Sementara itu di dalam gubuk ki Joyo, mereka sudah menduga bahwa tidak lama lagi persembunyian mereka akan diketahui oleh kelompok Tengkorak Hitam.
"Tidak kusangka akan secepat ini.. Bahkan kita belum sampai meninggalkan tempat ini.." gumam ki Joyo.
"Sumali, sebaiknya kamu gunakan jalan rahasia ini.." ucap ki Tejo sambil membuka penutup jalan bawah tanah.
Jalan bawah tanah ini memang sengaja dibuat oleh mereka, sebagai jalan rahasia apabila sewaktu-waktu mereka dikepung oleh musuh. Jalan rahasia ini mengarah ke utara desa, tepatnya di pinggir sungai Kedak, salah satu sungai besar di wilayah negeri Kawi.
"Setelah sampai pinggir sungai Kedak, kalian ke arah timur, ikuti aliran sungai Kedak, kalian akan sampai di alas Purba sebelah utara." ucap ki Joyo.
"Berhati-hatilah. keselamatan raden Sanjaya jauh lebih penting..!" lanjut ki Tejo.
"Baik kami pergi dulu, larilah kalian saat ada kesempatan.." jawab ki Sumali
"Ki Joyo, ki Tejo, aku pergi dulu. terimakasih selama ini sudah membimbingku, nasehat kalian tidak akan pernah aku lupakan.." ucap Raden Sanjaya..
Mereka berduapun masuk ke jalan rahasia untuk menuju alas Purba..
"Tejo, kamu sudah siap..? mari kita sambut tamu-tamu kita." ucap ki Joyo
"Mari ki.. kita berikan mereka sedikit hiburan, hahahhha.." jawab ki Tejo.
Kedua tetua tersebut keluar gubuk dan bersiap untuk pertempuran terakhir mereka, setidaknya itu yang ada di pikiran keduanya.
"Hahahahha.. Joyo Prawiro dan Tejo Sumantri mantan pengawal Pangeran Kusuma, ternyata punya nyali juga kalian.." ucap ki Karto dengan sombongnya.
"Ki Karto tidak usah berbasa-basi. Aku tau apa tujuanmu kesini, tapi apakah harus mengorbankan penduduk yang tidak berdosa untuk memenuhi keinginanmu..?" teriak ki Joyo.
"Hahahaha.. apakah kamu layak untuk mendengar jawabanku..?" sahut ki Karto dengan sombong..
"Manto..? bukankah kamu pengawal Pangeran Pranoto..? tidak kusangka ternyata kamu adalah anggota Tengkorak Hitam.." ucap ki Tejo.
"Hahahaha.. kamu salah Tejo, aku bukan anggota Tengkorak Hitam, aku adalah wakil ketua kelompok Tengkorak Hitam.." sahut Manto.
"Dasar keparat kamu Manto, terimalah pukulanku ini. TAPAK HALILINTAAAAARR.." teriak ki Tejo.
"Dasar sampah.. CAKAR IBLIS HITAAAAAMM.." balas Manto..
Saat kedua ilmu itu bertemu terjadi ledakan keras dan dasyat..
DDHUUUUUARR.. JLEGGGEEERRRR....
Keduanya terpental beberapa meter. Ki Tejo terjatuh sedangkan Manto tetap berdiri. Darah segar mengalir di sudut bibir ki Tejo, sedangkan Manto berdiri sambil memegang dadanya yang terasa sesak..
"Tak kusangka, ternyata dia sudah berada pada tingkat master tahap puncak" batin ki Tejo
"Hahahaha.. lumayan untuk pukulan seorang tingkat master tahap menengah.." ucap Manto dengan sombong.
"Kali ini kamu akan merasakan sendiri kekuatan penuh seorang master tahap puncak..!!" teriak Manto.
"Sombong..!! Majulah..!!" balas ki Tejo..
Manto pun maju dengan mencabut pedang pusaka, pedang hitam, sebagai senjatanya dan ki Tejo memaki tombak pusaka, tombak nagageni andalannya.
TRRINGG.. TIINGG
TRAANGG.. TRIIINGG.. TIINGGG..
keduanya sudah bertukar lebih dari puluhan jurus dalam waktu singkat. Anggota kelompok Tengkorak Hitam, yang umumnya berada pada tingkat petarung tahap puncak sampai prajurit tahap menengah hanya bisa menyaksikan pertempuran keduanya.
"Inikah pertarungan pada tahap master..? sungguh cepat dan dasyat. Kita hanya bagai semut dihadapan mereka.." gumam para anggota..
Sementara itu ki Joyo yang menyaksikan pertempuran antara Manto dan ki Tejo dikejutkan dengan teriakan dan gelombang energi yang datang padanya..
"Apa yang kau lihat Joyo..? lawanmu adalah aku.." teriak ki Karto.
"PUKULAN TAPAK DARAAAH.." sambung ki Karto..
"Gawat.. aku harus menghindar.." batin ki Joyo
"SAIPI ANGIIIN.." teriak ki Joyo.
"Lumayan.. tapi ilmu mu tidak lebih seperti mainan anak-anak bagiku.. hahahaha.." ejek ki Karto.
Ki Joyo mencabut Pedang Pusakanya untuk menghadapi ki Karto, akan tetapi ki Karto menghadapi ki Joyo dengan tangan kosong..
Dalam waktu yang tidak lama lebih dari puluhan jurus mereka keluarkan..
BEET.. BEET.. SWIIING..
SSWWIIINGG.. CTAAAK.. SWIINGG...
setiap tebasan pedang ki Joyo berhasil dihindari dan di tangkis oleh ki Karto. Akhirnya ki Joyo mendapatkan kesempatan untuk menyerang ki Karto. Jurus terkuat pun dia keluarkan.
"Inilah kesempatanku.. matilah kamu ki Karto" batin ki Joyo
"JURUS GUNTUR MEMBELAH AWAAANN.." teriak ki Joyo
"Hhmmm.. mainan anak-anak.." batin ki Karto sambil tersenyum sinis
"JURUS RAGA BAJAAA......!!" teriak ki Karto..
TRRAAAANGGG.. KLAAAANGG..
Saat pedang ki Joyo mengenai tubuh ki Karto, pedang itupun patah dan jurus yang dikeluarkan ki Joyo tidak berpengaruh apapun pada ki Karto..
"Inikah perbedaan kekuatan antara tahap master dan raga abadi..?" batin ki Joyo.
Ki Joyo melompat mundur dan mempersiapkan serangan selanjutnya dengan tangan kosong.
Belum sempat ki Joyo maju, ki Karto lebih dulu merangsek maju menyerangnya. Ki Joyo berusaha bertahan dari serangan-serangan ki Karto..
DHEESS.. JBUUGG.. CTAAAAK
DUUUUGG.. DHEEESSS.. DDUUGG..
Cukup lama antara ki Joyo dan ki Karto saling bertukar jurus. puluhan bahkan ratusan jurus sudah mereka keluarkan. Tak terhitung berapa tendangan dan pukulan yang mendarat di tubuh ki Joyo. Darah segar tampak keluar dari bibir dan hidung ki Joyo..
Sementara itu kondisi yang tidak berbeda dengan ki Joyo juga dialami ki Tejo. Ratusan jurus sudah mereka keluarkan dan bertukar serangan. Luka sabetan pedang tampak di lengan dan punggung ki Tejo, sementara banyak juga luka di tangan dan dada Manto. Tampak pertarungan mereka seimbang, akan tetapi usia Manto dan tingkatan Manto yang lebih tinggi lebih menguntungkan Manto..
"Akan aku akhiri pada satu serangan ini.." batin Manto..
"JURUS PEMBELAH LANGIIITT..." teriak Manto..
"Baik, akan aku ladeni jurusmu itu keparaaatt..!!" teriak ki Tejo
"JURUS PENGHANCUR GUNUUNG...!!" sambung ki Tejo..
SLAAAAASH.. CRAAAAASSH.. DHUUUUARR..
Tombak nagageni ki Tejo patah saat berbenturan dengan pedang hitam milik Manto. Dan naas bagi ki Tejo, pedang hitam Manto menusuk dada ki Tejo, ki Tejo pun ambruk bersimbah darah.
Manto pun mendekati ki Tejo yang tergeletak bersimbah darah. Nafas ki Tejo tersengal-sengal dan beberapa kali muntah darah, tapi ki Tejo tetap berusaha tersenyum, senyum kemenangan. Walaupun dia nanti akan mati di tangan musuh, dia rela karena sudah mengulur waktu demi keselamatan Raden Sanjaya dan Ki Sumali.
"Tejo.. Tejo.. seandainya kamu tetap mengabdi pada Pangeran Pranoto, mungkin kejadian hari ini tidak akan terjadi. Dan kamu mungkin bisa menjadi Kepala Pasukannya.." ucap Manto sambil tersenyum mengejek..
"Uhuk.. uhuk.. cuih.. aku tak akan sudi mengabdi kepada Pangeran binatang itu. hahahahaha.." jawab ki Tejo.
"Kau hanya belum tau saja apa yang sudah dilakukan pangeran binatang itu pada keluarga kita. kau sangat bodoh Manto.." lanjut ki Tejo.
"Apa maksudmu..?" tanya Manto.
"Hahahahaha.. ikuti aku ke neraka dan aku akan memberikan jawabannya disana.." jawab ki Tejo mengejek.
"Baik, kalau itu yang kamu inginkan, pergilah kau ke neraka. tapi aku tak sudi mengikutimu.." sahut Manto sambil menebaskan pedang ke leher ki Tejo.
Ki Tejo pun menghembuskan nafas terakhirnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Bang pedet
Lucu.cerita nusantara tapi pake istilah cerita china.ada master segala.bahasa nya knp gk nusantara ajh thor.kan jadi gak seru.Jadi males mau lanjutin bacanya juga karena gak pas cerita sm bahasa nya.
2021-06-27
0
Nikodemus Yudho Sulistyo
Salam sesama pendekar.
PENDEKAR TOPENG SERIBU
2021-05-17
1