Aldo memarkirkan motornya tepat di gerbang rumah Bunga. Bunga pun langsung turun dan membuka helmnya memberikannya pada Aldo.
"Ingat! jangan begadang main game lagi. Besok bangun cepat dan jangan sampai telat lagi kesekolah. Besok Pak Arya jam pertama, jangan sampai kamu di hukum lagi" cerca Aldo mengingatkan.
"He um!" Bunga mengangguk anggukkan kepalanya. Ia tidak janji akan cepat bangun, apa lagi tidak telat kesekolah.
"Sana masuk!" suruh Aldo, satu tangannya terangkat mengacak acak ujung kepala Bunga.
"Oke jeyeng, bay! ummuah..!" kisbay Bunga, kemudian masuk ke halaman rumahnya.
Aldo pun segera melajukan motornya memasuki pekarangan rumahnya / lebih tepat rumah orang tuanya. Bertepatan di samping rumah kediaman Bunga.
Meski hati Bunga gundah selama ini karna posisinya yang sebagai anak angkat. Bunga akan selalu menutupinya dengan keceriaan dan tentunya dengan senyum manis di bibirnya.
"Assalamu alaikum Papa!,assalamu alaikum Mama!" seru Bunga berteriak melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang kebetulan pintunya terbuka.
"Walaikum salam !" jawab Mereka semua orang yang ada di ruang tamu serempak.
"Bunga gak usah teriak" tegur Mama Indah berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekati Bunga.
"Hehehe!" Bunga menyengir menyalam tangan Mama Indah. Kemudian Bunga berjalan mendekati Pak Fariq yang duduk di sofa ruang tamu. Menyalam orang yang sudah membesarkannya itu dengan kasih sayang.
"Selamat malam Papa!"
"Selamat malam juga putri Papa!" balas Pak Fariq .Pak Fariq pun mengusap kepala putrinya itu dengan sayang dan mencium keningnya.
"Sini sayang, ini ada tamu, ayo salam. Dia adalah nenek Marni, sepupu mendiang kakekmu" Mama indah menuntun Bunga mendekati Nenek Marni.
"Bunga Nek" Ucap Bunga ramah dengan seulas senyum di bibirnya. Menyalam tangan Nenek Marni yang kulitnya sudah tampak kendor.
Nenek Marni pun menyambut tangan Bunga dengan ramah, dan senyum bahagia sangat nampak jelas di wajah keriputnya. Satu tangannya terangkat mengusap kepala Bunga.
"Dan yang itu cucu Nenek Marni, ayo salam" suruh Mama Indah tersenyum, menunjuk pria tampan yang duduk di sofa single dengan dagunya.
Mama Indah sudah tau ketidak sukaan Bunga kepada guru tampan itu, karna sering menghukumnya di sekolah.
Bunga lansung mengalihkan tatapannya ke arah pria tampan pujaan hati kaum hawa yang wajahnya sangat Bunga kenal. Bunga tidak segan menajamkan tatapannya ke arah pria yang suka menghukumnya di sekolah itu, menatapnya tidak suka.
Arya pun membalas tatapan Bunga dengan wajah datarnya. Tidak ada ekspresi sama sekali, persis seperti wajah manekin baju yang berdiri di kios kios baju, menurut Bunga . Wajah tampan itu sudah persis pahatan kayu, karna hanya diam tidak bereaksi sama sekali.
"Aku tidak mau menyalamnya, berdosa, bukan muhrim" tolak Bunga santai. Sok alim, padahal setiap hari dia bergandengan tangan dan berpelukan dengan Aldo sahabat sekaligus kekasihnya.
"Kalau begitu kita segera halalkan saja mereka"" ujar Nenek Marni kemudian tertawa mendengar jawaban Bunga.
Bunga mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Nenek Marni. Dia gak salah dengar 'kan?.
"Ayo sini duduk di samping Nenek" Nenek Marni menepuk nepuk sofa di sampingnya
Bunga mengalihkan pandangannya ke arah Mama Indah, bergantian ke arah Pak Fariq.
"Duduklah di samping Nenek Marni, dia juga Nenekmu" suruh Pak Fariq.
Bunga tersenyum menganggukkan kepalanya, kemudian mendudukkan tubuhnya di samping Nenek Marni.
Nenek Marni semakin mengembangkan senyumnya, sambil tangannya mengusap punggung Bunga dari belakang." Dulu Nenek dengan mendiang kakekmu sangat dekat. Meski kami hanya sepupu, tapi kami seperti saudara kandung. Karna kami di besarkan bersama oleh kakek dan Nenek kami."
Bunga hanya diam saja dan sedikit mengulas senyum mendengar cerita Nenek Marni tentang mendiang kakeknya.
Nenek marni masih terus mengusap punggung Bunga." Nenek tidak bisa menceritakan semua masa lalu kami, nanti bisa sampai besok pagi tidak selesai" ucapnya lagi, tertawa terbahak sampai menampakkan giginya yang sudah rontok sebagian, karna mengingat masa lalunya dengan mendiang kakek Samsul sepupunya. Yang dulu sempat saling jatuh cinta dan ingin menikah .Tapi tidak jadi karna kakek Samsul tiba tiba di jodohkan dengan wanita lain oleh orang tuanya. Sehingga kakek Samsul dan Nenek Marni membuat surat wasiat akan menjodohkan cucu mereka kelak, untuk menyambung tali persaudaraan di antara mereka supaya tidak terputus begitu saja.
Kemudian Nenek Marni mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, berupa amplop berwarna coklat dan memberikannya kepada Bunga.
"Ini bacalah, Kakekmu menitipkan surat untukmu" ucap Nenek Marni memberikan amplop ditangannya pada Bunga.
Bunga pun menerima amplop itu dengan gerakan perlahan, mengeluarkan isinya yang terdapat kertas surat yang sudah berwarna kecoklatan karna sudah usang. Membuka lipatan kertas itu perlahan, lalu membacanya.
Bunga terdiam membekun kertas itu di biarkan terjatuh ke pangkuannya. Setelah mengetahui isi surat itu, adalah perjodohan dirinya dengan pria yang dari tadi memperhatikannya dalam diam.
Bunga menggeleng gelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan pemikiran mendiang kakeknya. Menjodohkannya, bahkan keberadaannya saat membuat surat wasiat perjodohan itu belum terlihat, Konyol! pikir Bunga.
Bunga teringat sesuatu, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah kedua orang tuanya bergantian, meminta penjelasan lewat tatapan matanya.
Mama Indah yang paham akan tatapan putri mereka. Ia pun berpindah duduk di samping Bunga, memeluk Bunga, mengerti akan perasaan putri mereka.
"Tidak adakah yang perlu di jelaskan sama Bunga Ma, Pa ?" tanya Bunga menahan air matanya supaya tidak tumpah.
Tentu Bunga butuh penjelasan dari kedua orang tuanya. Bukankah dia anak angkat pak Fariq dan Mama Indah?. Seharusnya perjodohan itu tertuju kepada kakaknya Rania sebagai anak kandung.
Mama Indah mengusap usap punggung Bunga, mencium ujung kepala Bunga dengan sayang. Tidak tega, jika harus menceritakan kebenaran tentang Bunga.
"Ma, Pa?."
Mama Indah mengarahkan padangannya ke arah Pak Fariq suaminya, supaya suaminya yang menjelaskannya.
Pak Fariq yang paham pun, menghela napas berat. Dengan berat hati ia harus bercerita . Melihat Bunga juga sudah menginjak usia 17 Tahun. Bunga sudah waktunya tau siapa dirinya.
"Sebenarnya Papa bukanlah anak kandung kakek Samsul, Papa ini anak adopsi" ucap Pak Fariq, wajahnya nampak mendung.
"Maksud Papa?" Bunga memandang Papanya dengan kening mengerut.
"Cucu kandung kakek Samsul, kamu Nak. makanya surat wasiat perjodohan itu tertuju padamu " jelas Pak Fariq. Tentu itu membuat Bunga semakin bingung.
"Jangan salah paham dengan Mama sama Papa sayang. Kami sangat menyayangimu" sambung Mama Indah . Mengeratkan pelukannya ke tubuh Bunga dan mengecup ngecup ujung kepalanya.
Meski Bunga bukanlah putri kandungnya, tapi Mama Indah sudah menyanyangi Bunga layaknya putri sendiri.
"Bunga gak mengerti Ma, Pa."
"Kamu bukanlah putri kandung kami" ucap Pak Fariq akhirnya dengan berat hati .
"Lalu siapa orang tua kandungku Ma, Pa?." pertanyaan itu akhirnya lolos dari bibir Bunga . Bibir Bunga bergetar menahan isak tangis supaya tidak lolos dari mulutnya . Selama ini dia ingin sekali mempertanyakan siapa dan dimana orang tua kandungnya, tapi Bunga tidak punya keberanian.
"Kedua orang tuamu meninggal saat usiamu tiga Tahun. Dalam kecelakaan pesawat jatuh , saat mereka pergi berbulan madu."jawab pak Fariq."Maafkan Papa sama Mama baru memberitahumu sekarang" lanjut Pak Fariq.
Akhirnya tangis Bunga pecah, Bunga tidak bisa berkata apa apa, fia sangat sedih. Dadanya sesak mendengar kenyataan kedua orang tuanya sudah tiada sebelum fia sempat mengenalnya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Indahsu
3 tahun kan udh besar, ya kali ga kenal sama ortunya 🥲
2023-01-09
0
Ashry Huda Huda
thor bunga apa fia sih nmx
2022-12-13
0
Yuliantin Ant
bulan madunya nunggu anaknya lahir dulu ni yaa 😁
2022-01-30
2