Chapter 3: Minggat

PLAAAK...!!!!

BUG...!!! BUGGggggg...!!!

"Dasar anak edan! ga waras! bodoh!!!!"

BUG!!!

Paijo jatuh tersungkur di lantai, tak bergeming. Salma sudah histeris menangisi anak tirinya itu. "Cukup Pak! ya Tuhan!"

"Awas kamu Bu! biar aku bunuh sekalian anak tak berguna ini!"

"Dia sudah melempar kotoran di muka 'ku sendiri!" Salma memakai tubuhnya untuk menghadang suaminya yang membabi buta memukuli anaknya sendiri.

"Hiks...hiks... Pak maafkan dia, salahkan aku saja! aku yang punya ide gila ini!"

"Dia yang tak tahu diri! kita sudah berusaha mengarahkan dia, tapi apa balasannya hah!? manusia tak berguna!" Dada Pak Burhan naik turun, melihat istrinya yang ikut terduduk di lantai dan menangis, dia berhenti. Masuk ke kamar dan membanting pintu dengan keras.

Paijo tidak menangis sama sekali. Di hatinya dia sudah membulatkan tekadnya untuk pergi jauh meninggalkan rumah.

"Kamu tidak apa-apa 'kan? biar ibu ambilkan es buat mengompres luka kamu!"

"Tidak usah! Ini sama sekali tidak sakit. Justru kata-kata Bapak yang lebih menyakitkan!" Paijo bangkit dan ikut menenggelamkan diri ke kamar.

Tengah malam saat semua orang sudah tidur. Paijo mengemasi beberapa lembar pakaian dan memasukkannya ke tas ransel hitam. Dia berniat minggat dari rumah tempat dia tumbuh sejak kecil itu.

Sebelum pergi dia masuk ke kamar Bapaknya. Meninggalkan kunci motor miliknya di atas meja kecil. Dia berniat minggat tanpa membawa satu-satunya benda berharga yang Bapaknya berikan. Namun kemudian Paijo ingat dia tidak punya sepeser uang pun. Melirik diatas nakas, dia hendak mengambil beberapa lembar uang dari dompet milik Bapaknya. Aku pinjam! batin Jo. Tiba-tiba tangannya di cekal. Jantungnya seakan berhenti saat itu juga.

Paijo bernafas lega saat sadar tangan yang memegangnya adalah tangan ibu tiri yang bagaikan peri. Salma menarik Paijo keluar kamar. Jangan sampai membangunkan singa yang terlelap. Bisa semakin geger genjer tengah malam begini.

"Kamu mau kemana?"

"Pergi!" jawab Jo singkat.

Salma paham betul kebiasaan anak tirinya itu. Tapi apa harus begini terus? Dia mengeluarkan sebuah amplop dari laci. "Bawa ini! Ibu tepati janji ibu. Andai sedikit saja kamu menurut dan mau di jodohkan dengan Saras. Mungkin keributan ini tidak akan terjadi."

"Bukankah kami berdua sudah terbiasa ribut. Dan perjodohan itu hanya omong kosong. Maaf tapi aku tidak suka di dekte. Ini hidupku, aku yang akan menentukan jalanku sendiri."

"Huh...Sombong dan keras kepala."

"Pergilah! Jangan pulang kerumah, sebelum kamu menjadi orang sukses dan kaya raya!" Salma sebenarnya tidak tega mengatakan itu. Di dalam hati dia berharap dengan begitu Jo akan berusaha membuktikan pada Bapaknya bahwa dia bisa sukses dengan jalannya sendiri.

"Baik! terimakasih." Jo menerima amplop itu.

Dia melangkahkan kakinya dengan mantap keluar dari pintu rumah. Sedikit pun dia tidak menengok kebelakang. Salma mengantar dengan pandangan matanya hingga punggung Jo menghilang di kegelapan.

Pergi dan cepatlah kembali. Buktikan pada Bapak 'mu sendiri, jika kamu juga bisa menjadi orang sukses!

****

Paijo bertekad pergi ke Malang, Jawa timur. Menyusul kakek yang merupakan ayah dari bapaknya sendiri. Berbekal alamat dan uang dari ibu tirinya. Dia mencari bus patas di terminal Mangkang dengan tujuan Malang. Sepi dan gelap. Setelah bertanya pada seorang petugas terminal berseragam dinas perhubungan. Jo baru tahu jika bus dengan tujuan ke Malang hanya bisa naik dari terminal Terboyo. Itu artinya dia harus naik angkutan lagi menuju Terboyo. Tengah malam begini, tentu sulit menemukan angkutan.

Sial! harusnya aku pergi pagi atau siang. Malam begini mana ada angkutan. Dasar bodoh! Heh... tapi aku 'kan minggat. Pergi tengah malam saja aku masih ketahuan. Apalagi siang hari! Hemftt...

Paijo berdiri di tepi jalan di depan terminal Mangkang. Melihat beberapa truk yang berhenti saat lampu menyala merah, terlintas dalam otaknya untuk menumpang.

"Bos arah Terboyo?"

"Iya!" seru supir dari dalam.

"Numpang boleh?!"

"Masuk!" Paijo tersenyum gembira. Welcome to the jungle. Masih banyak orang baik di jalan.

Sepanjang perjalanan menuju Terboyo mereka mengobrol. Supir truk terlihat senang karena mendapat teman mengobrol. Lumayan jadi tidak ngantuk.

"Ngirim apa Pak?"

"Kayu, biasalah buat bahan furniture. Kirim Jepara."

"Oh..." Paijo mengangguk-angguk. Dia yang minim pengalaman dan nekad minggat. Merasa setiap perkataan yang keluar dari mulut Pak supir seperti ilmu baru baginya.

"Berhenti di sini saja ya. Itu pintu terminalnya! Cari PO Handoyo yang lebih murah."

"Eh... tiketnya kira-kira berapa ya Pak?" takut kena calo.

"Paling seratus berapa gitu... tidak sampai seratus lima puluh. Kalau lebih dari itu jangan mau!"

"Oke... terimakasih Pak!" Truk bermuatan kayu itupun berlalu pergi meninggalkan Jo di tepi jalan. Jo berjalan masuk mencari loket PO yang di rekomendasikan tadi. Sepi hanya terlihat beberapa orang yang duduk di bangku-bangku di depan warung kopi.

"Kemana mas?" tanya seorang laki-laki sangar dengan lengan bertato.

Jo hanya pemuda kampung yang minim pengalaman. Sedikit drodog saat pundaknya di tepuk tadi. "Saya mau cari bus tujuan Malang. PO Handoyo sebelah mana Pak?"

"Ikut aku, ayok!" Menyeramkan! sama sekali tidak ada wajah ramah-ramah sedikit pun. Jo berjalan mengekor.

Pria sangar itu membawa Jo ke sebuah ruko kecil di pojok terminal. Oke, untung bisa baca. Papan bertuliskan nama PO terpampang di atas ruko. "Beli tiket di sini! Tunggu keberangkatan bus nanti jam enam pagi."

Jo ingin merutukki dirinya kembali. Kabur tengah malam sialan. Percuma, dia harus menunggu paling tidak dua jam lagi. Tidur dulu di sembarang tempat di terminal juga cukup beresiko. Dia tidak mau kecolongan. Bagaimana pun tadi Pak supir juga sempat berpesan untuk hati-hati. Aman dari calo tidak menjamin aman dari copet. Tetap waspada!

Dengan mata terkantuk-kantuk Jo duduk di bangku depan ruko. Pria sangar tadi terlihat bercanda dengan teman seprofesinya. Hanya tawa mereka yang menjadi tanda jika disini masih ada kehidupan.

Semakin pagi suasana terminal semakin ramai. Sayup-sayup terdengar penjual koran dan cangcimen, cangcimen, kacang, kuaci, permen, berteriak menawarkan dagangannya. Menunggu adalah hal yang membosankan.

"Mas itu busnya sudah siap. Masuk aja dulu. Setengah jam lagi kita berangkat."

Paijo mengikuti arahan pria sangar itu. Dia masuk ke dalam bus dan memilih kursi kosong yang dekat dengan jendela. Baiklah kursi ini lebih nyaman. **Aku bisa memejam**kan mata sebentar, tidak tahan sudah mengantuk berat.

Paijo mendekap tas ranselnya dengan sepenuh hati. Matanya sudah lengket seperti tertempel lem Castol. Tiba-tiba...

Brukkk...!!!

Kepala Jo terasa berputar-putar, pening. Sial! Tertimpa sebuah tas bermuatan berat saat sedang ngantuk-ngantuknya. Siapa yang tidak emosi. Paijo bangun dan bersiap mengumpat mengabsen nama-nama hewan sekebon binatang. "Anji...!!!

Umpatan itu tersangkut di tenggorokan. Saat Jo mengenali perempuan yang saat ini berdiri terpaku di hadapannya.

"Kamu!"

"Ma-af... tidak sengaja." ucapannya nyengir dengan wajah memelas.

Njir kenapa bisa bertemu dia di sini?

Minggat kog masih bertemu orang yang sama, apa-apaan ini?

.

.

.

.

Hai reader Budiman, jangan lupa like, komen, favorit cerita ini ya.🥰🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

😄😄😄

2023-08-09

0

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

gak gitu juga mas Paijo...kadang siang hari itu lebih aman dari malam hari buktinya d lingkungan ku sering kemalingan siang hari..

2023-03-13

0

Robby'adja

Robby'adja

oalah semarang to.....👏 👏 👏

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Salam Kenal
2 Chapter 2: Bertemu Saras
3 Chapter 3: Minggat
4 Chapter 4: Berisik!
5 Chapter 5: Cak Sam
6 Chapter 6: Gadis Berambut Pirang
7 Chapter 7: Mister B
8 Chapter 8: Prahara Kerupuk Acir
9 Chapter: Bukan Passion
10 Chapter 10: Kepercayaan Mahal Harganya
11 Chapter 11: INTERVAL
12 Chapter 12: Nyenyak Sampai Pagi
13 Chapter 13: Bakso urat enak, pijat urat?
14 Chapter 14: Metode Dua Jari
15 Chapter 15: Kucing-kucingan
16 Chapter 16: Sama-Sama Tidak Waras
17 Chapter 17: Perjalanan 1
18 Chapter 18: Perjalanan 2
19 Chapter 19: CKPT KSBM
20 Chapter 20: VIRAL
21 Chapter 21: Pelan-Pelan Saja
22 Chapter 22: Bala Tentara
23 Chapter 23: Voucher Gratis
24 Chapter 24: Kediaman Hj Bagong
25 Chapter 25: Duduk Manis di Rumah!
26 Chapter 26: Masih jadi Misteri
27 Chapter 27: Beauty and the Crazy Man
28 Chapter 28: Bejo Tidak Jadi Mati
29 Chapter 29: Lari lagi? Capek dech!
30 Chapter 30: Dendam Nyai Saraswati
31 Chapter 31: Jadi Korban Penculikan
32 Chapter 32: Di Kebun Binatang
33 Chapter 33: Ocehan Burung Beo
34 Chapter 34: Habis Ijazah, akankah Ijab sah?
35 Chapter 35: Aku Tunggu Kamu Pulang!
36 Chapter 36: Kaum Rebahan Yang Terancam
37 Chapter 37: Walaupun tidak tertampan, tapi selalu di depan!
38 Chapter 38: Wawancara
39 Chapter 39: Tentang Kesetiaan
40 Chapter 40: Bertemu Fatimah
41 Chapter 41: Tamparan Bertubi-tubi
42 Chapter 42: Jangan Tertawa Berlebihan, Bahaya!
43 Chapter 43: Menagih Janji
44 Chapter 44: Akibat Settingan
45 Chapter 45: Lunturnya Suatu Amarah
46 Chapter 46: Loro Pikir
47 Chapter 47: Jadi Makin Cinta deh!
48 Chapter 48: MaDeSu
49 Chapter 49: l Love You So Much Much
50 Chapter 50: Tak Tik Paijo
51 Chapter 51: Tipu Daya Haji Bagong
52 Chapter 52: Pembalasan Memang Harus Lebih Kejam!
53 Chapter 53: Kerja Keras Bagai Kuda
54 Chapter 54: Bambang is Back
55 Chapter 55: Hujan Air Mata
56 Chapter 56: Si Galau vs Si Gabut
57 Chapter 57: Pendekatan 1
58 Chapter 58: Pendekatan 2
59 Chapter 59: Gagal
60 Chapter 60: Berdarah Tapi Senang
61 Chapter 61: Sekarat
62 Chapter 62: Drama Hujan
63 Chapter 63: Harusnya Aku Yang Menangis
64 Chapter 64: Es Gula Batu
65 Chapter 65: Kage Bunshin no Jutsu
66 Chapter 66: Oh, ternyata!
67 Chapter 67: Sabar Bu Sabar!
68 Chapter 68: I'm Sorry Goodbye
69 Chapter 69: Borok itu Di Obati, Bukan di Tutupi!
70 Chapter 70: What Wrong with You?
71 Chapter 71: Alasan Kabur
72 Chapter 72: GEGER GEDHEN
73 Chapter 73: Pasca Geger Gedhen
74 Chapter 74: Obrolan Serius
75 Chapter 75: Terjerat Cinta Mas Paijo
76 Chapter 76: Sawan Pengantin
77 Chapter 77: Kepulangan Jaelani
78 Chapter 78: Makan Malam
79 Chapter 78: Makan Malam
80 Chapter 79: Perjalanan Ini...
81 Chapter 80: Gangguan Setan
82 Chapter 81: Rumah Mewah
83 Chapter 82: Hari Pertama Di Rumah Mewah
84 Chapter 83: Tetangga Seberang Rumah
85 Chapter 84: Iseng-iseng Biar Kapok!
86 Chapter 85: Tamu
87 Chapter 86: Balapan
88 Chapter 87: Terpantau CC TV
89 Chapter 88: Kebohongan Yang Fatal
90 Chapter 89: Jurus Ampuh
91 Chapter 90: Di Rundung Kesepian
92 Chapter 91: Apakah Aku Hamil?
93 Chapter 92: Drama Piknik
94 Chapter 93: COD
95 Chapter 94: Dukungan Seorang Istri
96 Chapter 95: Di Pijit Sambil di Puk-Puk, Boleh?
97 Chapter 96: Sebelum Ke Luar Kota
98 Chapter 97: Parem dan Sawanan
99 Chapter 98: Ngidam Apa!?
100 Chapter 99: Rejeki Jabang Bayi
101 Chapter 100: Camry yang Menghebohkan
102 Chapter 101: Otw Malmingan
103 Chapter 102: Pikiran Yang Keliru
104 Chapter 103: Teguran
105 Chapter 104: Impulsif
106 Chapter 105: Watuk Ono tambane, Watak di Gowo Mati!
107 Chapter 106: Akhirnya Pesta
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Chapter 1: Salam Kenal
2
Chapter 2: Bertemu Saras
3
Chapter 3: Minggat
4
Chapter 4: Berisik!
5
Chapter 5: Cak Sam
6
Chapter 6: Gadis Berambut Pirang
7
Chapter 7: Mister B
8
Chapter 8: Prahara Kerupuk Acir
9
Chapter: Bukan Passion
10
Chapter 10: Kepercayaan Mahal Harganya
11
Chapter 11: INTERVAL
12
Chapter 12: Nyenyak Sampai Pagi
13
Chapter 13: Bakso urat enak, pijat urat?
14
Chapter 14: Metode Dua Jari
15
Chapter 15: Kucing-kucingan
16
Chapter 16: Sama-Sama Tidak Waras
17
Chapter 17: Perjalanan 1
18
Chapter 18: Perjalanan 2
19
Chapter 19: CKPT KSBM
20
Chapter 20: VIRAL
21
Chapter 21: Pelan-Pelan Saja
22
Chapter 22: Bala Tentara
23
Chapter 23: Voucher Gratis
24
Chapter 24: Kediaman Hj Bagong
25
Chapter 25: Duduk Manis di Rumah!
26
Chapter 26: Masih jadi Misteri
27
Chapter 27: Beauty and the Crazy Man
28
Chapter 28: Bejo Tidak Jadi Mati
29
Chapter 29: Lari lagi? Capek dech!
30
Chapter 30: Dendam Nyai Saraswati
31
Chapter 31: Jadi Korban Penculikan
32
Chapter 32: Di Kebun Binatang
33
Chapter 33: Ocehan Burung Beo
34
Chapter 34: Habis Ijazah, akankah Ijab sah?
35
Chapter 35: Aku Tunggu Kamu Pulang!
36
Chapter 36: Kaum Rebahan Yang Terancam
37
Chapter 37: Walaupun tidak tertampan, tapi selalu di depan!
38
Chapter 38: Wawancara
39
Chapter 39: Tentang Kesetiaan
40
Chapter 40: Bertemu Fatimah
41
Chapter 41: Tamparan Bertubi-tubi
42
Chapter 42: Jangan Tertawa Berlebihan, Bahaya!
43
Chapter 43: Menagih Janji
44
Chapter 44: Akibat Settingan
45
Chapter 45: Lunturnya Suatu Amarah
46
Chapter 46: Loro Pikir
47
Chapter 47: Jadi Makin Cinta deh!
48
Chapter 48: MaDeSu
49
Chapter 49: l Love You So Much Much
50
Chapter 50: Tak Tik Paijo
51
Chapter 51: Tipu Daya Haji Bagong
52
Chapter 52: Pembalasan Memang Harus Lebih Kejam!
53
Chapter 53: Kerja Keras Bagai Kuda
54
Chapter 54: Bambang is Back
55
Chapter 55: Hujan Air Mata
56
Chapter 56: Si Galau vs Si Gabut
57
Chapter 57: Pendekatan 1
58
Chapter 58: Pendekatan 2
59
Chapter 59: Gagal
60
Chapter 60: Berdarah Tapi Senang
61
Chapter 61: Sekarat
62
Chapter 62: Drama Hujan
63
Chapter 63: Harusnya Aku Yang Menangis
64
Chapter 64: Es Gula Batu
65
Chapter 65: Kage Bunshin no Jutsu
66
Chapter 66: Oh, ternyata!
67
Chapter 67: Sabar Bu Sabar!
68
Chapter 68: I'm Sorry Goodbye
69
Chapter 69: Borok itu Di Obati, Bukan di Tutupi!
70
Chapter 70: What Wrong with You?
71
Chapter 71: Alasan Kabur
72
Chapter 72: GEGER GEDHEN
73
Chapter 73: Pasca Geger Gedhen
74
Chapter 74: Obrolan Serius
75
Chapter 75: Terjerat Cinta Mas Paijo
76
Chapter 76: Sawan Pengantin
77
Chapter 77: Kepulangan Jaelani
78
Chapter 78: Makan Malam
79
Chapter 78: Makan Malam
80
Chapter 79: Perjalanan Ini...
81
Chapter 80: Gangguan Setan
82
Chapter 81: Rumah Mewah
83
Chapter 82: Hari Pertama Di Rumah Mewah
84
Chapter 83: Tetangga Seberang Rumah
85
Chapter 84: Iseng-iseng Biar Kapok!
86
Chapter 85: Tamu
87
Chapter 86: Balapan
88
Chapter 87: Terpantau CC TV
89
Chapter 88: Kebohongan Yang Fatal
90
Chapter 89: Jurus Ampuh
91
Chapter 90: Di Rundung Kesepian
92
Chapter 91: Apakah Aku Hamil?
93
Chapter 92: Drama Piknik
94
Chapter 93: COD
95
Chapter 94: Dukungan Seorang Istri
96
Chapter 95: Di Pijit Sambil di Puk-Puk, Boleh?
97
Chapter 96: Sebelum Ke Luar Kota
98
Chapter 97: Parem dan Sawanan
99
Chapter 98: Ngidam Apa!?
100
Chapter 99: Rejeki Jabang Bayi
101
Chapter 100: Camry yang Menghebohkan
102
Chapter 101: Otw Malmingan
103
Chapter 102: Pikiran Yang Keliru
104
Chapter 103: Teguran
105
Chapter 104: Impulsif
106
Chapter 105: Watuk Ono tambane, Watak di Gowo Mati!
107
Chapter 106: Akhirnya Pesta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!