(Untuk pembaca, mohon maaf ada beberapa kata yang hilang atau perubahan, di karena kan ada ketentuan yang harus kami patuhi, terima kasih 🙏)
"Rara, aku takut !" suara ku lemah, mencoba menepis tangan Rara
"Apa yang kamu takutkan Dewa ?" jawab Rara
Mataku terpejam, terlintas wajah ibu, ayah, kakak, dan teman-temanku. membuatku berusaha bangkit dari duduk. Tapi Rara dengan pintarnya mengancam akan membuka aibku di depan teman-temanku dan semua orang
Mendengar itu semua aku mengurungkan niatku untuk lari dari rara, sifat luguku membuatku tidak punya pilihan
Rara hanya membalas dengan tersenyum, ada senyum kemenangan di bibir seksinya.
Namun rasa takutku terus mengusik pikiran dan hatiku, yang membuat aku selalu mencoba menepis tangannya, dan mencoba melarikan diri darinya. Rara sungguh pintar. Ia mengunci pintu rumah rapat. Semua memang sudah di rencanakan Rara sejak awal
"Ini tidak baik rara !" rengekku pelan, mencoba mengingatkan rara, dan mencoba menghindari Rara yang terus saja memaksa.
"Pliese Rara, aku takut, ini tidak baik Rara, pliese "
Aku memohon pada Rara untuk mengakhiri apa yang di lakukannya, tapi Rara tidak perduli dia terus mengejarku, memburuku dengan nakal.
Rara sangat suka menikmatiku, yang selalu menolak atas rayuan dan pesonanya yang tidak pernah dia dapatkan dari lelaki lain, Rara sangat menyukai sifat luguku.
"Tampan tapi lugu sekali"
"Gawat" dalam hati mengingatkanku diriku " Ini berbahaya"
Tapi belum sempat aku menyadarkan lamunanku, Rara sudah menguasaiku, dan semua terjadi,lagi, dan lagi
Rara duduk di sampingku menikmati kemenangan nya.
lain halnya denganku yang tertunduk lesu membayangkan yang baru saja terjadi, kenapa lagi dan lagi, dia harus terjebak dalam hubungan yang terlarang,
"Ya Allah..." Aku melenguh sedih sambil membenahi bajunya, aku menyambar tasku, dengan kemarahan, tanpa memperdulikan Rara lagi aku melangkah pergi
******
Keluargaku adalah keluarga yang baik-baik. meskipun aku tergolong anak nakal tapi aku tidak pernah membuat orang tuaku malu. Aku adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan aku sangat di sayangi oleh ke tiga kakak perempuanku
Ketiga kakakku sudah menikah, dan hidup bahagia di luar kota meskipun bukan ahli ibadah tapi mereka berhijab, dan religius. aku sangat takut jika keluarganku tau, pasti akan marah besar dan sangat kecewa padaku "huuuf."
Dilema mulai menyelimuti hati ku, antara pikirannya yang mencoba untuk berfikir sehat dan tubuh yang tak pernah mampu menolak respon Rara ketika Rara memaksa melakukan nya
Aku tertunduk lesu, satu persatu bayangan ibu, ayah dan ketiga kakakku melintasi pikiranku. membuat hatiku berkecamuk, rasa takut yang begitu dalam menyerangku hebat. aku adalah remaja yang baru saja mengalami masa pubertas, Dan aku harus mengalami semua ini, menyimpan semua tekanan dalam hatiku seorang diri
Dengan kemarahanku aku melangkah meninggalkan Rara sendiri. menerobos keluar melewati jendela rumah Rara. Ku rapikan baju dan rambutku yang berantakan, memastikan tidak ada yang mencurigaiku.
Dengan rasa kesalku, yang tak dapat lagi kutahan, aku terus mengumpat dalam hati
"Bisa bisanya Rara mengunakan nama orang tuanya untuk menipuku" gigiku bergemeretak geram menahan amarah
"Aargghhh..." Dewa memukul kepalanya berkali-kali, dan terus berlalu Meninggal kan rumah Rara. sempat ku dengar suara Rara yang menyatakan perasaan cintanya padaku. tapi aku terus melangkah pergi meninggalkan gadis liar itu.
Jangankan untuk menanggapi ucapan cinta dari Rara, terbersit dalam pikiranku pun tidak ada niat untuk sekedar dekat dengannya
Aku terus berjalan menyusuri gang, menuju jalan raya,
Entah berapa kali Rara mengatakan cintanya padaku
Dari yang Rara bisikkan secara lembut di telingaku, hingga dengan terang-terangan Rara mengatakan "I love you"
mungkin saja ada tetangga yang mendengar teriakkan rara. Karena Rara mengatakan nya dengan sangat lantang
"Tapi?' aku sendiri heran
"Bukankah cinta itu sesuatu yang indah berwarna pink, berbunga-bunga atau seperti warna pelangi yang indah di pagi hari.
Batinku mencoba membayangkan indahnya cinta. tapi yang kurasakan pada Rara, tak ada rasa apapun, tak ada yang indah, tak ada yang berwarna atau yang membuat aku berdebar malu atau apalah? yang ada malah merasa jijik, membayangkan gadis liar itu
"Ah..." aku menghela nafasku
Dalam bayanganku cinta begitu manis, dan indah, yang ku bayangkan, betapa ia akan berbunga-bunga ketika bersama gadis pujaannya, kencan pertama, mengerjakan tugas bersama, diner nonton jalan-jalan sore atau yang indah lainnya. ciri khas jatuh cinta pada remaja seumuran diriku
Tak pernah terbayangkan olehku, jika aku akan terjebak pada rasa yang rumit
Tanpa sadar aku sudah sampai di ujung gang, dan menunggu angkutan umum menuju pulang ke rumah. sejenak terlintas rasa takut menghinggapi hatiku sendiri. rasa tak sangup menghadapi wajah ibu ku, membuatku mengurungkan niat untuk pulang. Aku berputar arah untuk mencari angkutan umum menuju rumah Boy, tempat yang bisa membuat aku leluasa berfikir
Sesampainya di rumah Boy, aku langsung masuk, dan di sambut senyuman mas Reihan yang manis kakak boy satu satunya.
Aku langsung masuk menuju kamar Boy, terlihat Boy tidur terlentang, tangannya memegang hp sibuk dengan gamenya, dia hanya melirikku sekilas, Aku menjatuhkan diri tidur tengkurap di sampingnya.
"Woy, bau apaan lo, udah kayak ikan mas nggak mandi sebulan lo" teriak Boy menutupi hidungnya dengan rapat
Tanpa merubah posisi tidurku ku hela nafas dalam, dan meremas mulut Boy dengan kasar, Boy yang tidak menyadari tangan ku datang, menjerit sakit,
Membuat dia kalah dalam permainan gamenya
"Anj****g" umpat boy, Brengsek Lo, kalah ni gue"
Boy yang kesal beranjak duduk,di raih bantal dan memukulku berkali-kali, sampai aku tak bergerak di pukul begitu
"Aaaah, dia tidur, cepat kali kau tidur,badan udah kayak mayat aja kau"
Boy meledekku dengan menirukan logat orang Medan, telingaku bergerak-gerak menandakan aku mendengar ocehan Boy.
Dengan tiba tiba aku tersentak bangun
"Boy..."
"Slow slow gua di sini " jawab Boy yang sempat kaget mendengar teriakanku yang tiba tiba,
"Telfon bokap gua dong, gua mo tidur sini malam ini"
Boy melihatku, sejenak memperhatikanku agak heran
"kenapa nih bocah ?" di sentuhnya jidatku "Normal !"
"Apaan " tepis tanganku kembali tengkurap
Tak lama dari itupun aku benar-benar terlelap.
Dua jam kemudian Boy masih mendapati Dewa tidur.
Dia mendekati, di pelintirnya telingaku tapi itu, tak membuatku bangun, di sepaknya kakiku, masih tidak membuatku bangun, Boy kesal, suara kak Reihan begitu berisik meminta mereka untuk makan malam, tapi aku tidak segera bangun, " dia tidur benar benar seperti mayat" gerutu boy kesal
Dengan ekstremnya Boy menarik kakiku menuju pintu keluar, sepontan membuatku kaget dan berteriak keras
"Woi woi woi !!!!!"
Tanganku mencoba menggapai sesuatu mencari pertolongan
"Gila Lo" teriakku
"Lo yang gila, tidur udah kayak orang mati, mangrib tau !" teriak Boy
Diseberang kak Reihan tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah mereka
"Apa apa'an kalian ini "
Aku bangun langsung menuju meja makan, tapi Boy menjambak rambutku menarikku ke kamar mandi
"Lu mau makan ?, ngacak dulu itu iler Lo ke mana-mana"
Dewa mengikuti arah boy membawanya, dengan sigap tangannya menyambar tempe goreng yang sudah di siapkan kak Reihan di meja dan melahapnya sambil meringis kesakitan.
Kembali kak Reihan menggelengkan kepalanya
"Ckckckck !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sisil Az Zahra
kok disini lagi ya
2022-10-10
0
Arjuna'Bayu
banget
2021-09-17
1
Shellia
begitulah seorang sahabat
2021-07-19
2