Chapter 4: Berisik!

"Apa kamu ingin membunuh 'ku? Bisa-bisa aku gegar otak karena ini!"

"Maaf Jo-Paijo aku tidak sengaja." menyebalkan kenapa aku bisa bertemu dengannya disini. Aku bahkan tidak mengenalinya tadi.

"Heh! panggil Mas! Mas Paijo! kamu mau jadi jambu mete? mau kualat? gimanapun juga aku lebih tua dari kamu. Dasar tidak sopan!"

"Kakak bukan, saudara bukan, pacar bukan, tunangan apalagi, untuk apa aku memanggil 'mu mas!"

"tidak penting!" Saras tak kalah nerocos saat bicara. Dia pikir kemarin pertemuan pertama dan terakhir bagi keduanya. Tapi masih sepagi ini mereka malah bertemu secara tidak sengaja.

"Heh Saras 008! sudah salah masih berani ngegas. Anak kecil cengeng, ingusan. Apa kamu lupa dulu saat masih kecil dan bermain tali aku yang sering membantu 'mu! Sudah sepantasnya kamu panggil aku 'mas'!" Suara Paijo terdengar lebih lantang. Kemudian dia bergumam agak lirih. "Aku bahkan masih ingat kamu punya tembong bulat di paha kiri 'mu."

Tangan Saras reflek memukul mulut Paijo. Plakkk!

"Dasar mulut!!! kamu pikir aku tidak dengar hah!?"

"sudah tidak tampan tidak beradab pula." ingin rasanya memanggil Tukul Arwana, biar dia sobek-sobek mulut Paijo.

Paijo terlonjak kaget sambil memegang mulutnya yang monyong. Dengan raut wajah emosi bercampur marah, Saras memungut tas yang masih tergeletak saat jatuh tadi. Dia memilih mencari kursi kosong yang lain. Mata mereka masih saling menatap tajam. Menghunus, mematikan.

Saras duduk di jok deret kedua di depan Paijo. Kalau saja Saras dapat tiket kereta. Tidak mungkin dia mau naik bus ke Malang yang membutuhkan waktu perjalanan lebih lama itu. Dia terpaksa karena besok pagi harus mulai masuk kuliah lagi.

Bus pun mulai bergerak menjauh meninggalkan terminal. Sebagian besar jok sudah terisi penuh. Jangan bayangkan mereka akan duduk berdua dan terjadi adegan romantis seperti bersandar di pundak saat mengantuk. Jauh dari kata itu, mereka berdua seakan sama-sama menabuh genderang peperangan.

"Apa lihat-lihat!!!"

"Apa?!!! Cuih... tidak sudi melihat 'mu. Sepet!!!"

Saat bus itu berhenti dan mengambil poin di salah satu pos. Seorang penumpang laki-laki bertubuh over size masuk. Langkah kakinya bahkan terasa mampu menggetarkan bus. Dan sialnya laki-laki kingkong itu memilih duduk di samping Paijo. Kingkong yang tak tahu diri itu langsung menjatuhkan pantatnya. Tubuh Paijo terhimpit, sesak, tidak nyaman sama sekali. Sial! gerutu Paijo dalam hati. Itu pantat mana cukup satu kursi, harusnya dia beli tiga tiket agar bokongnya bisa tercukupi untuk duduk. Tidak begini menyita jok milik orang lain.

Bus masih melaju, Paijo ngantuk ingin tidur sebentar saja selama perjalanan panjang ini. Namun, selama delapan jam ke depan bisa-bisa Paijo sesak nafas karena terhimpit kingkong. Paijo mengedarkan pandangannya. Dilihat jok di sebelah Saras sudah kosong. Mungkin penumpang di samping Saras tadi sudah turun saat mereka sampai di Solo. Paijo tidak ingin tahu, yang dia inginkan bisa pindah duduk dari samping kingkong ini.

Baiklah, aku lempar gengsi 'ku lewat jendela! Peduli setan, lebih baik aku pindah dari pada sampai Malang aku tinggal nama.

Paijo berdiri dan menepuk lengan kingkong yang langsung tertidur lelap sejak naik tadi.

"Pak permisi, kasih jalan. Saya mau lewat."

Kingkong tidak merespon sama sekali. Gila dia tidur atau mati. "Pak permisi!!!" Paijo berteriak tepat di kuping kingkong. Membuat pemilik kuping itu terlonjak kaget.

"Mati aku mati!" kagetnya.

Iya sana mati saja. Bisa cepat penuh bumi jika semua orang bertubuh seperti 'mu. "Permisi Pak saya mau lewat."

"Haduh masnya. Mengagetkan saja. Apa tidak bisa membangunkan pelan-pelan!"

Pelan-pelan dia bilang. Tidur sudah kayak bangkai. Tidak bergerak sama sekali di tambah bau tubuhnya itu hlo. "Maaf Pak, bapaknya nyenyak, dari tadi saya sudah bangunkan. Permisi..." Tidak ingin memperpanjang masalah ini. Bisa di smackdown gasik kalau Paijo berani mengungkapkan isi hatinya.

Pria kingkong itupun menggeser kakinya kearah keluar. Paijo melewatinya seakan sedang keluar dari himpitan buldozer. Dia bernafas lega seketika setelah berhasil keluar.

Sekarang tinggal menghadapi Saras 008. Saat Paijo beranjak ke jok Saras. Dilihatnya kepala Saras bersandar di tepi jendela. Matanya terpejam. Paijo terkesima. Saat anteng tidur, dia terlihat sangat cantik. Garis wajahnya tenang. Alis hitam tidak tebal tanpa goresan pensil alis. Bulu mata lentik tanpa maskara. Hidung sedang, pas tidak terlalu mancung tapi tidak pesek. Bibirnya ranum dengan lipbalm terlihat kecoklatan. Rasanya ingin mencicipinya. Shitt...! berfikir apa aku. Mulutnya saja super pedas saat bicara.

Pelan-pelan Paijo menjatuhkan pantatnya. Tidurlah, tidurlah, tidur yang nyenyak. Jangan bangun kalau belum sampai Malang. Aku juga butuh tidur.

Bus melewati jalan tol yang mulus bebas hambatan. Perut Paijo berdesir, walau matanya terpejam, dia masih bisa merasakan jika bus berjalan dengan kecepatan penuh. Tidak ada suara orang mengobrol. Hanya suara musik dangdut yang terdengar mendayu-dayu. Kebanyakan mereka memilih tidur untuk menghunus kejenuhan. Saras dan Paijo tertidur nyenyak dengan posisi masing-masing. Paijo dengan gaya terlelapnya menyandar sempurna di punggung jok. Sedangkan Saras masih setia dengan kepala yang menempel di tepi jendela.

Jangan harap Paijo meminjamkan bahunya. Dia masih ingat bagaimana tadi tangan gadis di sampingnya itu memukul mulutnya.

Kurang seperempat perjalanan lagi. Waktu menunjukkan pukul dua belas kurang. Dua jam lagi mereka sampai di kota Malang. Saras yang mulai merasa tidak nyaman dengan lehernya, terbangun. Matanya mengerjap berusaha terbangun dari tidurnya. Pegal! tangannya mengusap leher dan pelipis yang terasa nyut-nyutan. Saras menoleh dan seketika kaget.

Astaga!

Sejak kapan manusia tak ada akhlak ini duduk disini!

Dengan keras dia menepuk lengan Paijo. "Heh, bangun Paijo Paijan! rak kerjo rak iso jajan!"

"Ahhh... apa sih!" Paijo mengusap wajahnya dengan kasar.

"Enak sekali ya tidur setelah tadi mengusir 'ku."

Adu mulut pun terjadi lagi. Mereka sudah mirip kucing dan tikus saat membuka mata. "Heh, Saras 008 kamu emang udah mirip kucing ya. Tiap lihat aku seperti langsung mau mencakar. Apa salahnya aku duduk di sini! Aku punya tiket dan bebas mau duduk dimana pun. Asal tidak duduk di pangkuan 'mu bukan! kog kamu yang emosi!"

Saras membulatkan mata. "Iya benar, aku mirip kucing. Kalau saja kuku tanganku panjang. Pasti kamu orang pertama yang aku cakar! Huh, mimpi apa aku bisa satu bus denganmu. Dan sekarang satu tempat duduk, iyuhhh..."

"Kenapa kamu pindah kesini hah!? sengaja mau deketin aku? buang jauh... aku sama sekali tidak tertarik sama kamu wahai Paijo!"

"Jangan percaya diri dulu. Tuh lihat ada kingkong. Terserah kamu mau bilang apa. Lebih baik aku pindah daripada mati konyol di sana! Kalau kamu tidak terima, kamu saja pindah sana!"

"Enak saja aku yang duluan duduk disini. Kenapa aku yang harus pindah?"

Mereka berdua terdengar paling berisik diantara semua penumpang.

"EHemmm!!!"

Salah satu penumpang yang terganggu berdehem untuk melerai mereka. Tatapan tajam darinya berhasil membuat ciut nyali Paijo dan Saras.

"Makanya diem!"

"Berisik!"

"Kamu yang berisik!"

"Kamu!"

Bapak berkumis itupun berdiri. "Heh... kalian berdua yang berisik! Bisa diam TIDAK!!!"

Keduanya langsung tutup mulut dan saling melirik. Lagi-lagi adegan adu mata terulang.

Seakan menyiratkan ketidaksukaan mereka.

Diam dan saling memunggungi. Rasanya ingin cepat sampai dan berpisah. Kalau bisa jangan sampai bertemu lagi.

Dua jam kemudian, bus mereka memasuki pintu gerbang terminal Malang. Semua orang terlihat sibuk menurunkan barang-barang dari atas tempat penyimpanan barang. Begitu juga dengan Paijo dan Saras. Keduanya masih saling diam. Saras berjinjit meraih tasnya. Dia terlihat kerepotan karena tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.

Huuhhh... apa sedikit saja dia tidak ingin basa-basi membantu. Dasar egois!

"Pantas saja pendek! Dulu saat main lompat tali baru sampai batas dada sudah tidak bisa."

"Ambil ini! ini terakhir aku membantu 'mu." Paijo dengan cepat meraih barang bawaan Saras dan melempar ke dekapan Saras. Karena sangking beratnya tubuh Saras hampir terpetal.

"Auchhh...!"

"Heh... aku juga tidak berharap kamu bantu!" jawab Saras dusta. Jaim padahal butuh. Paijo hanya membuang muka.

Keduanya turun dari bis bergantian dari pintu belakang. Saras yang berjalan mengekor di belakang Paijo masih jengkel dengan laki-laki di depannya itu.

"Akhirnya sampai juga." Paijo meregangkan tubuhnya.

"Awas aku mau lewat. Menghalangi jalan saja."

"Sudah di bantu, mengucapkan terimakasih saja tidak. Dasar!"

Saras menghentikan langkahnya. Dengan wajah di buat-buat dia merespon ucapan Paijo. "Hehe... terimakasih Paijo. Saya harap kita tidak berjumpa lagi. Bye...!!!" Dia menghentakkan kaki dan berlalu pergi.

"Huh... siapa juga yang berharap ketemu lagi sama kamu!"

Keduanya berpisah, berjalan berlawanan arah. Dengan hati yang sama-sama menahan amarah.

Jangan sampai kita bertemu lagi!

Jangan sampai, amit-amit!

Bagaimana kalau takdir yang mempertemukan kalian! Kalian berdua bisa apa hah!!!???

Othor tersenyum 😈

.

.

.

.

.

.

.

like, komen, jadikan favorit ya...

terimakasih 😘

Terpopuler

Comments

Robby'adja

Robby'adja

lucu ih ama mrreka be2

2022-11-04

0

Diani Retno

Diani Retno

ha....ha.....asyik bertengkar saja terus, nggak tahu berjodoh😀😀😀

2022-10-13

0

Yu Gina

Yu Gina

terimakasih otor sudah mencantumkan nama Yunita disana. Baru kali ini baca nama aing masuk dunia novel. Muahhhh Thorrrrr

2022-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Salam Kenal
2 Chapter 2: Bertemu Saras
3 Chapter 3: Minggat
4 Chapter 4: Berisik!
5 Chapter 5: Cak Sam
6 Chapter 6: Gadis Berambut Pirang
7 Chapter 7: Mister B
8 Chapter 8: Prahara Kerupuk Acir
9 Chapter: Bukan Passion
10 Chapter 10: Kepercayaan Mahal Harganya
11 Chapter 11: INTERVAL
12 Chapter 12: Nyenyak Sampai Pagi
13 Chapter 13: Bakso urat enak, pijat urat?
14 Chapter 14: Metode Dua Jari
15 Chapter 15: Kucing-kucingan
16 Chapter 16: Sama-Sama Tidak Waras
17 Chapter 17: Perjalanan 1
18 Chapter 18: Perjalanan 2
19 Chapter 19: CKPT KSBM
20 Chapter 20: VIRAL
21 Chapter 21: Pelan-Pelan Saja
22 Chapter 22: Bala Tentara
23 Chapter 23: Voucher Gratis
24 Chapter 24: Kediaman Hj Bagong
25 Chapter 25: Duduk Manis di Rumah!
26 Chapter 26: Masih jadi Misteri
27 Chapter 27: Beauty and the Crazy Man
28 Chapter 28: Bejo Tidak Jadi Mati
29 Chapter 29: Lari lagi? Capek dech!
30 Chapter 30: Dendam Nyai Saraswati
31 Chapter 31: Jadi Korban Penculikan
32 Chapter 32: Di Kebun Binatang
33 Chapter 33: Ocehan Burung Beo
34 Chapter 34: Habis Ijazah, akankah Ijab sah?
35 Chapter 35: Aku Tunggu Kamu Pulang!
36 Chapter 36: Kaum Rebahan Yang Terancam
37 Chapter 37: Walaupun tidak tertampan, tapi selalu di depan!
38 Chapter 38: Wawancara
39 Chapter 39: Tentang Kesetiaan
40 Chapter 40: Bertemu Fatimah
41 Chapter 41: Tamparan Bertubi-tubi
42 Chapter 42: Jangan Tertawa Berlebihan, Bahaya!
43 Chapter 43: Menagih Janji
44 Chapter 44: Akibat Settingan
45 Chapter 45: Lunturnya Suatu Amarah
46 Chapter 46: Loro Pikir
47 Chapter 47: Jadi Makin Cinta deh!
48 Chapter 48: MaDeSu
49 Chapter 49: l Love You So Much Much
50 Chapter 50: Tak Tik Paijo
51 Chapter 51: Tipu Daya Haji Bagong
52 Chapter 52: Pembalasan Memang Harus Lebih Kejam!
53 Chapter 53: Kerja Keras Bagai Kuda
54 Chapter 54: Bambang is Back
55 Chapter 55: Hujan Air Mata
56 Chapter 56: Si Galau vs Si Gabut
57 Chapter 57: Pendekatan 1
58 Chapter 58: Pendekatan 2
59 Chapter 59: Gagal
60 Chapter 60: Berdarah Tapi Senang
61 Chapter 61: Sekarat
62 Chapter 62: Drama Hujan
63 Chapter 63: Harusnya Aku Yang Menangis
64 Chapter 64: Es Gula Batu
65 Chapter 65: Kage Bunshin no Jutsu
66 Chapter 66: Oh, ternyata!
67 Chapter 67: Sabar Bu Sabar!
68 Chapter 68: I'm Sorry Goodbye
69 Chapter 69: Borok itu Di Obati, Bukan di Tutupi!
70 Chapter 70: What Wrong with You?
71 Chapter 71: Alasan Kabur
72 Chapter 72: GEGER GEDHEN
73 Chapter 73: Pasca Geger Gedhen
74 Chapter 74: Obrolan Serius
75 Chapter 75: Terjerat Cinta Mas Paijo
76 Chapter 76: Sawan Pengantin
77 Chapter 77: Kepulangan Jaelani
78 Chapter 78: Makan Malam
79 Chapter 78: Makan Malam
80 Chapter 79: Perjalanan Ini...
81 Chapter 80: Gangguan Setan
82 Chapter 81: Rumah Mewah
83 Chapter 82: Hari Pertama Di Rumah Mewah
84 Chapter 83: Tetangga Seberang Rumah
85 Chapter 84: Iseng-iseng Biar Kapok!
86 Chapter 85: Tamu
87 Chapter 86: Balapan
88 Chapter 87: Terpantau CC TV
89 Chapter 88: Kebohongan Yang Fatal
90 Chapter 89: Jurus Ampuh
91 Chapter 90: Di Rundung Kesepian
92 Chapter 91: Apakah Aku Hamil?
93 Chapter 92: Drama Piknik
94 Chapter 93: COD
95 Chapter 94: Dukungan Seorang Istri
96 Chapter 95: Di Pijit Sambil di Puk-Puk, Boleh?
97 Chapter 96: Sebelum Ke Luar Kota
98 Chapter 97: Parem dan Sawanan
99 Chapter 98: Ngidam Apa!?
100 Chapter 99: Rejeki Jabang Bayi
101 Chapter 100: Camry yang Menghebohkan
102 Chapter 101: Otw Malmingan
103 Chapter 102: Pikiran Yang Keliru
104 Chapter 103: Teguran
105 Chapter 104: Impulsif
106 Chapter 105: Watuk Ono tambane, Watak di Gowo Mati!
107 Chapter 106: Akhirnya Pesta
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Chapter 1: Salam Kenal
2
Chapter 2: Bertemu Saras
3
Chapter 3: Minggat
4
Chapter 4: Berisik!
5
Chapter 5: Cak Sam
6
Chapter 6: Gadis Berambut Pirang
7
Chapter 7: Mister B
8
Chapter 8: Prahara Kerupuk Acir
9
Chapter: Bukan Passion
10
Chapter 10: Kepercayaan Mahal Harganya
11
Chapter 11: INTERVAL
12
Chapter 12: Nyenyak Sampai Pagi
13
Chapter 13: Bakso urat enak, pijat urat?
14
Chapter 14: Metode Dua Jari
15
Chapter 15: Kucing-kucingan
16
Chapter 16: Sama-Sama Tidak Waras
17
Chapter 17: Perjalanan 1
18
Chapter 18: Perjalanan 2
19
Chapter 19: CKPT KSBM
20
Chapter 20: VIRAL
21
Chapter 21: Pelan-Pelan Saja
22
Chapter 22: Bala Tentara
23
Chapter 23: Voucher Gratis
24
Chapter 24: Kediaman Hj Bagong
25
Chapter 25: Duduk Manis di Rumah!
26
Chapter 26: Masih jadi Misteri
27
Chapter 27: Beauty and the Crazy Man
28
Chapter 28: Bejo Tidak Jadi Mati
29
Chapter 29: Lari lagi? Capek dech!
30
Chapter 30: Dendam Nyai Saraswati
31
Chapter 31: Jadi Korban Penculikan
32
Chapter 32: Di Kebun Binatang
33
Chapter 33: Ocehan Burung Beo
34
Chapter 34: Habis Ijazah, akankah Ijab sah?
35
Chapter 35: Aku Tunggu Kamu Pulang!
36
Chapter 36: Kaum Rebahan Yang Terancam
37
Chapter 37: Walaupun tidak tertampan, tapi selalu di depan!
38
Chapter 38: Wawancara
39
Chapter 39: Tentang Kesetiaan
40
Chapter 40: Bertemu Fatimah
41
Chapter 41: Tamparan Bertubi-tubi
42
Chapter 42: Jangan Tertawa Berlebihan, Bahaya!
43
Chapter 43: Menagih Janji
44
Chapter 44: Akibat Settingan
45
Chapter 45: Lunturnya Suatu Amarah
46
Chapter 46: Loro Pikir
47
Chapter 47: Jadi Makin Cinta deh!
48
Chapter 48: MaDeSu
49
Chapter 49: l Love You So Much Much
50
Chapter 50: Tak Tik Paijo
51
Chapter 51: Tipu Daya Haji Bagong
52
Chapter 52: Pembalasan Memang Harus Lebih Kejam!
53
Chapter 53: Kerja Keras Bagai Kuda
54
Chapter 54: Bambang is Back
55
Chapter 55: Hujan Air Mata
56
Chapter 56: Si Galau vs Si Gabut
57
Chapter 57: Pendekatan 1
58
Chapter 58: Pendekatan 2
59
Chapter 59: Gagal
60
Chapter 60: Berdarah Tapi Senang
61
Chapter 61: Sekarat
62
Chapter 62: Drama Hujan
63
Chapter 63: Harusnya Aku Yang Menangis
64
Chapter 64: Es Gula Batu
65
Chapter 65: Kage Bunshin no Jutsu
66
Chapter 66: Oh, ternyata!
67
Chapter 67: Sabar Bu Sabar!
68
Chapter 68: I'm Sorry Goodbye
69
Chapter 69: Borok itu Di Obati, Bukan di Tutupi!
70
Chapter 70: What Wrong with You?
71
Chapter 71: Alasan Kabur
72
Chapter 72: GEGER GEDHEN
73
Chapter 73: Pasca Geger Gedhen
74
Chapter 74: Obrolan Serius
75
Chapter 75: Terjerat Cinta Mas Paijo
76
Chapter 76: Sawan Pengantin
77
Chapter 77: Kepulangan Jaelani
78
Chapter 78: Makan Malam
79
Chapter 78: Makan Malam
80
Chapter 79: Perjalanan Ini...
81
Chapter 80: Gangguan Setan
82
Chapter 81: Rumah Mewah
83
Chapter 82: Hari Pertama Di Rumah Mewah
84
Chapter 83: Tetangga Seberang Rumah
85
Chapter 84: Iseng-iseng Biar Kapok!
86
Chapter 85: Tamu
87
Chapter 86: Balapan
88
Chapter 87: Terpantau CC TV
89
Chapter 88: Kebohongan Yang Fatal
90
Chapter 89: Jurus Ampuh
91
Chapter 90: Di Rundung Kesepian
92
Chapter 91: Apakah Aku Hamil?
93
Chapter 92: Drama Piknik
94
Chapter 93: COD
95
Chapter 94: Dukungan Seorang Istri
96
Chapter 95: Di Pijit Sambil di Puk-Puk, Boleh?
97
Chapter 96: Sebelum Ke Luar Kota
98
Chapter 97: Parem dan Sawanan
99
Chapter 98: Ngidam Apa!?
100
Chapter 99: Rejeki Jabang Bayi
101
Chapter 100: Camry yang Menghebohkan
102
Chapter 101: Otw Malmingan
103
Chapter 102: Pikiran Yang Keliru
104
Chapter 103: Teguran
105
Chapter 104: Impulsif
106
Chapter 105: Watuk Ono tambane, Watak di Gowo Mati!
107
Chapter 106: Akhirnya Pesta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!