HAPPY READING GUYS🍁
"Hey! bangun." sahut seorang wanita berumur ketika berada di sebuah kamar yang berukuran kecil. Wanita itu menatap sesosok gadis dihadapannya yang masih tertidur pulas.
Hari sudah menunjukan pukul 4 pagi namun sepertinya sang empu pemilik kamar masih asik memejamkan matanya.
Byurr!
Ratna menyiramkan air yang ia pegang ke arah anak tirinya yang masih terlelap.
Rara yang merasakan ada yang menguyurnya dengan air dingin pun langsung terbangun.
"Kamu ya! malah enak-enakan tidur. Bangun! itu banyak pekerjaan rumah yang harus kamu selesaikan, cepetan!" sentak Ratna dengan mata tajam menatap Rara.
Rara segera melihat kearah jam yang terletak di atas lemari. Ia pun sekilas melihat jendela disampingnya, langit diatasnya masih gelap yang artinya hari masih cukup pagi.
"Iy-ya Mah." jawab Rara dengan menundukan kepalanya karna mendapat tatapan tajam dari arah wanita didepannya.
Setelah medapatkan jawaban akhirnya Ratna keluar dari kamar itu dan melangkahkan kakinya ke kamar atas.
"Semangat!" gumamnya dengan bangkit dari kasurnya. Rara mendekat kearah cermim yang ada di kamarnya ini, ia menatap matanya yang bengkak karna tangisan kemarin malam.
Rara pun menuju kearah kamar mandi yang terletak di dapur, ia mencuci mukanya agar lembapan di bawah matanya hilang.
"Non."
"Astagfirullah Bi Jum ngagetin aja." Tiba-tiba dari arah belakang tubuh Rara terdengar suara yang membuat Rara tersentak kaget.
"Hehe bibi ga sengaja Non. Eh biar bibi aja." jawab Bi Jum ketika ia melihat Rara mulai memainkan tangannya di wastafel.
"Udah biar Rara aja yang nyuci piring. Bibi siapin yang lain-nya aja." ucap Rara dengan tersenyum.
Bi Jumi atau yang biasa disapa Bi Jum itu adalah asisten rumah tangga dirumah ini. Ia sudah kerja dirumah ini ketika Rara baru lahir jadi ia tahu bagaimana sifat Tuannya itu kepada anak kandungnya. Apalagi setelah menikah Tuannya itu malah lebih menyayangi istri barunya ketimbang Nona nya ini.
Kadang Bi Jum kasian melihat Rara diperlakukan seperti ini oleh Ibu sambungnya namun Bi Jum tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta pertolongan kepada Tuhan agar Tuan nya itu membuka pintu hatinya untuk anak kandungnya sendiri.
"Yaudah kalo gitu Bibi kedepan dulu ya Non."
"Oke Bi." ucap Rara dengan tersenyum, ia menganggap Bibinya itu adalah ibu ke-2 baginya karna sedari Rara kecil Bi-Jum lah yang merawatnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi, Rara pun cepat-cepat merapihkan meja makan karna sebentar lagi adalah sarapan pagi.
Tak lama Rara pun melihat orang tuanya itu dan adik tirinya sedang melangkah menuju meja makan.
"Ra tolong dong kursi nya gue mau duduk nih tangan gue baru beres perawatan kemarin, sayang takut kotor." ucap Nindi ketika sampai di meja makan.
Rara yang mendengar itupun hanya diam, ia kecewa karna diperlakukan seperti pembantu di rumah Ayah kandung nya sendiri.
"Woy! denger ga sih?"
"Iya." mau tak mau Rara pun akhirnya memajukan kursi yang akan di duduki Nindi. Nindi yang melihat itu hanya tersenyum puas ketika melihat pandangan sedih kaka tirinya.
"kamu jangan lupa nanti siang ke Restauran yang kemarin saya kirim alamatnya kenomor kamu." ucap David tanpa menatap Rara dingin.
Rara mengangguk singkat. "Iya Pah."
"Yaudah sana, ngapain masih disini.' ucap mamah tirinya ketika melihat Rara masih diam ditempatnya.
Rara yang mendengar itu pun langsung melangkahkan kakinya menuju dapur, kenapa ia tak makan bersama keluarganya? ya karna Ratna tidak ingin melihat anak tirinya itu duduk di meja makan. Ia menganggap bahwa Rara hanyalah pembantu yang kerja nya mengurus rumah dan melaksanakan apa yang diperintahkan, itu pikirnya.
Dilihat namanya saja Maura natalie, sedangkan David memiliki marga keluarga yaitu Santoso namun Maura memang tidak diberikan nama marganya. Entah apa yang ada dipikiran papahnya itu, ia tidak mau anaknya memakai marga keluarganya, David benci jika harus memanggil Rara anak sedangkan Nindi yang hanya anak tirinya itu mendapatkan nama marga papahnya dibelakang nama panjangnya, Nindi putri santoso.
Di setiap ruangan hanya dipenuhi foto-foto mereka bertiga. Tidak ada foto Rara ataupun almarhum Ibu Rara.
Ibu? kapan Papah menganggapku anaknya?
___
Kenzo duduk diatas kursi kebanggaan nya sembari melihat kearah jendela luar yang terpangpang jelas pemandangan padatnya jalan raya dikota jakarta.
drtttt!
Mom is calling...
Mendengar suara itu membuat Kenzo mengalihkan tatapannya kepada ponsel dihadapannya. Ia melihat layar telponnya yang tertera nama Mamahnya itu, lantas Kenzo pun segera mengangkatnya.
"Iya Mom."
"......"
"Aku sudah mempunyai calon istriku sendiri."
"......."
"Nanti sore."
"......."
"Hm." Setelah selesai Mominya itupun mengakhiri sambungan teleponnya.
Kenzo tak sabar bertemu dengan wanita yang menarik perhatiannya, ia cukup memikirkan bagaimana sekarang wajah dari gadis itu. Apa mengalami perubahan? atau malah masih sama seperti dulu? tak lama Kenzo pun melanjutkan kembali pekerjaannya dengan tenang.
___
Jam sudah menunjukan pukul 11 siang. Rara yang telah menyelesaian tugasnya itu pun segera melangkahkan kaki menuju kamar-nya. Ia teringat ucapan ayahnya itu untuk menemui Tuan muda siang ini jadi Rara harus bersiap-siap mulai dari sekarang.
Setelah mandi dan mengenakan dress pemberian kemarin, Rara pun mempoleskan sedikit bedak agar kantong hitam di mata bawahnya tidak terlihat.
Ia pun berjalan keluar dari kamarnya dan melangkah untuk keluar dari rumah ini. Saat sampai di ruang tamu Rara melihat ada seorang Laki-laki yang sedang berbincang dengan Ibu tirinya.
Ratna yang melihat Maura keluar dari arah dapur pun menyapanya dengan hangat.
"Eh Rara sayang, udah siap-siap kan? ini ada sekertaris Hans yang menjemput kamu." Ucap Ratna dengan halus namun sorot matanya melirik tajam kearah Maura.
kenapa Mamah bersikap baik padaku?
"Sudah Ma." balas Rara dengan tersenyum.
Hans yang melihat itu pun hanya diam. Sebenarnya ia tau bagaimana sifat Ratna kepada Rara karna Hans sudah banyak mengetahui tentang gadis yang akan menjadi Nona mudanya. Ibu tirinya itu hanya berpura-pura karna ada Hans disini.
"Yasudah kamu ikuti dia, Sekertaris Hans dia yang bernama Maura."
Hans yang sedari tadi hanya memperhatikan gerak-gerik Ratna pun mengalihkan pandangannya kearah wanita yang bernama Maura. Kasian itu yang ada dibenaknya sekarang. Ia melihat ada beberapa bekas luka ditangan gadis itu, entah bekas apa namun yang jelas Hans sudah mengetahui semua selak seluk Keluarga ini.
"Yasudah mari nona, Tuan sudah menunggu." setelah mengucapkan pamit Hans langsung melangkahkan kakinya menuju arah luar.
Maura yang melihat itu segera bergegas menyusul namun sebelum ia melangkah Ibunya itu menatap kearahnya "Ingat ya, kamu harus turuti apa mau Tuan Muda." ucap Ratna dengan suara berbisik karna Ratna takut suaranya terdengar sampai ke telinga sekertaris Hans.
Rara hanya menganggukan kepalanya dan melanjutkan langkahnya menyusul sekertaris Hans.
Sekertaris itu berjalan menuju mobil yang terparkir indah di halaman rumah Papahnya.
Bagus sekali mobilnya
Hans yang melihat Rara berjalan kearah mobil itupun segera membukakan pintu nya.
"Mari nona." ucap ramah Hans namun tidak terlihat senyum diwajahnya.
"Terimakasih." balas Rara dengan tersenyum.
Setelah memastikan nona nya itu duduk, ia pun menutup dan berjalan menuju bagian pengemudi di mobilnya.
"Kita jalan sekarang Nona."
"Baik." singkat Rara.
Di perjalanan Rara hanya mengalihkan pandangannya melihat kearah luar jendela. Ia melihat banyak gedung-gedung menjulang tinggi disini, seketika senyum diwajah Maura mengembang. Rara senang karna dirinya bisa keluar menikmati udara dan pemandangan kota ini. Ya, sudah semingguan ini Rara hanya berdiam diri dirumah dan melakukan banyak kegiatan yang menguras energi dan juga hatinya.
Hans menghentikan laju mobilnya didepan sebuah Restaurant mewah "Sudah sampai nona." Hans segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Rara keluar.
Rara yang melihat pintu mobil yang dia tumpangi pun turun, Ia menatap Hans dengan tersenyum lagi. "Terimakasih."
Gadis ini murah senyum sekali
"Sudah tugas saya Nona, Mari saya antarkan."
Akhirnya mereka berdua berjalan masuk menuju kedalam Restaurant itu, Hans membawa Rara pergi kedalam ruangan yang sudah dipesan Tuan muda nya.
"Tuan." Ucap Hans ketika melihat Tuan mudanya sedang serius menatap hp yang berada ditangannya.
Kenzo yang mendengar itu pun mengalihkan pandangannya kearah dua orang yang dia tunggu sedari tadi.
Rara yang berada dibelakang hans pun melihat siapa Tuan muda yang dimaksud.
Seketika Mata Rara membulat tak percaya melihat siapa orang di hadapannya.
Deg!
Tuan Kenzo?!
↔↔↔
Jangan lupa untuk dukungannya ya! terimakasih sudah membaca😗
Revisi selesai✔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Nofriyanti Vivi
💕💕💕
2021-06-17
0
Zira
😃
2021-05-18
0
Diana Handoyo
sip
2021-05-04
0