HAPPY READING GYUS❤
Jangan lupa tinggalkan jejak dan suportnya ya!
↔↔↔
Drtt..Drtt..
Aisyah my calling...
Rara menghapus air matanya pelan ketika mendengar suara ponsel-nya berbunyi. Dengan segera ia melangkah menuju kasur dan mengambil ponsel itu untuk melihat siapa yang menelpon. Setrlah tau siapa yang menelpon Rara pun segera mengangkat dan menempelkan handponenya ke-telinga.
"Halo kenapa Syah?" Tanya Rara.
"......"
"Aku kan udah bilang, aku gamau status ini terungkap. Bilang aja aku lagi gaada."
"......."
"Kamu wakilin aja Syah bilang aja kamu sekertaris aku."
"........."
"Iya yaudah aku tutup yaa," Setelah itu Maura pun memutuskan sambungan telponnya sepihak.
Lagi dan lagi huh.
Maura menatap kosong ke arah luar jendela. Ia mengarahkan pandangannya menatap langit diatas untuk melihat bintang dan bulan yang bersinar terang malam ini. Seketika pikirannya mengarah pada Nindi yang bisa berkuliah dengan tenang, sebenarnya ia pun ingin sekali berkuliah seperti adik tirinya itu tapi keluarganya tidak mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sebenarnya usia mereka hanya berbeda 1 tahun dan kebetulan besok juga adalah hari ulang tahunnya yang ke-20 tahun, namun tidak ada hari perayaan ulang tahunnya, tidak ada ucapan selamat ulang tahun yang ia dapatkan selama ini. Hari spesial-nya pasti masih sama dengan hari-hari biasa.
Semoga kedepannya aku bisa lebih baik lagi! amin
___
"Tuan ini berkas tentang Nona Maura." Ucap Hans ketika memasuki ruangan Kenzo.
Kenzo yang sedang menatap keluar jendela itu pun mengalihkan padangannya kearah Hans. "Hm, letakan saja diatas meja sana." titahnya.
"Baik Tuan."
"Kau boleh pergi."
"Maaf Tuan, apa Tuan tidak ingin pulang?" tanya Hans.
Ya, Kenzo dan hans masih berada dikantor malam ini. Langit sudah gelap tapi Kenzo masih betah berada diruangannya.
"Mungkin aku akan menginap disini Hans, jika kau ingin pulang kau pulang saja."
"Tidak tuan. Saya akan ikut menginap disini."
"Baiklah."
Diruangan Kenzo memang terdapat ruangan khusus seperti kamar dan dapur agar ia bisa beristirahat jika ada pekerjaan yang mengharuskannya menginap.
Hans pun lantas keluar menuju ruangannya juga.
Kenzo mendekat kearah meja dan memegang map yang tadi diberikan oleh hans. Ia mencoba membaca data-data itu dengan serius.
"Hm menarik." Kenzo terfokus membaca detail pribadi seseorang.
"Pantas saja Laki-laki itu tidak merasa bersalah jika Anak perempuannya dijadikan jaminan."
"Apa? jadi dia pemiliknya? hahaha pantas saja dia tidak mau menunjukan identitasnya." Kenzo sedikit terkekeh.
Selesai membaca file itu Kenzo pun semakin tertarik dengan wanita itu, entah apa yang ada dipikirkannya namun Kenzo menarik senyum smirk devilnya sembari menatap foto yang ada ditanganya.
Kau akan menjadi milikku my angel
___
"Pah, ada pakett." teriak Nindi dari arah ruang tamu.
David dan Ratna pun turun dan mendekati Nindi yang sedang membuka paket yang dibungkus kertas itu.
"Wahh bagus banget gaunnya Yah, ini buat aku kan? Papah baik bangett sih makasih yah." ucap senang Nindi dengan gembira.
"Bukan buat kamu sayang tapi buat Rara." ucap Ratna yang sudah mengetahui apa yang direncanakan suaminya itu.
"Loh ko buat si cewe sial itu si. Sayang bajunya kalo dipake dia mendingan buat aku aja." kesal Nindi. Padahal gaun ini terlihat indah, pasti harganya lumayan mahal.
"Itu dari tuan Kenzo untuk Rara karna dia besok mau ketemu dengannya. Kalo sampai Rara gak pakai baju pemberiannya pasti Papah yang akan kena akibatnya." ucap panjang lebar David kepada anak tirinya.
"Ck! Mamah." adu Nindi pada Ratna masih dengan wajah kesal.
"Sayang anak Mamah, Nanti mamah beliin yang lebih baguss oke?" tawar Ratna.
"Hm yaudah." Jawab Nindi.
"Rara!! sini kamu! Teriak Ratna memanggil anak tirinya.
Rara yang sedang berada dikamarnya itu langsung mengalihkan pandangannya dari kertas yang dipengangnya. Ketika mendengar namanya dipanggil Rara pun segera bangkit dan berlari melangkahkan kakinya ke asal suara panggilan tadi.
"Iya Mah." ucap Rara melihat ketiga orang yang terlihat dihadapannya.
"Ck! lama banget sih kamu? abis ngapain? tidur mulu kerjaannya!" bentak Ratna dengan nada suara keras.
Rara yang mendengar itupun kaget, namun ia masih memasang wajah senyum di mukanya. "Maaf Mah."
"Nih pake buat besok ketemu Tuan muda. Kamu harus jaga sikap ya Ra! jangan malu-maluin saya." ucap tegas David.
"Ta-tapi."
"Gaada tapi-tapian! udah nurut aja! udah seharusnya kamu bales kebaikan kami yang mau nampung kamu disini!" sambung Ratna dengan pandangan tajam ke arah Rara.
Rara yang melihat itu pun menundukan kepalanya, Matanya sudah mulai memerah sekarang.
"Tuh," Nindi melemparkan baju yang dipegangnya tadi kearah Rara dengan kasar.
Rara yang melihat itu langsung menangkapnya. Rara sudah tidak kuat sekarang, ia ingin sekali meluapkan kesedihannya selama ini namun lagi-lagi keberaniannya yang membuatnya takut untuk mengungkapkannya.
"Udah sana ngapain masih disini."
Rara lantas melangkah tanpa mengucapkan sepatah apapun ia menjatuhkan air matanya ketika sampai dikamar. Ia sudah tidak kuat dengan semua ini yang hanya bisa dilakukannya sekarang hanyalah berdoa dan berdoa.
Rara menatap gaun yang dipegangnya, cantik itu yang ada dipikirannya tentang gaun ini.
"Hah!" Rara menghela nafasnya pelan. "Ini pasti gaun yang mahal dilihat dari pembuatnya aja ini pasti barang branded."
Rara mengetahui semua yang berhubungan dengan desainer karna dia pun ber-frofesi yang sama.
flasbck
"Pahhh, aku dapet beasiswa masuk jurusan desainer di uni-"
"Gak! kamu gausah kuliah, nambah beban aja! udah cukup saya sekolahin kamu dari SD." ucap tegas David ketika melihat putri kandungnya itu datang ketika sudah melesaikan kelulusannya.
"Tauu! percuma kamu kuliah juga otak kamu itu gabakal nyampe! sayang juga duitnya." lanjut sang Mamah tiri.
"Tapi mah, beasiswa kan ga-perlu bayar." ucap Rara dengan tertunduk, ia sudah lama mendambakan kuliah jurusan desainer.
"Tetep aja! belum biaya buku? biaya lainnya? udah, kalo dibilangin nurut aja sih susah banget!" ucap Mamah nya itu.
"I-ya." jawab pasrah Rara.
"Mamah Papah, aku mau lanjutin di Universitas Indonesia yahh mau ngambil jurusan Dokter." ucap Nindi ketika baru sampai kerumah.
"Dokter? wahh anak mamah hebat banget mau masuk jurusan itu. Nanti pas kamu udah lulus, kita langsung daftar oke?" ucap Ratna dengan tersenyum melihat anak kesayangannya itu.
"Iya sayang papah juga akan dukung kamu." senyum dari papahnya itu mengembang ketika mendengar anaknya ingin masuk jurusan Kedokteran.
Sedangkan Rara menatap ketiga orang didepannya itu dengan pandangan kecewa, ia seperti anak yang sudah tidak dianggap, ia memendam perasaan sakit hatinya dengan senyum masam diwajahnya. Tanpa diketahui keluarganya ia menjalankan semuanya sendiri tanpa seorang pun tau dan menutup rapat rapat semuanya.
↔↔↔
Terimakasih sudah membaca❤
Nextt? sampai jumpa dipart selanjutnya!😗
Revisi selesai✔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
rara tangguh jga siiip
2021-08-30
0
Leni Ani
nanti kl kamu udah di syg sm tuan muda balas dedam mu sm keluarga tirih mu itu rara
2021-08-12
0
Kar tini
baru baca tapi udah fav aja ni novel😍
2021-07-16
0