Eps. 3

"Wuihhh... Anak sultan kesayangannya Bapak Kenan, akhirnya datang juga!" Celetukan nyaring dari Rio yang melihat kedatangan Kenzo ke dalam kelas mereka, sama sekali tak dihiraukan oleh cowok itu.

Dengan tampang sok coolnya, Kenzo melangkah menduduki kursi yang selama kurun waktu sebulan terakhir ini telah menjadi singgasananya di kelas XI IPS 4.

"Tumben lo telat?" Pertanyaan Alex yang tengah duduk di bangku urutan keempat dari depan dan bersejajaran dengan yang ditempati Kenzo dan Juna, sontak mendapat tatajam tajam dari Kenzo.

Juna dan Alex lantas terkejut dengan respon garang sahabat mereka. Kedua cowok berbeda watak itu saling pandang. Lalu setelahnya, tatapan mereka kembali tertuju pada Kenzo.

"Ini semua gara-gara lo pada! Coba aja kalo kalian enggak dateng kecepetan ke sekolah! Mana ada tuh gue telat sampe naek ojol segala ke sini! Mau ditaro di mana muka ganteng gue, coba?!"

Kelima sahabatnya yang terdiri dari Juna, Alex, Rio, Haykal dan Azka, spontan langsung tertawa ngakak mendengar penuturan yang baru saja dilontarkan seorang Kenzo.

Haykal yang posisi mejanya berada di sebelah kiri meja yang ditempati Juna dan Kenzo, menepuk kuat bahu Kenzo seraya tertawa tiada henti.

"Sakit, b*go!" Kenzo membalas garang, yang membuat Haykal spontan menghentikan tawanya dan kemudian disusul yang lain.

"Ya, sorry, Bro! Denger cerita lo barusan, bikin kita-kita ngakak. Ye gak?" Haykal menyeru, seraya meminta persetujuan pada keempat sahabatnya.

"Yo'i!" Balas Alex, singkat. Sembari geleng-geleng kepala saat kembali mengingat penuturan Kenzo soal dirinya yang datang ke sekolah naik ojek online.

Bukan apa-apa. Hanya saja, seorang Kenzo Jiran Bagaskara, anaknya seorang sultan, pergi sekolah naik ojek online?! Enggak salah?!

Benar kata Kenzo tadi. Mau ditaruh di mana muka ganteng cowok itu?

"Tapi, bukannya ini udah masuk, ya? Tadi kan, Pak Ucup juga sempet ngabsen kita," perkataan Rio sontak mengalihkan fokus kelimanya.

"Iya juga ya, Yo!" Juna menyahut setuju. Rio mengangguk membalas.

"Pintu gerbang otomatis udah ditutup, kan? Terus lo kenapa bisa masuk ke sini, Zo?" Pertanyaan datar dari seorang Alex, disambut cengengesan kuda oleh Kenzo.

Cowok itu dengan santainya menyandarkan punggungnya pada punggung kursi, seraya tersenyum misterius. Mengundang beribu tanya bagi kelima sahabatnya, Juna, Alex, Haykal, Rio dan Azka.

"Iya, sih. Tapi, ini kan Kenzo! Apa sih yang enggak mungkin bagi seorang Kenzo Jiran Bagaskara?! Iye, gak?" Kenzo menatap satu-persatu sahabatnya sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

Kelima sahabatnya hanya membalas dengan helaan napas lelah. Penyakit songong dari sahabatnya yang satu ini kembali kumat rupanya. Benar-benar watak turunan dari sang papa, Kenan.

"Iyain deh, biar fast." Balas Azka. Lalu membenarkan posisi duduknya yang letaknya di belakang tempat duduk Haykal.

"Ah... ah... faster," Haykal membalas usil sekaligus mesum, membuat kelima sahabatnya spontan meneriakinya. Bahkan tak ayal mereka juga menempeleng kepala berisi otak gesrek Haykal.

"Jangan mulai deh," Kenzo berkata memperingati. Dan cowok yang diberi peringatan oleh Kenzo, hanya menyengir tanpa dosa.

"Sok alim lo, Zo! Kek enggak pernah aja," celetuk Haykal. Kelimanya kembali tertawa receh.

"Yeeh. Kagak tahu, lo! Gue sering," balas Kenzo. Kelimanya kembali tertawa dengan volume yang naik satu oktaf.

Namun, tawa mereka harus berhenti di tengah jalan, kala Pak Ucup yang pergi tak bilang-bilang dan datang tak diundang, kini memasuki ruang kelas XI IPS 4 dengan tampang garangnya yang telah menjadi ciri khas seorang Pak Ucup.

Sebenarnya, namanya Yusuf Khoirudin. Dan katanya, salah satu murid dari alumni lama pernah memanggil guru tersebut yang awalnya dipanggil Yusuf, menjadi Ucup akibat ketidak sengajaan.

Dan entahlah. Ketidak sengajaan itu malah berujung panjang dan pada akhirnya, guru yang dulunya mengajar matematika di kelas sepuluh itu, nama panggilannya pun berubah menjadi Pak Ucup.

Bahkan, guru-guru lain pun memanggilnya dengan begitu.

"KENZO!" panggil Pak Ucup. Kala netranya kembali menangkap sosok tengil yang tak lain adalah Kenzo, murid didikannya sendiri.

"Gue lagi," gerutu Kenzo.

Juna yang duduk di sebelah cowok itu menepuk pelan bahu sahabatnya. "Ya, kan di sini emang elo biang onarnya," kata Juna. Bukannya menghibur, malah mengompori.

Kenzo memilih menatap tajam Juna, sebelum pada akhirnya berdiri dari kursinya.

"Hadir, Pak!" Seru Kenzo, ngasal. Membuat seluruh siswa di kelas XI IPS 4 tertawa ngakak, atas tingkah selengean seorang Kenzo.

Kenzo dengan tampang sok watadosnya, kembali menduduki kursinya seraya membenarkan posisi blazer biru dongker kebanggaan SMA Naruna.

"Saya enggak lagi ngabsen, Kenzo!" Penuturan Pak Ucup yang menekan kalimatnya, tak membuat Kenzo lantas gentar.

"Lha, terus? Tadi Bapak ngapain dong manggil-manggil nama saya kalo bukan ngabsen?"

"Ke mari!" Panggilnya. Kenzo lantas menurut seperti anak baik.

Ketika dirinya telah sampai di hadapan sang guru dengan senyum anehnya, Pak Ucup langsung menarik tangan cowok itu agar berdiri di belakang sang guru.

"Diam dulu di sini!" Peringat Pak Ucup. Kenzo hanya mengangguk malas seraya berkata, "Iya, Pak."

Fokus Pak Ucup yang semula menatap garang Kenzo, kini beralih menatap seluruh murid-muridnya yang beranggotakan 59 orang.

"Kalian sudah mengerjakan apa yang Bapak suruh tadi?" Pertanyaan Pak Ucup, mengejutkan seluruh murid-muridnya.

Mereka saling menoleh pada teman sebangku dan saling bertanya keheranan, sejak kapan Pak Ucup memberikan mereka tugas?

Pasalnya, tadi Pak Ucup hanya mengabsen lalu marah-marah tidak jelas saat mengetahui salah satu muridnya tidak masuk kelas. Lalu setelah mengabsen, Pak Ucup keluar kelas dengan mengomel nama salah seorang muridnya.

Siapa lagi kalau bukan Kenzo? Murid bangor kelewat nakal keturunan asli Keluarga Jiran. Anak lelaki dari sepasang suami istri Kenan Jiran Bagaskara dan Chelsea Nolla Bravani.

Untung anaknya sultan! Kalau bukan? Sudah pasti si Kenzo telah dicabik-cabik oleh Pak Ucup.

"Lha? Kapan Bapak ngasih tugas? Bapak pikun atau gimana, si? Tadi kan Bapak masuknya cuman ngabsen sama marah-marah doang," Haykal yang memang tipe mulut ceplas-ceplos, bersuara mewakili teman-teman sekelasnya.

"Nah, betul itu! Kapan Bapak ngasih kita tugas! Ye gak, Ma?" Juna ikut nimbrung, namun berakhir meminta persetujuan seorang gadis yang duduk di bangku paling depan dekat dengan pintu masuk. Alma.

"Idih! Apaan si lo, Jun! Ngapain nanya-nanya gue!" Gadis itu, Alma, membalas garang pada Juna.

Sedangkan Juna? Cowok itu menyengir tanpa dosa. Tanpa menyadari raut wajah salah satu sahabatnya yang berubah garang, tengah menatapnya.

"Ngapain lo bawa-bawa nama Alma!" Rio menyahut garang yang ditujukan untuk Juna.

Respon semua murid termasuk geng Kenzo yang terdiri dari Kenzo, Juna, Azka, Haykal, dan Alex, merespon heboh. Hanya saja, Alex tidak terlalu heboh. Karena dia memang tipikal cowok kalem.

"Wuidiihhh... bucinnya Neng Alma ngamuk, guys! Kalem ae napa Bro!" Azka geleng-geleng kepala, menanggapi sikap cemburuan Rio.

Sudah bukan rahasia lagi jika seorang Rio naksir dengan gadis bernama Alma. Selain karena gadis bernama Alma itu cantik dan berwajah polos, Alma juga tipikal cewek yang jarang sekali dekat dengan cowok.

Dan sebuah kejujuran tentang gadis itu yang katanya belum pernah berpacaran, menambah kesan plus di mata Rio.

Singkatnya, Rio menyukai Alma dan pernah menembak cewek itu waktu kelas sepuluh. Namun, tidak ada jawaban maupun penolakan dari Alma. Membuat perasaan Rio digantung begitu saja.

"Diem, lo!" Respon garang Rio, ditujukan pada Azka.

Sedangkan Azka? Dia memilih diam, karena tahu jika sahabatnya sudah dalam mode garang seperti ini, tidak akan ada obat penawarnya. Kecuali satu! Alma.

"Hush! Kalian ini! Bisa diam dulu tidak? Atau mau ikut dihukum seperti si Kenzo?" Sahutan garang dari Pak Ucup, mengheningkan suasana.

"Enggak, Pak." Balas serempak murid-muridnya, membuat Pak Ucup memilih menghela napas.

"Ya sudah. Dengar ini baik-baik! Saya punya pengumuman untuk kalian semua, bahwa kelas kita kedatangan murid baru dari sekolah lain. Mohon untuk kalian semua bersikap baik pada dia," perkataan Pak Ucup barusan menjadi pembuka.

Semua murid kelas XI IPS 4 pun yang awalnya hening, mendadak ricuh seketika. Mereka saling bertanya kepo pada beberapa siswa maupun siswi yang mungkin saja tahu, siapa murid baru itu.

"Hei! Diam, diam, diam, diam! Kalian ini kok berisik! Enak ya, berasa di pasar, huh?" Pak Ucup kembali menyahut, membuat kelas tersebut kembali hening.

"Kalau kalian penasaran, kenapa gak nanya sama saya?" Perkataan Pak Ucup, sontak membuat beberapa murid bertanya tiada henti padanya.

"Namanya siapa, Pak?"

"Cewek apa cowok, Pak?"

"Pasti cewek kan, Pak!"

"Cowoklah! Pasti ganteng, iya kan, Pak?"

"Aduh, Pak! Murid barunya mana ini? Kita udah gak sabar pengen liat!"

Pak Ucup kewalahan. Kepalanya celingukan menatap ke sana ke mari, hanya untuk mendengar pertanyaan dari para muridnya.

Semakin pusing karena pertanyaan yang kian merentet, Pak Ucup berteriak sehingga membuat satu kelas hening seketika. Lagi.

Pak Ucup lantas kembali menghela napasnya seraya geleng-geleng kepala.

"Nanyanya dimohon satu-satuuuu, aduuhhhh... Bapak pusing ini! Kalian ini benar-benar, ya!" Pak Ucup mengurut pangkal hidungnya dengan kesal.

Murid-muridnya malah cekikikan sembari menunduk sok patuh.

"Bapak enggak mau jawab! Lebih baik kita tungguin saja murid barunya masuk, dan semua pertanyaan kalian akan terjawab!" Ucapnya garang. Membuat beberapa siswa maupun siswi merespon kecewa.

"Karena murid barunya belum datang, kita kembali ke pembelajaran!" Kata Pak Ucup. Membuat semua muridnya menghela napas lelah.

Pak Ucup lalu memilih berjalan menduduki kursi guru kebesarannya.

"Pak!" Kenzo yang sedari tadi berdiri di depan papan tulis, menyahut guru tersebut.

"Hem," Pak Ucup merespon singkat, dengan fokus sepasang netranya yang tertuju pada lembaran demi lembaran kertas di atas mejanya.

"Ini saya gimana?" Pak Ucup yang sejak beberapa saat yang lalu sibuk pun, perlahan mulai menoleh pada Kenzo. Lalu menatap cowok tengil itu dari atas sampai bawah.

"Ya, kamu di situ dulu! Kamu kan, sedang dihukum! Nanti kalau murid barunya datang, hukuman kamu Bapak jamin, selesai!" Ujarnya. Dan dengan pasrah, Kenzo pun menurut selayaknya murid baik.

Tiga puluh menit telah berlalu. Pembelajaran dengan mata pelajaran Matematika telah berjalan hampir setengah jam lamanya.

Semua murid kelas XI IPS 4 sudah muak dengan pelajaran Matematika yang begitu sulit dan memusingkan. Khususnya bagi Kenzo. Cowok itu sudah lelah berdiri di hadapan semua teman-temannya.

Dan lagi, mereka saat ini sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa murid baru itu yang katanya akan datang hari ini. Pikiran seluruh murid terbelah menjadi dua, antara memikirkan tentang soal di depan papan tulis dan murid baru yang belum juga datang sampai detik ini.

"Pak!" Kenzo yang mulai jengkel dan lelah berdiri, akhirnya menyuarakan protesnya.

"Ini murid barunya kapan datengnya, si? Saya udah capek nih, berdiri di sini terus! Gak liat apa, Pak, muka saya sampe keringetan gini?"

Pak Ucup yang semula sibuk menuliskan contoh soal di atas papan tulis pun segera menghentikan aktivitasnya. Tatapannya pun kini beralih menatap pada Kenzo.

"Benar juga kamu, Kenzo!" Balasan Pak Ucup, benar-benar diluar dugaan Kenzo.

Guru yang memiliki perut buncit, tubuh pendek dan kumis baplang itu, langsung berjalan ke arah mejanya dan meraih ponselnya, lalu mengotak-atik benda tersebut yang Kenzo tebak akan menelpon seseorang.

Dan benar saja. Pak Ucup mulai menempelkan ponselnya itu pada salah satu daun teliganya. Lalu setelahnya, Pak Ucup mulai bersuara.

"Halo, Pak Kepala Sekolah!"

"...."

"Soal murid baru yang akan tinggal di kelas saya itu, datangnya mau kapan ya, Pak?"

"...."

"Ah, kelas saya, XI IPS 4, Pak!"

"...."

"Oh, begitu ya, Pak! Kalau begitu, terima kasih Pak, atas infonya."

"...."

"Iya, mari Pak."

Setelah menutup panggilannya yang diyakini baru saja menghubungi kepala sekolah, Pak Ucup mulai meletakan kembali ponselnya itu di atas meja seraya mengembuskan napas berat.

"Gimana, Pak? Murid barunya dateng hari ini kan?" Kenzo kembali bersuara.

Bukan karena kepo dengan siapa murid baru itu. Akan tetapi, dirinya sudah tidak tahan ingin kembali duduk di singgasananya, alias kursi duduknya.

"Maaf, murid-murid! Murid barunya tidak jadi datang! Mungkin besok, karena tadi kata Pak Kepsek kita, orang tua dari murid baru itu baru saja memberi kabar. Jadi, rasa penasaran kalian ditunda dulu, ya," Pak Ucup menyuarakan sedikit rasa bersalahnya pada murid-muridnya itu yang dibalas seruan kecewa seluruhnya.

"Terus ini saya gimana dong, Pak?" Kenzo yang memang tipikal cowok bawel dengan sifat beragam lainnya, kembali menyuarakan protesnya.

Pak Ucup kembali mendengus. "Ya sudah, kamu bisa kembali ke meja kamu!" Ujarnya. Membuat Kenzo spontan berucap "yes" dengan tampang yang begitu menyebalkan.

...**Cast tambahan:...

...Alma**...

...****...

"Kira-kira, murid baru di kelas kita siapa, ya?" Juna yang sedang menikmati kuah bakso di sebuah kantin sekolah bersama Kenzo cs, bersuara.

By the way, saat ini seluruh siswa-siswi SMA Naruna telah masuk jam istirahat dari sepuluh menit yang lalu.

"Ceweklah pasti!" Balasan Haykal, disambut heboh oleh geng Kenzo cs. Terutama Juna, Kenzo dan Azka. Sedangkan Rio dan Alex? Keduanya memilih diam dan biasa saja.

Kalian pasti tahulah, kalau Rio merespon biasa saja seperti itu karena dirinya tidak suka membahas perempuan lain selain Alma. Rio adalah tipikal cowok setia, walaupun perasaannya digantung begitu saja.

Sedangkan Alex? Dia tipikal cowok kalem yang tidak terlalu 'wah' jika membahas soal perempuan. Baginya, lebih baik fokus sekolah dan belajar. Itu yang lebih penting.

"Gue sih berharap cewek! Biar bisa dijadiin target selanjutnya, eaaa..." ujaran Kenzo, dibalas seruan heboh yang lainnya.

"Gua ngikut, ah," sahut Juna, yang dibalas setuju oleh Haykal.

Bisa dibilang bahwa Kenzo, Juna dan Haykal adalah ketiga cowok playboy yang hobinya mempermainkan perasaan perempuan.

Apalagi Haykal. Cowok itu bahkan pernah beberapa kali menikmati cewek-cewek yang pernah menjadi pacarnya, lalu setelah mendapatkan apa yang dia mau, Haykal pun akhirnya melepaskannya.

Berengsek memang. Tapi itulah Haykal.

Sedangkan Juna dan Kenzo, keduanya tidak seperti itu. Mereka berdua memilih gonta-ganti pacar ketimbang merusak dengan embel-embel berupa icip-icip.

"Dasar sekumpulan cowok fakboy lu pada!" Gerutuan Alex, dibalas seruan tidak terima oleh ketiganya, Kenzo, Juna dan Haykal.

"Yeeh. Biar kata kita fakboy, yang penting ganteng. Iye, gak?" Kenzo menyeru, yang dibalas setuju oleh Juna dan Haykal. Sedangkan Azka memilih bungkam setelah bakso pesanannya tiba di hadapannya.

"Dan yang terpenting, banyak duitnya, hahahaa." Timpal Haykal. Membuat Kenzo dkk tertawa seraya geleng-geleng kepala.

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Dan yang datang Kembaran menyebalkannya si Kenzo..🤣🤣🤣🤣🤣

2021-07-06

1

Rini Sarmilah

Rini Sarmilah

kenzo bungkam mulut karena lapar😁😁😁😁👍

2021-06-06

0

mbak i

mbak i

kira kira kenzo pingsan nggak ya waktu murid baru Dateng😁😁😁

2021-04-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!