, membenarkan perkataan Darren.
"Buang semua makanan ini, jangan sisakan satupun!"
"Ta-tapi ... Tuan?" Pelayan tampak ragu untuk menuruti perintah Darren.
"Apa kamu ingin membantahku?!" teriak Darren, seraya tangannya menggebrak meja dengan cukup keras.
"T-tidak, Tuan. Baik, saya akan segera membuang semua makanan ini." Pelayan pun mulai mengambil makanan itu dan akan membuangnya. Sementara Darren, dia pun langsung pergi dari tempat itu dengan perasaan yang buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dewi Fajar
ibu nya kok ngomong nya gitu ya ke Maura..kalo vallerie sudah ditemukan Maura boleh meninggalkan daren..itu ibuk atau apa ? tega banget kalimat nya.dikira pernikahan itu barang yang bisa di ganti ganti?
2024-03-30
0
Enung Samsiah
iiiihhh,,, egomuuuuu,, ngeri
2024-01-25
0
Nur Laely
mubadzirr
2023-10-19
0