Di hari Jum'at, aku tak melihat batang hidung teman-temanku, sepertinya mereka melupakan undangan acara OSIS tempo hari. padahal teman-temankulah yang sibuk akan menghadiri acara itu. tapi mereka melupakannya begitu saja. aku tak berusaha menghubungi mereka, kurasa kami tak memiliki urusan dengan para elite sekolah itu
Aku masuk di hari Senin, pagi-pagi sekali, masih sepi baru satu dua siswa yang datang. aku duduk dengan kakiku menginjak lantai pembatas jalan yang terbuat dari semen di samping gerbang sekolah dengan tangan di atas lututku. mungkin terlihat tidak sopan, tapi itulah kebiasaan kami, sambil menunggu teman-teman berkumpul
Dari kejauhan terlihat motor King tua meraung-raung memohon untuk segera di pensiunkan, suaranya sangat keras memekakkan telinga. tanpa rasa kasian tiga orang temanku menaiki di atasnya. terlihat sengsara sekali motor itu membawa mereka.
Motor itu berhenti tepat di depanku dan mereka segera turun untuk menghampiriki, ikut bergabung bersamaku.
Ketika kami asyik bercengkrama, bercanda gurau dengan kebahagiaan kami, tiba-tiba ada motor Beat merah menyusul berhenti tepat di sebelah motor king tua itu. kalian pasti tau siapa pemilik motor Beat merah itukan?, " Rara Amelia Putri." Ya motor itu milik Rara, seketika aku langsung berdiri hendak menyingkir menghindari Rara, tapi....
" Woy dewa !" suara Rara keras
"Gw mau ketoilet,.." teriakku beralasan dan aku berlari cepat meninggalkan tempat itu
Rara mengejar ku, dia melemparku dengan sendal jepit usah. entah dari mana dia mendapatkan benda usang itu. Untung saja benda itu hanya menyerempet lenganku, aku sempat di buatnya kaget. tapi aku tetap berlari pergi berlalu tanpa menghiraukannya
"Bang**t" Rara mengumpat ku, jelas masih terdengar olehku, jarak kami belum terlalu jauh
Di balik tembok, aku memutar tubuhku mengintip Rara yang sudah berlalu meninggalkan aku
Di sebrang sana terlihat teman-temanku yang riuh dan heran atas sikap kami berdua
"Ha?" mata mereka saling pandang penuh pertanyaan menatapku heran pada
"Ada apa?" Agus bertanya dengan teman-teman nya berharap mendapatkan jawaban
"Entah" tapi mereka semua mengangkat bahu, tanda tidak tau
"Hii ngeri, ah cabut yuk." ajak agus kemudian kamipun berhambur memasuki halaman sekolah menuju kelas masing-masing.
Pada jam istirahat, Boy datang langsung menghampiri Dewa
"Dew, Rara nyariin Lo, dia chat gw kayak hujan saja.
banyak banget chatnya, sampe males gw balesnya
"Haaaa !!" Agus, Andrian, Anton menatap heran
"Mana gw taulah, gw kan nggak punya urusan sama dia. jawabku santai
"Napa sih dia cari Lo ?" tanya anton padaku
"Entah" aku hanya mengangkat bahunya saja tanda tak tau
"Jangan-jangan Lo pacaran sama dia, koq kita gak tau. bilang sob, ayo kita akhiri gelar jomblo kita" Agus merangkul ku
"bulshit lah.." jawabku agak ketus
Kami tertawa bersama, dan seperti biasa kami menghabiskan waktu bercanda gurau bersama. ketika kami sedang asik bercengkrama, lagi-lagi seorang gadis imut yang waktu itu memberi kami undangan OSIS menghampiri ku, dan memanggil namaku
"Dewa, bisa bicara sebentar" ajaknya
Aku kernyitkan alisku merasa heran, tapi aku mengikuti langkahnya juga dan bertanya, apa yang membuatnya hingga dia menemuiku. setelah di rasa tempatnya sepi dan tidak berisik, dia memberiku secarik kertas padaku. setelah aku menerimanya aku segera membukanya, ada tulisan tertera di sana "Temui aku, Rara". Aku menghela nafas dan ku kembalikan kertas itu pasa gadis manis itu."kukatakan padanya, ku tidak mau menemuinya." aku berlalu dan ku tinggalkan gadis itu tak perduli. kembali bergabung dengan teman-temanku.
Belum sempat aku duduk
"Dewa!"
Sebuah suara memanggilku lagi dan aku menoleh, kali ini Rara sendiri yang datang menemui aku. aku sangat terkejut, hampir saja kakiku terpeleset masuk selokan
"Kalo kamu enggak mau bertemu aku, aku bakal kasih tau semua orang apa yang terjadi waktu itu." ancam Rara padaku sadis
"Haaaaa !! jangan-jangan, ia, ia kita ketemu, dimana ?" aku memohon, hingga membuat banyak mata melihat ke arah kami. " suuuut" aku meminta Rara untuk mengecilkan volume suaranya.
Aku benar-benar di buat salah tingkah dengan semua tatapan mata teman-temanku. mereka menatapku dengan sangat tajam, seperti tatapan mata serigala yang siap mencabikku seolah-olah
" jelaskan?. di balik mata mereka tersimpan banyak pertanyaan yang seperti akan menghujaniku
"Bukan gitu, ini bukan apa-apa" kilahku membela diri, tapi mereka tidak menghiraukan alasan ku, mereka mendekati aku dan minta penjelasan
"jelaskan ?" tuntut mereka
Aku gelabakan bingung bagaimana menjelaskan nya, Rara melangkah pergi meninggalkan aku, dengan senyum kemenangan. tanpa sadar kakiku justru melangkah mengikuti langkah rara. seperti seekor kucing yang mengikuti langkah majikanya, aku hanya bisa menatap mata teman-temanku dengan mata memelas. "Ampun" sambil memegang kedua telingaku, berharap mereka mengampuni tindakan ku ini.
Rara membawa ku ke sebuah taman sekolah, di sana dia duduk melihatku, aku hanya diam dengan kesal
"Dewa, kamu jahat ya"
"He " jawabku tak bergerak, juga tak mengerti
"Kenapa kamu menghindariku?"
"He " jawabku bego. aku menjawabnya dengan kikuk
"Ibuku marah karena aku tidak bisa membawamu kerumah, ibu menuduhku tidak tau balas Budi"
"He "
"Kamu ini hanya he aja jawabnya, aku gak mau tau, hari ini kamu temui ibuku"
"Kenapa ?" aku menjawab dengan jawaban berbeda
"Ibu merasa kamu sudah menyelamatkan aku, kemarin Ayah ibuku belum sempat mengucapkan terima kasih"
Maksud Rara menemui ku tarnyata baik, hanya saja aku yang berfikir berlebihan, menduga-nduga.
"Iya " jawabku singkat menyadari tindakanku yang salah
"Iya apa ?"
"Iya aku akan menemui ibumu"
Rara sungguh gadis yang bawel dan pemaksa, dia akan melakukan apapun untuk mengabulkan keinginannya, terlihat senyum simpul di bibirnya tanda dia menang.
*******
Tepat jam pelajaran berakhir, benar saja seorang gadis cantik yang selalu membuat ku ketakutan sudah menunggu dengan santai di samping motor nya, dia melambaikan tangan padaku dan mengajakku untuk naik motor bersamanya, namun aku menolaknya, aku memilih menyusulnya dengan naik angkutan umum, itu lebih membuatku nyaman,
"Rara merengut", terlihat jelas wajah Rara sangat kecewa.
Dalam bisikku. "imut sekali gadis ini saat merengut, bibirnya yang sexy menggantung indah di sana", namun dengan segera ku akhiri pikiran ku yang tidak jelas ini.
Dengan susah payah aku membuatnya mengerti agar dia pergi pulang duluan dan aku berjanji akan menyusulnya.
Tak ada niat sedikit pun untuk membohongi Rara. aku akan benar-benar mendatangi rumahnya. Aku berenti tepat di gang menuju rumahnya. ku hentikan angkutan umum yang ku tumpangi, tepat di sebuah gang menuju rumah Rara, aku turun dan menyusuri gang itu, kulihat dua motor terparkir di teras, motor Beat merah dan satu lagi motor berwarna biru milik ayahnya. aku tak menaruh rasa curiga sama sekali, ibu Rara sangat baik dan ramah, terlihat saat dia menyambut ku untuk pertama kalinya, sebenarnya enggan untuk datang lagi kerumah ini, namun aku sangat tak tega jika menolak kebaikan hati seorang ibu.
Dengan yakin aku menghampiri rumah itu, terlebih aku melihat motor biru terparkir di teras. aku semakin yakin jika Rara tidak sendirian. Aku tidak ingin melibatkan orang tua Rara untuk hal pribadiku, aku mencoba menyimpan rapih kejadian malam itu dan berusaha untuk tidak mengulanginya, meskipun kejadian itu membuatku takut setengah mati dan berfikir tidak-tidak
Dengan memberanikan diri, ku ketuk pintu tiga kali
"Asalmualaikum "
"Wa'alaikumsalam"pintu terbuka, Rara menarikku masuk dan mengunci pintu dengan cepat
"Hey hey kenapa?, apa yang kamu lakukan?" aku terkejut dan bertanya-tanya
Rara menyembunyikan kunci rumah di tempat yang tak mungkin dewa dapat mengambilnya
"Apa yang kamu lakukan Ra?, dimana orang tuamu ?" Dewa mulai cemas
Mataku memutari tempat itu, menyusuri setiap inci ruang rumah itu rasa curiga mulai hinggap di hatiku. tak terlihat ada siapapun di rumah itu selain kami berdua. sepertinya aku melewatkan hal penting, "Astaga!" sebelum ku putuskan masuk rumah ini, aku sempat melirik bahwa garasi mobil di samping rumahnya kosong, namun aku tak berfikir sejauh itu
"Dimana orang tuamu Rara?" aku panik
"Keluar kota." Rara menjawabku dengan santai dan tanpa berdosa,
Rara mendorongku ke kursi ruang tamu dan mengunci tubuhku. Rara mendaratkan tangannya menyusuri batang hidungku hingga berakhir pada daguku, apa yang di lakukan Rara membuatku kaku, tegang, was was, aku menutup mataku rapat-rapat, takut hal itu terjadi lagi
Sebelum pindah ke kota kami. Rara berasal dari kota Jakarta. kota metropolitan. dengan kehidupan bebasnya. kota Jakarta telah membuatnya tumbuh menjadi wanita yang liar dan bebas. menurut kami orang yang tinggal di kabupaten kecil rara terlalu bebas. dia melewati batas norma.
Rara kehilangan keperawanan nya saat ia berumur 16 tahun oleh pacarnya sendiri. saat itu pacar Rara adalah kakak setingkatnya yaitu anak kelas 3 SMA dan dia seorang badboy. kehidupan bebas di kota Jakarta di mana hal semacam itu bukanlah hal tanu tetu tidak membuat Rara menyesali perbuatannya.
Berbeda denganku, aku sangat menjaga norma-norma kehidupan, meskipun aku nakal, tapi aku tidak pernah menyentuh pergaulan bebas, aku hanya brandal kecil dan urakan, kenakalan ku masih dalam batas normal anak anak seusiaku.
pertemuan ku dengan rara membuat aku bersyukur berada di antara orang-orang yang masih menghargai sosial tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Shellia
Nah kan bener,ternyata Rara bukan perempuan yg bener2 baik. Murahan lebih tepatnya
2021-07-19
2
Ayesha
makin seruuuu
2021-07-02
0
Arjuna Bayu
Makasi kk atas dukungannya, jgn lupa di tunggu bab selanjutnya ya 😊😍
2021-04-23
3