Satu Minggu setelah perdebatan sengit, mereka sampai juga di rumah pemilik Bagong Emas Terbesar di Kabupaten Kendal.
"Assalamualaikum..."
"Wa'alikumsalam....silahkan masuk Pak Kades, wah tambah kelihatan muda aja sekarang."
"Hahaha...Bapak berlebihan memujinya. Uban sudah kemana-mana lihat ini." Tawa mereka pecah bersama.
Keluarga Pak Bagong menyambut mereka dengan ramah. Acara berlangsung dengan saling memperkenalkan para tetua dan sanak saudara. Keluarga Pak Bagong memang keluarga besar. Dan keluarga ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat Jawa. Tak pelak Sarah sebagai anak gadis di keluarga ini hanya bisa menuruti perintah orang tuanya.
"Tunggu dulu ini dari tadi kita ngobrol, tapi kenapa Nak Sarah belum juga keluar."
Paijo juga heran, semua yang duduk di sini kebanyakan Ibu-ibu bertubuh gendut. Dia yakin walaupun sudah lama tidak bertemu dengan Sarah, saat kecil gadis itu memang cukup manis.
"Maaf gadis sekarang memang butuh waktu lebih untuk sekedar berhias. Sebentar biar saya pastikan ke kamarnya dulu, permisi."
"Ibu"
Semua orang menoleh ke asal suara. "Itu dia, kenapa kamu membuat kami menunggu. Cepat duduk sini!"
Mereka menatap Sarah dengan mata terkagum. Dia memang gadis yang cantik. Memakai baju gamis kekinian berwarna biru muda dengan aksen lengan panjang berbentuk balon lengkap dengan kerudung yang menutup kepalanya.
Dengan sopan dia mencium tangan kedua orang tua Jo. Dia juga berjabat tangan langsung dengan laki-laki yang akan di bertunangan dengannya. Kemudian memilih duduk di samping Ibunya.
"Kalian sudah saling kenal, Ibu tidak perlu repot memperkenalkan kalian lagi. Nak Jo tidak lupa 'kan dengan Sarah? Ibu masih ingat dulu waktu kecil kamu sering menggodanya. Kalau dia pulang menangis pasti karena kamu. Hehe..."
Jo hanya tersenyum, dalam hati dia masih berfikir bagaimana menggagalkan rencana perjodohan ini.
Sementara dalam hati Sarah hanya bisa berdoa, semoga dia menemukan kekurangan Jo apapun itu. Agar perjodohan yang menggelikan ini gagal. Ya walaupun dia terlihat tenang, ternyata dia juga belum terfikir untuk segera menikah. Tapi apa daya sementara dia harus menurut saja.
"Heh... kalian kenapa hanya diam? Apa kalian masih malu-malu untuk saling menyapa? Biasa saja." Seloroh Nyonya Bagong.
Jo dan Sarah hanya tersenyum, tapi dalam hati mereka sama-sama menghardik.
Kamu memang cantik, tapi sori kamu bukan tipe 'ku.
Kamu cukup tampan, tapi belum apa-apa aku sudah ill fill dengan nama 'mu PA-I-JO. Tidak bisa aku bayangkan saat akad nanti, nama 'mu bersanding dengan nama 'ku. Euuuuhhhhh....
Mata mereka berdua seperti saling mentransfer bau peperangan. Sampai Nyonya Bagong menyenggol lengan anak gadisnya.
"Apa lebih baik mereka kita beri sedikit ruang, untuk bisa bicara berdua?" Usul Nyonya Bagong lagi.
"Ide bagus Sis, kita para tetua bisa bercengkrama di ruang yang lain. Biarkan mereka di sini mengobrol di sini." Jawab Ibu tiri berhati malaikat.
"Tidak perlu kita yang pindah, di rumah ini ada ruang istimewa yang sangat nyaman untuk sekedar mengobrol. Biarkan mereka berdua yang pindah kesana."
Usulan Nyonya besar langsung di ACC oleh para suami. Mereka berdua di gelandang utama berpindah tempat.
Nyonya Bagong yang mengantar mereka ke sebuah ruangan kecil yang berdinding kaca. Ruangan itu terhubung dengan taman indoor yang penuh dengan tanaman hias dan bermacam-macam bunga.
"Santai saja, kalian bisa lebih santai mengobrol di sini. Nanti biar Mbak Jum yang mengantar teh kesini."
Saras masih dengan wajah datar dan santuy. Mereka berdua sekarang hanya duduk berdua.
"Hai, senang bertemu dengan 'mu lagi. Semenjak kamu lulus SMA sepertinya kamu tidak pernah kelihatan."
"Iya... saya melanjutkan kuliah di Malang. Dan baru kemarin pulang, sedikit mendadak karena mendapat kabar yang cukup membuat 'ku terkejut."
"Hahaha... bukankah ini konyol sekali. Kita sudah hidup di era modern tapi apa ini? Kita duduk untuk di jodohkan."
Saras mendelik tak percaya, dari bau-baunya laki-laki di depannya seperti juga tidak menginginkan perjodohan ini. Tapi sepertinya mulutnya harus di sumpal.
"Bisa kamu pelan 'kan nada suara 'mu? Jangan kira keluarga kita tidak mengawasi kita berdua. Lihat keatas! Mereka semua bahkan memindai kita dari atas."
Jo mendongak, benar saja dari tangga utama ruangan ini terlihat sangat jelas. Dia melihat Ayah, Ibu tirinya dan keluarga Saras yang berdesakan ingin melihat dirinya dan Sarah mengobrol. Yang terpergok pun pura-pura tidak melihat.
"Tapi jangan khawatir, mereka hanya bisa melihat. Tapi obrolan kita aman jika kamu bisa bicara sedikit rendah. Ok?"
"Baiklah, aku juga tidak ingin terlalu basa basi dengan 'mu. Demi tanah Bapak yang luasnya berhektar-hektar. Aku menolak perjodohan konyol ini! Aku belum siap untuk menikah." Ucap Jo dengan lirih.
Saras tersenyum menghina, "Huh... PA-I-JO aku juga heran dengan orang tua 'ku. Apa tidak ada laki-laki yang lebih tampan dan punya nama yang lebih baik dari 'mu!"
"Apa!??? Heh, ingat aku memang tidak tampan tapi aku PA-I-JO adalah pria yang berkharismatik. CATAT!!!!" Saras hanya mencibir.
Keduanya seperti naik darah, menghujat satu sama lain. Tapi tentu mereka menahan diri agar suara mereka tidak terdengar ke telinga para orang tua yang masih lanjut menguntit dari tadi.
"Ayah bilang, aku harus menikah dengan 'mu karena masa depan 'mu cerah. Apa benar tahun depan kamu akan masuk ke Sekolah Akuntansi Negara?"
Hah, rupanya Ibu tiri berbohong dengan latar belakang 'ku. Mungkin ini bisa menjadi alasan agar perjodohan ini gagal. Good... otak 'ku memang cerdas.
"Kamu mau aku jujur?"
Saras terlihat antusias mendengarkan jawaban Jo. "Tentu! Aku tidak tertarik dengan kebohongan."
"Huh, kamu bahkan sudah bohong dengan menuruti pertemuan ini. Kamu kira aku juga tidak tahu jika sebenarnya kamu masih belum ingin menikah 'kan? Kenapa kamu tidak menolak saja dari awal!"
"Itu karena... Ah sudahlah. Jawab dulu pertanyaan 'ku tadi."
"Baiklah aku juga tidak begitu tertarik dengan alasan 'mu. Asal kamu tahu, aku sama sekali tidak ingin meneruskan kuliah. Apapun itu jurusannya. Aku tidak minat sama sekali. Apa laki-laki dengan latar pendidikan seperti ini bisa di terima di keluarga 'mu?"
"Jadi orang tua 'mu berbohong dengan mengatakan hal itu?"
"Hem..."
"Bagus, mari kita akhiri obrolan unfaedah ini. Senang bersapa dengan 'mu Mas PA-I-JO!"
Seakan saling memahami, mereka tidak perlu bicara panjang lebar lagi.
Gadis ini ternyata diam-diam pintar juga langsung menangkap apa maksud 'ku. ~ Paijo
Tidak perlu bersusah payah, apalagi berderai air mata untuk menggagalkan perjodohan ini. Sekali tepuk, semua game over. ~Saras
"Senang juga bersapa dengan 'mu Saras. Aku harap kamu tidak akan menangis sampai ingusan lagi seperti dulu"
"Jangan khawatir, aku punya banyak stok tisu kalau hanya untuk menyeka ingus!"
Keduanya tersenyum smirk. Saras melenggang pergi keluar dari ruang santai yang terasa seperti ruang uji nyali. Dia terlihat puas dan sama sekali tidak ada penyesalan di raut wajahnya.
Paijo, masih harus bermain drama selangkah lagi. Sebelum mereka keluar dari rumah ini.
Bersambung...
_
_
_
_
Happy reading 😁
like, komen, vote
bagi hadiah seiklasnya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
......Maiko.....
kenapa sih namanya pak bagong,di sunda (Bagong+anjing)itu bahasa paling jelek/gk sopan 😬🙏kan aku th urang sunda.🤗jdi gk enak bacanya 🙈...tpi soal ceritanya okay bagus 😍nie novel yg ke 2 aku baca 🥰suka suka 💐
2022-11-10
0
Rahman Hartomo
autornya dri Kendal y
2022-11-04
0
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Buat apa menyembunyikan indentitas asli anaknya kalo hanya ingin perjodohan diterima,toh mereka berdua juga sebenarnya kurang setuju dijodohkan
2021-09-13
4