Yes! We Are Twins

Yes! We Are Twins

PROLOG

...Kenzo Jiran Bagaskara...

Sebuah mobil sport berwarna merah terang baru saja memasuki area parkiran sekolah, yang mampu menarik perhatian para siswa dan siswi sekolah menengah atas yang berada di area sekitaran parkiran.

Para siswi yang tahu siapa pemilik mobil tersebut pun mulai saling berkerumun, berteriak, dan bahkan saling dorong mendorong hanya untuk melihat sang pemilik mobil tersebut.

"Kyaaa!!! Kenzoo!!!"

"Gilasehh! Udah berminggu-minggu gue gak liat diaaa!!!"

"Jadi penasaran mukanya kek gimana!? Makin ganteng kali yaaa,"

"Itu kakel kita yang terkenal karena ceweknya di mana-mana itu?"

"Kyaaa!! Malaikatkuuuu!!!"

Teriakan demi teriakan itu terus bersahutan. Seolah tak pernah bosan, mereka tanpa henti terus saja meneriaki nama Kenzo seperti itu.

Kenzo yang sedari tadi namanya terus diteriaki pun akhirnya mulai keluar dari mobil mewahnya. Sebuah kacamata hitam dengan blazer berwarna biru dongker khas kebanggaan SMA Naruna yang sengaja dia sampirkan di bahu kirinya, terlihat cool, membuat para siswi berteriak histeris kepanasan.

"Anjay, gilaak ganteng bangeeett!!!"

"Pantes aja sih ceweknya banyak, orangnya aja ganteng gitu. Gue juga mau kali jadi salah satu pacarnya!"

Kenzo atau pemilik nama lengkap Kenzo Jiran Bagaskara, anak lelaki dari sepasang suami-istri Kenan Jiran Bagaskara dan Chelsea Nolla Bravani yang usianya telah memasuki usia 17 tahun. Masuk kelas XI tahun ini.

"Lex!" Kenzo menyahut salah satu sahabatnya yang baru saja turun dari mobil sport lain, seraya memakaikan blazer di tubuhnya.

Alex atau sering dipangil Lex oleh teman-temannya, berjalan cool seraya membenarkan posisi blazer yang dia kenakan. Rambutnya yang sedikit berponi tampak dipomade ke atas. Memperlihatkan jidat paripurnanya yang membuat para siswi oleng, saking gantengnya.

Wajahnya yang tampan, dan wataknya yang kalem sekaligus berotar pintar, seringkali mendapat pernyataan cinta secara terang-terangan dari beberapa siswi. Khususnya, dari kalangan para senior.

Oh ya, Alex sering dijuluki sebagai ' Cowok Sejuta Fans'. Mungkin karena lelaki itu terlalu tampan, makanya dia dijuluki begitu. Namun, Alex tidak pernah menggubrisnya. Dia hanya diam, dan acuh tak acuh. Sangat bertolak belakang dengan Kenzo.

"Langsung ke kelas?" Sahutan Alex yang ditujukan pada Kenzo, mendapat respon berlebihan dari para siswi yang masih berada di sekitaran sana.

"Gilaaakk!! Alex suaranya adem banget!"

"Aah... punya gue ituuu..."

Alex mendengus sebal mendengar teriakan para siswi yang menurutnya begitu menjengkelkan. Sementara Kenzo? Dia hanya diam dan tak terlalu memedulikan. Terkadang, Kenzo juga akan membalas teriakan para siswi dengan memberikan flying kiss kepada mereka.

Dan respon para siswi? Jangan tanya! Kalian tahu pasti respon mereka seperti apa. Histeris dan paling parahnya, pingsan di tempat!

"Ntar. Nunggu si Haykal sama yang lain, biar barengan!" Balas Kenzo, seraya menyandarkan punggungnya pada badan mobil sport miliknya.

Kenzo, Alex dan Haykal adalah perkumpulan cowok-cowok ganteng namun bertingkah somplak dan absurd semasa kelas sepuluh. Tidak! Masih ada lagi! Bukan hanya mereka bertiga.

Tak butuh waktu lama bagi Kenzo dan Alex menunggu, bunyi klakson mobil yang merentet dibarengi dengan kedatangan tiga buah mobil yang baru saja memasuki area tempat parkir, mengundang senyum di wajah Kenzo.

Cowok itu dengan sok cool-nya, menaikkan salah satu tangannya berniat untuk menyahut sohib-sohibnya yang lain.

"Enggak usah lo sahut juga mereka bakal nyamperin." Suara datar milik Alex, menghentikan niatan Kenzo untuk berteriak menyahuti para teman-temannya.

"Iya juga ya, haha." Balas Kenzo, ngakak sendiri. Dan Alex memilih diam tak menanggapi lebih.

Ketiga mobil sport tadi yang baru saja memasuki area parkiran sekolah, akhirnya para pemilik mobil tersebut mulai menampakkan diri mereka masing-masing.

Teriakan demi teriakan heboh para siswi semakin menjadi, kala netra mereka melihat kedatangan salah satu cowok yang begitu mereka idam-idamkan dari bentuk perawakan tubuhnya yang tinggi dan besar. Bukan gemuk! Lebih ke besar nan berotot. Juna atau pemilik nama lengkap Arjuna Wiratmaja.

Juna dengan ditemani dua orang temannya yang lain yang baru saja turun dari mobil mereka masing-masing, Rio dan Azka, berjalan ke arah dua sahabatnya yang telah menunggu kedatangan mereka.

"Wuihh... Bro! Udah lama kagak ketemu kita! Gimana kabar lo pada, Bro?" Kenzo menyambut hangat Juna, Rio dan juga Azka.

"Anjaaaay, gak tau aja lu pada! Kabar gue buruk, alias zonk! Ditambah nih ya, selama libur panjang ini gue diajarin bisnis sama bokap gue. Sialan banget gak sih?" Rio menyahut, membuat keempat sahabatnya menertawakan nasib libur panjang cowok itu yang berakhir mengenaskan.

"Kesian banget si, lo! Kek gue dong, molor ae gua mah di kasur. Cuman ya, ujung-ujungnya dimarahin si Mbok," Juna si pemilik badan gede menyela.

"Molor ae bisanya lu! Pantesan badan lo gede!" Azka yang sedari tadi diam menyimak, menimpali.

"Gede gini juga banyak cewek yang demen, btw," balas Juna. Kelimanya pun tertawa renyah.

"Si Haykal mana? Jangan bilang kalo tuh anak mau bolos lagi!?" Suara Alex yang datar, menghentikan tawa keempatnya.

"Bener juga! Si Haykal mana, Yo?" Juna beralih bertanya pada Rio.

"Kok lo nanya gue? Meneketehe,"

"Bahasa apaan tuh, Yo? Baru denger gue," Kenzo ikut menyela.

"Yang begituan aja kagak tau lo! Ketinggalan jaman banget dah, lu, Zo!" Balas Rio. Semuanya kembali tertawa. Garing memang, tapi begitulah nyatanya.

"Woy, Brother!" Suara teriakan dari arah belakang kelimanya, mengalihkan fokus mereka.

Seorang cowok dengan blazer yang tampak kesusahan ketika hendak dipakai, berjalan gontai ke arah mereka berlima. Dia, Haykal. Cowok yang sedari beberapa saat yang lalu tengah dibicarakan oleh Kenzo dkk.

"Baru nyampe lo?" Seruan ketus dari Azka, dibalas helaan napas panjang oleh Haykal.

"Kagak. Gue baru aja mau pulang nih," balas Haykal asal.

Kenzo dan Alex memilih geleng-geleng kepala atas sikap Haykal yang sama sekali tidak bisa berubah.

Bau alkohol yang cukup menyengat ketika cowok itu tiba diperkumpulan Kenzo dkk, membuat kelimanya kompak berpikir pada satu kemungkinan besar.

Haykal, cowok ini pasti habis mabuk semalam.

"Abis mabok lo?" Kenzo mengeluarkan pertanyaannya yang ditujukan pada Haykal.

"Iya, nih. Gue lupa kalo besoknya harus sekolah lagi, sorry." Balasnya seraya menyengir kuda. Dan yang lain hanya terdiam seraya memandang kecewa pada Haykal.

"Kurang-kurangin maboknya, Kal. Gak bagus buat kesehatan. Apalagi lo-nya masih SMA." Alex mengeluarkan nasihatnya. Dan yang diberi nasihat hanya menyengir tanpa dosa.

"Iye-iye, Lex! Gue usahain ye? Lo emang sahabat baik gua dah, yang selalu ngingetin gua mana yang baik dan mana yang salah," Haykal menerobos tubuh Azka dan Rio yang hampir menutupi tubuh Alex. Lengannya lalu terangkat untuk merangkul bahu Alex jantan.

Juna dan yang lain berdecak. "Alex doang sahabatnya. Kita bukan kayaknya," Kenzo berkata sok dramatis yang diangguki serempak oleh Rio, Azka dan Juna.

Alex dan Haykal terkekeh kompak. "Lo semua juga sahabat baik gue! Kita sahabat sejati, iye gak?" Seru Haykal, membuat teman-temannya menyahut setuju.

"Mending kita ke kelas. Pegel gue di sini terus," ungkap Kenzo.

"Masuk kelas pala lu, hah!? Kelasnya aja belom dibagi, ya kali, Bos!? Diem di sini aja napa?" Juna membalas ngegas pada Kenzo.

"Kalem dong, Jun. Ngegas ae lu!" Azka berucap, membuat Juna sontak mendelik padanya.

"Gue dari dulu emang kayak gini, njir!" Protes Juna. Kelimanya kembali tertawa.

"E-eh, btw, kok anak-anak pada ngilang? Perasaan tadi pas kita dateng rame banget, deh!? Kok sekarang jadi sepi?" Azka menyahut. Dan yang lain malah melirik ke sana ke mari untuk memastikan apa yang dikatakan Azka barusan.

Namun, baru saja salah satu dari mereka, yaitu Kenzo, melirik ke belakang, seseorang yang sangat familiar berjalan gontai ke arah mereka berenam dengan tampang yang begitu mengerikan.

Kenzo menepuk-nepuk bahu Rio cukup kasar yang kebetulan cowok itu berdiri di sampingnya. Rio tentu saja kesal dengan apa yang dilakukan Kenzo padanya.

"Dih, apaan si lo, Zo! Sakit, napa?!" Kenzo masih setia memukul keras-keras bahu Rio, karena cowok itu belum juga melirik ke belakang.

Sampai pada pukulan terakhir dari Kenzo, Rio berbalik dengan berbagai unek-unek yang siap ia lontarkan, namun terjeda kala melihat seseorang di hadapannya sudah berkacak pinggang dengan raut wajah tidak bersahabat.

Dan yah, seorang guru bertubuh tidak terlalu tinggi, berkepala botak, memiliki perut buncit dan berkumis baplang, tengah memerhatikan interaksi keenam siswanya.

Kenzo dan Rio menyengir tanpa suara. Keduanya sok-sok an menjadi anak baik-baik, padahal merekalah biang onar di sekolah ini.

"KENZOOO!!!" Pekikan guru tersebut menyadarkan Azka, Juna, Haykal, dan juga Alex yang sebelumnya masih tidak menyadari kedatangan salah satu guru mereka.

Tubuh keenam cowok itu seketika menegang, lalu mulai berbaris ke samping dengan tegap. Diliriknya, Pak Ucup, guru matematika kelas sepuluh, menatap mereka dengan tatapan garang.

Keenamnya sontak saling pandang ke arah masing-masing. Mereka bertanya-tanya lewat tatapan mereka. Lalu menjawab dengan mengendikkan bahu, merasa tidak mengetahui kenapa salah satu guru galak di sekolah mereka tersikap demikian.

"Pagi, Pak! Kenapa tampangnya udah garang aja, Pak? Oh ya, anak-anak lain mana, Pak? Kok, sekolah sepi? Pada pulang atau gimana nih Pak?" Dengan tampang selengeannya, Kenzo bertanya merentet pada guru tersebut. Membuat emosi sang guru langsung terpancing.

"Kalian berenam," Pak Ucup tampak berucap geram seraya menjeda sejenak ucapannya. "Masuk ke kelas kalian!" Lanjutnya, dengan nada suara tak bersahabat.

Keenamnya langsung cengo, seraya kembali saling menatap ke arah masing-masing.

"Lha? Emang kelas kita di mana, Pak? Kok gak ada yang kasih tau kita kelas kita di mana!?" Rio menyela. Tatapannya lalu beralih menatap pada Azka yang berada di sebelahnya.

"Kalian ini ya! Makanya kalau ada chat dari grup kelas itu baca baik-baik! Bukan malah ngegame, WA-an sama pacar! Kali-kali kek, bacain grup chat!" Cerocos Pak Ucup, membuat keenamnya berdesis pelan.

"Ya udah. Terus kelas kita di mana?" Pertanyaan Kenzo, membuat Pak Ucup sontak memelototi cowok itu.

"Enggak sopan kamu bicara sama guru! Kalian berenam masuk di kelas XI IPS 4, kelas saya! Cepat masuk kelas!" Bentak Pak Ucup. Seketika itu juga, Kenzo dkk langsung ngacir menuju kelas yang dimaksud sang guru.

Kelas XI IPS 4 yang berada di lantai tiga. Bangunannya menghadap lapangan luas milik SMA Naruna.

...Cast tambahan:...

...Alexi Erza Adhitama...

...Azka Argi Naruna...

...Rio Guinanda...

...Arjuna Wiratmaja...

...Haykal Adiwangsa...

*Edit (sebelumnya visual Haykal kelupaan)

...****...

...Kanza Putri Bravani...

Sebuah mobil mewah mengkilap sengaja berhenti tepat di depan sebuah gerbang tinggi milik salah satu gedung sekolah menengah atas yang termasuk ke dalam jajaran sekolah elite di kota metropolitan, Jakarta.

Seorang sopir pribadi sengaja turun dari mobil tersebut dan membukakan pintu mobil bagian kedua untuk mempersilakan salah satu majikannya.

Dan tak lama setelah pintu mobil terbuka, tampaklah seorang gadis remaja berseragam SMA, keluar dari mobil mewah itu dengan anggun.

Raut wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi. Sudah menjadi kebiasaannya ketika diantar jemput ke sekolah oleh sang sopir, pasti raut wajahnya seperti itu.

Namun sebelumnya, jangan anggap bahwa gadis itu adalah sosok yang pendiam dan tertutup. Nyatanya, gadis itu adalah sosok yang sangat bawel, cerewet, berisik, dan agak sedikit bar-bar. Oh ya, dia juga jago sama yang namanya berantem. Dan dia juga adalah salah satu biang onar di SMA Melati. Sekolah menengah atas yang hanya dikhususkan untuk siswa perempuan.

Oh ya. Namanya, Kanza Putri Bravani. Anak perempuan dari sepasang suami istri Kenan Jiran Bagaskara dan Chelsea Nolla Bravani yang usianya baru menginjak angka 17. Memiliki seorang saudara kembar menyebalkan bernama Kenzo.

Gadis itu terlihat biasa saja ketika dirinya berjalan memasuki gerbang sekolah. Dirinya bahkan tidak peduli ketika banyak siswi-siswi yang berada di sekitarnya berbisik-bisik menggosipinya.

Kanza tahu betul apa yang tengah mereka bicarakan. Harta, tahta, dan rupa.

Terlahir dari keluarga kaya raya yang bergelimbang harta, bukan tidak mungkin jika netizen di luaran sana tidak sirik. Apalagi, Kanza juga terlahir memiliki paras yang cantik, tinggi semampai dan kulit yang bagus. Netizen-netizen semakin menjadi untuk terus menggosipinya.

Oke. Back to topic. Kanza menghentikan langkah kakinya ketika beberapa siswi berdiri angkuh menghalangi jalannya. Kanza tahu betul siapa gadis-gadis itu. Terakhir kali sebelum libur panjang akhir tahun, Kanza mendapat masalah hanya karena berurusan dengan ketiga gadis itu dan hampir membuatnya dikeluarkan dari sekolah.

Mengingat kejadian itu membuat Kanza spontan meringis. Dia tidak ingin kembali mendapat masalah dan membuat malu kedua orang tuanya. Terutama sang mami.

Ketika Kanza memilih mengalah dan memutuskan untuk berjalan ke samping kiri, Della, salah satu gadis yang menghalangi jalannya, ikut ke sebelah kiri untuk mencegah Kanza.

Kanza menoleh tajam, namun gadis itu malah tersenyum sok manis padanya.

Mencoba terus sabar, Kanza akhirnya berjalan ke samping kanan. Namun lagi-lagi seorang gadis menghalangi jalannya. Namanya, Rima.

Kanza memutar bola matanya malas. Gadis itu lantas menoleh sinis pada Della, Rima, lalu kemudian pada gadis satunya lagi yang berdiri di tengah-tengah. Namanya, Prilly.

"Bisa minggirin dulu anak buah lo? Sorry, gue harus ke kelas. Gue gak ada waktu buat nemenin mereka berdua main. Gue sibuk soalnya," Kanza berucap spontan.

Prilly, Della dan Rima yang semula jaraknya terpisah, kini mulai mendekat satu sama lain. Ketiganya tersenyum sinis menatap Kanza dari atas sampai bawah.

"Ehm. Gimana kabar lo, wahai musuh bubuyutan? Kabar lo fine-fine aja, kan?" Prilly buka suara.

Kanza berdecih. Ia juga muak mendengar kalimat sok kenal dan sok akrab dari Prilly. Gadis itu menatap Prilly seraya berkacak pinggang.

"Kenapa? Sekarang lo udah mulai kepo sama kehidupan gue? Wah! Artis dong gue!? Sampe kabar aja ditanya-tanya." Kanza menatap penuh percaya diri seraya menyunggingkan smirk di wajahnya.

"Artis?" Prilly berucap remeh yang membuat Kanza seketika mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Cewek kasar kayak lo tuh, gak pantes jadi artis! Paham lo!?" Prilly menusuk-nusukkan bahu Kanza sedikit kasar, sehingga tubuh Kanza perlahan memundur.

Kanza tertawa sinis. "Mau lo sebenarnya apa, sih? Lo kalo gak ada urusan sama gue, jangan gangguin gue! Lo tahu sendiri, kan, kalo gue itu jago karate? Lo mau gue jadiin samsak?" Kanza menundukkan wajahnya ke wajah Prilly seraya menatap gadis itu sinis.

"Dasar pendek! Cebol! Lebay! Manja! Minggir lo!" Tekan Kanza, lalu gadis itu mulai berjalan melewati tubuh Prilly seraya menabrak bahunya cukup kasar.

Tubuh Prilly yang memang pendek dan mungil itu langsung terhempas, namun tidak berujung dramatis, seperti tersungkur ke tanah. Gadis itu masih bisa menahan bobot tubuhnya, lalu mulai menarik napasnya dalam-dalam untuk meredakan emosinya.

Pikirnya, yang seharusnya kebakarang jenggot hari ini adalah Kanza, bukan dirinya.

"Eh, girls! Kata Mamih gue, nih, ya! Nyokapnya si Kanza dulu katanya cuman sekretarisnya Bokapnya!" Kanza spontan menghentikan langkah kakinya, ketika mendengar Prilly berkoar menyebut nama kedua orang tuanya.

"Hah?! Serius lo, Prill? Orang rendahan dong!"

"Terus-terus?"

Prilly and the gang tersenyum puas saat melihat Kanza tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Katanya sih, dulu waktu jadi sekretaris tuh, dia gak bener. Kerjaannya ngegodain bosnya sampe hamil, dan sampe harus terpaksa nikah gitu," celotehnya lagi, membuat Kanza yang sedari tadi diam dan mencoba mengendalikan amarahnya, mulai terpancing suasana.

Kanza berbalik menghadap Prilly dan kedua teman alaynya itu yang terlihat sedang tersenyum puas.

"Oh, ya? Jadi... mereka...?! Terus, anak yang dulu hamil di luar nikah itu, si Kanza?" Dengan tidak sopannya, Rima berucap cukup lantang yang membuat para siswi saling berkerumun mengelilingi mereka. Dan seketika itu juga, gosip soal Kanza dan keluarganya mulai tercipta.

"B*rengsek, lo! Jangan asal fitnah keluarga gue! Lo pikir lo tau apa? Hanya karena Nyokap lo dulu ditolak sama Bokap gue, lo sama Nyokap aneh lo itu ngada-ngada sampe ngarang cerita yang aneh-aneh!" Kanza yang sudah emosi pun mulai melangkahkan kakinya perlahan, seraya membuang asal tas sekolahnya yang bernilai puluhan juta rupiah. Bisa dibilang kalau tas sekolahnya adalah edisi terbatas, kado pemberian ibunya di hari ultahnya yang ke 17 kemarin.

Kanza menatap dingin seraya terus melangkahkan kakinya ke arah ketiga gadis itu yang sudah berani memancing emosinya. "Lo kalo benci sama gue, jangan bawa-bawa keluarga gue!" Kanza menghentikan langkahnya sesaat telah sampai di hadapan Prilly.

"Dasar cemen! Gak punya nyali! Nilai ujian pun lo masih nyuruh bawahan Bokap lo buat nyuri lembar jawabannya! Sebego itukah lo? Hm?" Kanza menyeringai. Tanpa diduga-duga, Prilly menampar pipi Kanza cukup keras yang membuat seisi sekolah heboh bukan main.

Kanza yang memang tidak ahli mengontrol emosi pun mulai tersulut. Tangannya mulai terangkat dan...

Bugh!

Sebuah bogeman mentah ia layangkan ke wajah Prilly. Gadis itu langsung tersungkur ke tanah dengan sudut bibirnya yang sobek mengeluarkan darah.

Dan saat itu juga, Prilly menangis seperti orang cengeng yang seperti tidak salah apa-apa, padahal sebelum ia menangis, gadis itu tersenyum bak iblis yang membuat Kanza semakin ingin menghajarnya.

"Nangis lo? Maju sini lo! Sekali lagi lo ngomongin keluarga gue yang enggak-enggak, gue—"

"Ampun, Zaa! Gue bilang gue gak sengaja! Kenapa lo mukul gue!?" Prilly dengan jiwa pemeran fake protagonis dalam sinetron pun mulai berakting. Kedua temannya yang tadi hanya menonton, kini mulai berjongkok bersama Prilly seraya ikut memeriahkan.

"Ya ampun Prill, lo gak pa-pa?" Rima si cewek sok dramatis kedua mulai berkaca-kaca.

"Za! Kok lo jahat, sih?! Lo gak boleh gitu sama Prilly, lo kan tau dia sakit?!" Dila, cewek paling nyebelin ketiga mulai ikut berkoar tidak jelas.

"Lo berdua udah gak waras, hah? Mau gue kasih pelajaran juga, kayak temen satu lo itu!?" Kanza sedang kesal, dan dia semakin dibuat kesal oleh ketiga cewek aneh itu. Berani-beraninya sok jadi tersakiti?

Saat Kanza hendak melayangkan kepalan tangannya ke arah mereka bertiga, sebuah pekikan keras dari arah belakang, menghentikan seraya mengalihkan perhatiannya. Tak terkecuali ketiga cewek alay itu dan seluruh siswi SMA Melati.

"KANZAA!!! APA-APAAN INI?! KAMU MENGGUNAKAN KEKERASAN PADA TEMAN KAMU SENDIRI, HAH?"

Sial!

Ini jebakan rupanya!

^^^To be continue...^^^

Hello hello gaissss!!! Pembaca awal Me VS Boss mana suaranyaaa!!! Aduhai, gaje sekali aku yak:) ahooyy... monmaaf kalo sequelnya selama kalian nungguin si doi peka, soalnya setelah naskah cerita aku selesai semua(enggak semua sih) jadi aku memutuskan untuk rehat dari kepenulisan. Cape bgt soalnya kemaren-kemaren pas masih nulis tuh gadang mulu, kadang makan juga telat cuman buat mikirin alurnya harus kek gimana biar oke, juga sempet down juga gara-garaaaaa.... ada deh yak:D maaf bangettt... yodah deh, mungkin segitu aja QnA nya. makasi yang udah baca Me VS Boss sampe tamattt*v* dan yang baru baca, selamat bergabung di dunia halu akuuu...:*

and, btw. cast-nya mungkin ada yg gk suka kpop, maaf ya! sebenarnya aku tuh bingung main cast nya mau siapa. kalo bule, jatohnya gak nyambung, soalnya kan, mama papanya di cerita sebelumnya kpop juga:( yodah, aku pke kpop lgi aja. kalian mau yg dihaluinnya siapa, terserah! kalo menurut aku sih yah mereka😂 oke deh, sampe jumpa di next episode😘 jangan lupa tinggalkan jejak like, komennya juga jan lupa... byee:*

Terpopuler

Comments

Ryoka2

Ryoka2

Astaga cakep bangett

2022-02-21

0

Ryoka2

Ryoka2

Berdemage yang ini

2022-02-21

0

Ryoka2

Ryoka2

Jaehyun😭🥰

2022-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!