"Bubu,kamu kenapa?" Aldo menyentuh bahu Bunga dari belakang, setelah menemukan Bunga berdiri di belakang taman sekolah.
Bunga menghapus air matanya, menarik kedua sudut bibirnya ke atas, memaksakan dirinya tersenyum.
"Aku gak apa apa, aku pengen nangis aja" jawab Bunga.
"Kamu jangan bohong!."
Bunga mengalihkan tatapannya ke arah Aldo, menatap Aldo dengan bibir di tekuk ke bawah. Kemudian menghamburkan tubuhnya memeluk Aldo.
"Kamu tau Al? Aku ini bukan anak kandung Mama sama Papa" ucap Bunga menangis terisak tidak dapat menahan kegundahan hatinya lagi.
"Kamu jangan bercanda deh Bubu" balas Aldo tidak percaya, ia pun membalas pelukan Bunga.
"Sepertinya aku anak pungut" lirih Bunga dengan bibir bergetar.
"Dari mana kamu tau?" tanya Aldo.
"Wajahku gak ada mirip miripnya dengan Mama ataupun Papa.Dan aku pernah mendengar pembicaraan Mama dan Papa" jawab Bunga.
Aldo melepaskan pelukan mereka, menjauhkan sedikit tubuh Bunga supaya ia bisa melihat wajahnya. Aldo melap lelehan bening yang membasahai pipi Bunga dengan jari tangannya, memandangi wajah itu lekat lekat.
"Apa yang kamu sedihkan?" tanya Aldo.
Bunga menajamkan tatapannya ke wajah pria di depannya itu." Apa kamu sudah mengetahuinya?."
"Kan! barusan kamu kasih tau." Aldo berdecak.
Bunga mengerucutkan bibirnya, dan menunduk sedih ."Aku ingin tau siapa orang tua kandungku" Air matanya menetes kembali.
Aldo menarik Bunga ke dalam pelukannya, kedua tangannya mengusap usap punggung Bunga dari belakang."Semenjak kapan kamu mengetahuinya?."
"Semenjak kita SD" jawab Bunga terisak di dalam pelukan Aldo.
"Selama itu kamu memendamnya sendiri?."
Bunga menganggukkan kepalanya," Awalnya aku gak percaya dengan apa yang kudengar . Aku selalu mencoba menyangkalnya , tapi berjalan seiringnya waktu , aku memperhatikan Mama dan Papa terlihat berbeda memperlakukanku dengan Kak Rania dan Sofia meski mereka memperlakukanku seperti anak kandung . Aku tetap merasa cara mereka menyayangiku berbeda" jawab Bunga.
Pantas saja Bunga berobah ternyata dia memiliki beban pikiran, batin Aldo.
Meski Bunga bukanlah orang yang memiliki IQ di atas rata rata, dulu Bunga adalah anak yang rajin belajar. Dan nilainya pun lumayan bagus meski tidak mendapat ranking lima besar. Setelah ia mendengar pembicaraan Papa dan Mamanya tanpa sengaja, mengatakan kalau dia bukanlah anak kandung dari orang tuanya, saat itu Bunga merasa terpukul, pikirannya kalut dan niat belajarnya hilang.
"Kamu gak ilfil denganku 'kan Al?. Karna aku anak pungut"tanya Bunga lagi.
"Kenapa aku harus ilfil?. siapa pun kamu, kamu tetaplah sahabatku selamanya dan kau adalah pacarku" jawab Aldo tersenyum.
"Kamu mau 'kan membantuku menyelidiki siapa orang tua kandungku yang sebenarnya?."
"Kenapa kamu gak bertanya langsung aja pada tante Indah dan Om Fariq?. Aku rasa mereka pasti memberitahumu."
Bunga menggelengkan kepalanya," Aku takut mereka kecewa samaku dan berpikir aku ini anak tidak tau terima kasih" jawab Bunga.
Aldo semakin mengeratkan pelukannya, memberi Bunga kekuatan, supaya Bunga tidak merasa sendiri . Aldo tidak bisa berkata apa apa , ia juga merasa kaget mendengar apa yang di katakan Bunga , ia juga tidak menyangka kalau Bunga bukanlah anak kandung orang tuanya . Melihat selama ini Bunga terlihat sangat disayangi kedua orang tuanya dan begitu juga kakak dan adik Bunga.
"Pulang sekolah jalan Yuk!" ajak Aldo untuk mengalihkan pikiran Bunga, ia ingin menghibur Bunga sahabat sekaligus kekasihnya itu.
Bunga menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Aldo."Kamu yang bayarin" ucap Bunga manja.
"Perasaan setiap kita jalan aku terus deh yang bayar" ujar Aldo.
Bunga mengerucutkan bibirnya," Kan kamu cowok, wajar dong kalau bayarin ceweknya."
Aldo mencebikkan bibirnya," sekali kali gantian yang bayar dong."
"Gak mau" ucap Bunga manja.
Begitulah Bunga, meski dia bandel di sekolah, tapi dia akan sangat berbeda sikap pada Aldo, dia akan berobah manja.
"Iya deh! aku yang bayarin . kita kembali ke kelas yuk!" ajak Aldo.
"Gak mau, aku mau bolos , aku lagi gak mood . Nanti bawain tasku ya."
Aldo menghela napasnya pasrah,ia tidak habis pikir dengan pemikiran Bunga yang tidak punya keinginan sedikitpun untuk belajar.
"Bunga, sampai kapan kamu seperti ini?. Apa kamu gak ingin memikirkan masa depanmu?. Apa kamu gak ingin pintar?. Apa kamu gak ingin sukses?. Apa kamu gak memiliki cita cita?" cerca Aldo setelah melepaskan pelukan mereka.
"Kamu sudah pintar, jadi aku gak perlu pintar. Aku yakin kamu nanti menjadi orang sukses, jadi aku tidak perlu sukses . Dan cita citaku adalah kamu, hidup bersamamu di masa depan " jawab Bunga dengan pikiran dangkalnya.
Aldo menghela napasnya lagi, kemudian mengangkat kedua tangannya, meletakkannya di kedua bahu Bunga. Aldo memandangi wajah Bunga dengan pandangan yang tak bisa di artikan, lalu berbicara."Aku memang mencintaimu Bunga, tidak peduli seperti apa dirimu dan bagaimana pun kamu . Aku juga ingin kamulah yang akan menjadi istriku di masa depan. Tapi Bunga... kita tidak tau apakah kita ditakdirkan berjodoh atau tidak.Kita hanya bisa berencana, tapi semua Tuhanlah yang menentukan, kita harus mengingat itu" terang Aldo.
Bunga terdiam menajamkan tatapannya ke wajah Aldo . Ia tidak pernah berpikir sejauh itu , ia berpikir orang yang saling mencintai tidak akan ada alasan untuk berpisah kecuali mati.
"Kita masih sangat muda untuk berpikir kesana . Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah belajar supaya pintar, kalau sudah pintar kesuksesan lebih gampang di raih. Mulai sekarang kamu harus rajin belajar, kamu harus ubah cara berpikirmu. Dan sekarang Yuk! kita masuk ke dalam kelas lagi. Mulai sekarang kamu tidak boleh bolos lagi." Aldo menarik tangan Bunga, memaksanya ikut kembali masuk ke dalam kelas.
"Aku gak mau Al, aku lagi malas belajar" Bunga berusaha melepaskan tangannya.
Membuat Aldo menghentikan langkahnya, membalik badannya ke arah Bunga yang berusaha melepas pegangan tangannya.
"Mulai sekarang kalau kamu gak mau belajar dan masih ingin membolos, kita putus" ancam Aldo melepaskan tangan Bunga.
"Al" lirih Bunga, matanya berkaca kaca menatap Aldo.
Melihat Bunga tampak seperti wajah minta dikasihani, Aldo pun menyesal dengan kata kata yang telah diucapkannya . Dia tidak bermaksud untuk menyakiti hati Bunga, dia hanya ingin Bunga berubah.
"Ayo masuk!" Aldo mengulurkan tangannya supaya Bunga meraihnya.
lama Bunga berpikir, akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya, pelahan mengangkat tangan kanannya mengulurkan ke tangab Aldo .
Aldo mengembangkan senyumnya, ia pun menggenggam tangan Bunga erat, membawa kembali masuk ke dalam kelas.
Tok tok tok !
"Masuk!"
Mendengar sahutan dari dalam kelas, Aldo melangkah masuk di ikuti Bunga dari belakang.
"Maaf Bu!" ucap Aldo merasa melakukan kesalahan, karna keluar kelas saat jam pelajaran Ibu Frisil berlangsung.
"Silahkan kalian duduk, besok kalian jangan mengulangi lagi. Baik di jam pelajaran saya atau guru lainnya" ucap Ibu Frisil wali kelas mereka.
"Iya Bu" balas Aldo.
"Bunga hanya diam berjalan menunduk menyembunyikan wajah sembabnya.
"Seharusnya dari dulu kamu membujuk sahabatmu itu supaya mau belajar dan tidak membolos lagi" ujar Ibu Frisil lagi kepada Aldo.
"Maklum Bu, dia lahirnya prematur, jadi otaknya yang kurang matang saat di dalam kandungan, agak susah di ajak berpikir!" jawab Aldo bergurau. Membuat seisi kelas tertawa terbahak bahak.
Bunga pun langsung mencubit pinggangnya, gemas.
"Aw ! sakit jeyeng" keluh Aldo mengusap usap bekas cubitan Bunga di perutnya.
Ibu Frisil menggeleng gelengkan kepalanya.
Seluruh siswa siswi dan para guru sudah terbiasa melihat kedekatan sepasang kekasih yang berkedok sahabat dari orok itu. Sudah tidak heran lagi dengan kemesraan mereka setiap hari. mulai dari mereka menginjakkan kaki di Sekolah milik Keluarga Bunga itu.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pantesan gak pintar kek kakak dan adeknya,Benarkan apa yg Aldo bilang,dia bukan anak ortu nya..
2024-01-11
1
Julyzee
hhhh
2022-12-08
0
lestari saja💕
pantesan sekolah punya bokap santui lah.....😂pasti naik kelas.tapi harusnya ga gtu juga jeyenggggg😂😂😂😂
2022-12-06
1