Eps. 1

Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang. Dan matahari tengah berada tepat di posisinya. Panas dan terik, tentu saja dirasakan bagi beberapa murid nakal yang tengah dihukum berdiri di tengah-tengah lapangan seraya unjuk hormat pada bendera yang berada di atas sana.

Kenzo, Alex, Haykal, Azka, Rio, dan juga Juna, adalah murid-murid nakal yang sedang dihukum berdiri di tengah-tengah lapangan tersebut.

Mereka berenam dihukum karena terlambat masuk kelas, dan juga karena sering berontak ketika diberi nasihat. Apalagi si biang onar Kenzo, Azka, Haykal dan Rio. Keempatnya adalah murid paling bawel kalau sudah diberi nasihat oleh guru. Sedangkan Juna yang biasanya paling cerewet, akan tiba-tiba jadi pendiam jika sudah berhadapan dengan Pak Ucup. Dan Alex? Dia mah anak baik, murid paling rajin, pintar, dan selalu menjadi kebanggaan guru.

Lho? Tapi kok ikutan dihukum?

Itu juga terpaksa sebenarnya. Walaupun Alex adalah murid kesayangan guru, jika cowok itu melakukan kesalahan, tetap harus dihukum.

Oke. Back to topic.

Kenzo dkk yang sudah hampir setengah jam berdiri di tengah lapangan pun mulai kegerahan dengan wajah mereka berenam yang mulai memerah. Keringat pun ikut mengucur dari dahi mereka. Membuat keenamnya terlihat seksi sampai tak sadar bahwa para siswi yang baru saja keluar dari kelas, memerhatikan keenamnya sampai memekik saking tidak tahannya melihat pesona mereka.

"Kalo tahu Gengnya Kenzo hari ini dihukum di lapangan, gue juga mau ikutaaannnn!!!!"

"Anjirlah, Alex seksi bangettt huwaaa!!!"

"Kenzo tuh, Cowok Playboy, tapi kenapa gue masih cintaaaa!!!"

"Aaaaa! MY HONNIIIIEEE KENZOOOO!!! GANTENG BANGET CI KALO LAGI DIHUKUM GITUUU... JADI PEN NYULIK, DEH!" Pekikan paling keras dari ujung tangga kelas sepuluh, membuat beberapa siswi yang tadinya masih setia mengagumi makhluk ciptaan Tuhan di lapangan sana, langsung mencebikkan bibir mereka seraya menatap sang pelaku dengan tatapan mencibir.

"Dih! Si Cewek alay mulai deh, genitnya!"

"Caper banget! Orang, Kenzo-nya aja B aja ama dia! Dih, jijik!"

Gadis yang tengah dibicarakan itu tidak peduli dengan respon anak-anak lain soal dirinya. Ia malah berlari menuruni tangga dengan tidak sabaran, hanya untuk menghampiri Kenzo seorang. Namanya, Monika. Anak kelas XI IPS 1 yang terkenal karena kecentilannya.

"Eh, ada Bidadari Neraka nyamperin Raja Dugong. Cocok gak sih, Bro!" Haykal yang memang mulutnya paling nyebelin, menyeletuk yang dibalas tawaan receh dari yang lain.

"Sembarangan Bidadari Neraka! Ini tuh, Bidadari Surga! Iya, kan, Honiiiee!" Monika dengan manja memeluk lengan Kenzo. Dan yang dipeluk hanya mendesis risih.

"Lo ngapain ke sini?" Kenzo menepis lengan Monika, namun bukannya menjauh, gadis itu malah semakin melekat pada Kenzo.

"Mau nyamperin Honiee!"

"Pergi! Gue keringetan, gak bau emang?" Nada bicara Kenzo yang semula datar menjadi lembut, beberapa siswi yang sengaja mendengarkan obrolan mereka tentu saja kesal sampai beberapa diantaranya memutuskan untuk pergi.

"Hmm... Enggak! Wangii!" Ucapnya manja. Haykal, Rio, Juna, dan Azka, refleks mual. Sedangkan Alex hanya berdecih jijik.

"Ak—"

"MONIIIKKK!!! NGANTIN YOOOKK!!!" Suara sahutan dari arah lain, menghentikan ucapan Monika. Gadis itu menoleh ke belakang, sudah ada kedua temannya berdiri seraya melambaikan tangannya. Mereka adalah Dayana dan Anggia.

"BENTAAAR!!!" Balas Monika. Kenzo dkk refleks memejamkan mata seraya menutup telinga mereka, saking kuatnya suara teriakan Monika.

"Honie, aku ngantin dulu, ya, sama mereka? Bentar kok, gak lama! Daa... Jangan kangeennn!!!" Gadis itu lantas melengos dengan langkah terburu-buru mendekati kedua temannya itu.

Azka menggeleng, Haykal mendengus, serta yang lain malah berdecak. Hanya Kenzo yang biasa saja. Toh, ngebaperin cewek sampe mereka bucin banget gitu adalah hobinya.

Anaknya Papi Kenan harus banyak ceweknya! Gak boleh kalah sama Kenan yang suka paling bucin sama Chelsea, sampai-sampai Kenzo dan Kanza sewaktu kecil tidak pernah dibiarkan oleh Kenan untuk tidur di ranjang yang sama dengan Maminya.

"Lo masih pacaran sama tuh Bidadari Neraka?" Azka yang mulai letih menyimak sedari tadi pun buka suara.

"Gak boleh gitu, Ka! Panggil nama orang tuh, yang bener!" Juna menyela.

"Jiaahh... Masih gak bisa move on lu, dari dia? Cewek masih banyak kali Jun, jangan sama yang udah diembat temen!" Haykal menimpali, namun detik setelahnya, tangan seseorang menyentuh bahunya. Dan dia adalah Alex. Cowok itu seolah tengah mengode Haykal untuk tidak berkata lebih lanjut.

Paham dengan kode yang diberikan oleh Alex, Haykal pun diam dan berdeham sesekali. Suasana pun mendadak akward. Tidak ada yang mengoceh seperti biasanya.

"Ganti baju yok! Gerah gue! Bisa item entar muka ganteng ciptaan Papi Kenan dan Mami Chelsea ini kena terik matahari kelamaan." Canda Kenzo, membuat kelima teman-temannya ngakak, sehingga melupakan kecanggungan yang terjadi beberapa saat yang lalu.

Itulah Kenzo. Berbagai tingkah absurd-nya dapat memecah keheningan sampai kecanggungan yang melanda di sekitarnya.

...**Cast tambahan:...

...Monika**...

...****...

Brakk!!

Sebuah buku absen kelas, sengaja diletakkan kasar di sebuah meja di ruang guru. Seorang wanita setengah baya, yang adalah salah satu guru di sana, berjalan gontai dipenuhi amarah menuju kursi seorang murid yang menjadi pelaku kekerasan di sekolah.

Plaakk!!

Wanita setengah baya itu melayangkan tamparan keras pada siswinya yang telah berani melakukan kekerasan kepada siswi lain, yang juga adalah putrinya.

"KAMU! Berani sekali kamu ya, melakukan kekerasan pada Prilly!? Kamu tidak takut saya skor? Kamu tahu sendiri, kan, kalau saya adalah Kepala Sekolah di sini? Kamu juga pasti tahu, kalau Prilly adalah anak saya, iya kan? Berani sekali kamu, hah!?" Wanita bername tag Yunita itu hendak melayangkan tamparannya lagi pada siswi yang tak lain adalah Kanza.

Namun gerakannya terhenti ketika tangan seseorang menahan pergerakannya.

"Sejak kapan seorang guru boleh menyakiti muridnya?" Yunita terlihat sedikit menciut, sehingga wanita itu memutuskan untuk menarik kembali tangannya yang sebelumnya hendak melayangkan tamparan kedua.

"Kalau seorang siswa melakukan kekerasan, seorang guru harus mendidik dan menasihatinya. Bukan malah balik melakukan kekerasan. Kamu pikir, kamu pantas dipanggil sebagai Kepala Sekolah?"

Wanita itu semakin bungkam akan perkataan dari pria paruh baya yang usianya memasuki usia 50an, yang tak lain adalah direktur SMA Melati.

"Bagaimana jadinya jika kamu menjadi pengganti saya menjadi direktur di sekolah ini? Mungkin, sekolah ini akan hancur oleh sikap dan sifatmu yang tidak pernah bisa berubah!"

"Pah! Dia menyakiti Prilly, cucu Papah sendiri!" Yunita meninggikan nada suaranya. Pak Harlim atau yang dipanggil Papa olehnya itu pun mulai menatapnya dingin.

"INI SEKOLAH! BERANI SEKALI KAMU BICARA LANCANG PADA SAYA!"

Yunita kembali bungkam dan menciut. Pak Harlim mulai menarik napasnya dalam-dalam. "Sudah menelpon orang tua murid?" Tanyanya datar.

Yunita yang semula diam menciut, kini raut wajah wanita itu mulai sumringah kembali. "Sudah, Pak." Ujarnya, dan Pak Harlim hanya mengangguk dalam diam.

"Setelah orang tua murid datang, kamu yang harus mengurus semuanya. Jangan bertingkah tidak sopan! Keluarga Jiran bukan orang biasa!" Ucapnya, lalu melenggang pergi meninggalkan ruang guru.

"Baik, Pak."

...****...

Beberapa saat yang lalu, Kenan dan Chelsea, selaku dari orang tua Kanza tiba di sekolah karena panggilan mendesak dari kepala sekolah.

Sedari dalam perjalanan menuju SMA Melati, keduanya tidak habis pikir tentang apa yang disebutkan kepala sekolah soal kasus yang menimpa Kanza kali ini.

Walaupun ini bukan untuk yang pertama kalinya mereka dipanggil pihak sekolah, tapi kasus kali ini berbeda. Kanza sampai memukul temannya hingga berdarah hanya karena dia pandai bela diri.

Biasanya, kasusnya tidak akan separah ini. Paling hanya kasus saling jambak, saling mengganggu, dan kasus saling mendorong. Tidak ada yang berdarah.

Dan saat ini, Kenan dan Chelsea telah berada di ruang guru, tepatnya di ruang kepala sekolah dengan ditemani Chelsea yang sedang menangisi putrinya yang sering sekali membuat onar.

"Masalah apa lagi kali ini?" Kenan berucap to the point. Yunita, selaku kepala sekolah mulai membeberkan perihalnya.

"Putri Anda, Kanza, sudah melukai Prilly, teman sekelasnya dengan pukulan yang tidak main-main. Anda tahu? Dia itu preman! Gadis mana yang memiliki kekuatan sekuat itu, sampai-sampai membuat Prilly anak saya trauma dan harus di rawat di rumah sakit!"

Kenan menghela napasnya lelah. Pria yang sudah memasuki usia kepala empat itu pun mulai memijit pelipisnya yang berdenyut.

Pusing. Kenapa juga putrinya bisa menjadi seperti ini? Perasaan, ibunya dulu tidak seperti itu. Lalu, Kanza turunan dari siapa bisa sekuat itu?

"Ya sudah, kali ini saya harus bertanggung jawab seperti apa lagi?"

"Anda lupa? Sebulan yang lalu ketika kasus saling mendorong itu, saya bilang ini yang terakhir, kan? Kalau Kanza sampai terlibat kasus lagi, saya tidak bisa mempertahankannya. Dan seperti yang saya katakan waktu itu, saya dan pihak sekolah tidak bisa mempertahankan Kanza. Dia harus diskor!" Ucap Yunita. Seketika itu juga, Chelsea, selaku ibunya Kanza, mulai berdiri dan menghampiri meja kepala sekolah.

"Tidak! Tolong, pertahankan Kanza, saya mohon! Kanza tidak boleh diskor! Bagaimana dengan masa depan dia? Tolong, pikirkan sekali lagi!"

"Maaf, Bu. Saya tidak bisa. Itu sudah menjadi ketentuan sekolah," ujarnya sok prihatin, padahal dalam hati, Yunita sangat bangga bisa mengeluarkan Kanza dari sekolah.

Selain karena Kanza sering mengganggu putrinya, itu pun juga karena sebuah bentuk pembalasan dendam puluhan tahun lalu, karena cinta dan harga dirinya sering diinjak-injak oleh Kenan semasa SMA.

Rasakan itu!

"Saya mohon, setidaknya tolong berikan Kanza keringanan!" Melihat Chelsea memohon sembari menitikkan air matanya seperti itu, Yunita semakin berbangga hati. Ingin sekali dirinya tertawa jahat, namun ia urungkan.

"Maaf. Silakan." Ujarnya, seraya menunjukkan pintu keluar.

Chelsea sudah menahan diri untuk tidak berkoar sedari tadi, tapi ia menahannya demi tidak membuat putrinya malu. Chelsea tentu saja tidak terima jika putrinya diperlakukan tidak adil seperti ini. Dia pikir, Chelsea tidak tahu kalau Yunita sebenarnya bersikap seperti ini hanya untuk pembalasan dendam?

Hah! Lihat saja nanti. Chelsea akan membujuk suaminya dengan berbagai macam cara hanya untuk membalaskan dendamnya.

"Oke! Sayang, ayo pergi!" Raut wajah dan gaya berbicara Chelsea seketika berubah dari memelas menjadi badas.

Wanita yang masih sangat cantik di usianya yang tidak lagi seperti dulu itu menggandeng tangan suaminya, lalu menarik tangan putrinya yang sedari tadi hanya diam dan menunduk.

Selepas kepergian Keluarga Kecil Kenan dari ruangannya, Yunita lantas memandang pintu tertutup itu dengan tatapan tidak percaya.

Wanita bernama Chelsea itu benar-benar seperti yang dikatakan rumor. Benar-benar wanita yang berbeda dengan paras cantiknya, jika menyangkut soal keluarganya.

...****...

"Alasan apa lagi sekarang?" Kenan bertanya menuntut pada putrinya, ketika setibanya mereka di rumah.

Kanza hanya menunduk seraya membungkam bibirnya. Dirinya tidak berani jika sudah berhadapan seperti ini dengan papinya.

"Kanza... Itu Papi nanya. Jawab, Sayang." Chelsea, sang mami yang begitu lemah lembut, mencoba membujuk Kanza.

Jika sudah seperti ini, rasanya Kanza ingin menangis. Ia selalu lemah jika maminya sudah bicara seperti ini. Hingga pada akhirnya, Kanza mulai menangis dengan bibir yang mengatup.

"Prilly ngejelek-jelekin Mami. Dan Kanza gak suka itu. Makanya Kanza ninju mukanya sampai berdarah! Harusnya tadi Kanza pukulnya dua kali, bukan sekali. Huwaaaa...." Kanza mulai merengek seraya menaikkan volumenya.

Chelsea yang melihat itu hanya menghela napas, seraya mendekati putrinya kemudian memeluknya dari samping.

"Harusnya kamu biarin aja. Mami gak pa-pa, kok," ucap Chelsea. Kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.

"Tapi, Kanza gak suka!"

"Kenapa kamu pukul sekali?" Sahutan Kenan, membuat Kanza dan Chelsea menoleh dan beralih menatapnya.

"Papi marah? Ma—"

"Harusnya berkali-kali, baru namanya seru! Dulu Papi juga jago berantem kaya kamu! Tos dulu dong!" Kenan memberikan high five, yang disambut ling-lung oleh putrinya.

"Kok, kita malah tos? Papi gak marah?"

"Sayang, iiihhh... bukannya dinasihatin anaknya biang onar, ini malah didukung, gimana si?" Chelsea geram. Suaminya ini memang sebelas-duabelas dengan putra-putrinya. Sama-sama absurd.

Udahlah, gak ngerti lagi!

"Becanda... Lain kali kalo berulah kek gitu, jangan kasih tahu Mami, oke? Kasih tahu Papi aja," ucap Kenan, yang semakin membuat Chelsea geram.

Kanza hanya tertawa dengan sikap papinya yang selalu santai dan malah mengajak bercanda, di saat-saat yang seharusnya tegang penuh aura hitam.

"Terus, sekolah Kanza gimana?" Kanza berucap dramatis. Berharap salah satu dari kedua orang tuanya akan membantunya dari masalah yang ia timbulkan lagi kali ini.

"Mami gak tahu! Minta aja tuh, sama Papi kamu! Mami udah malessss ngeladenin skandal-skandal kamu yang lebih dari skandalnya para artis!" Cerocos Chelsea, kemudian pergi meninggalkan Kanza dan juga suaminya menaiki tangga.

Sepertinya, Chelsea akan mengurung diri di kamar. Dan inilah kesempatan Kenan untuk kembali modus pada istrinya.

"Papi pergi dulu, ya? Jangan lupa makan yang banyak. Abis nangis butuh energi," ucapnya, kemudian melenggang meninggalkan Kanza sendirian di ruang keluarga.

Kanza menatap kepergian papinya dengan tatapan kesal sekaligus tidak percaya. Bisa-bisanya ia memercayakan masa depannya pada papinya dan bukan pada maminya!?

Sudah tahu Papi Kenan kalau diminta serius, malah ninggalin gitu aja.

Ini anaknya wooiii!!! Tolonglah, jangan ngegantungin begitu aja! Masa depan Kanza gimana inii!!???

"PAAPIIIIHHHH!!! PAPIH JAHAT! KANZA BENCI SAMA PAPIH!!!" Pekik Kanza seraya mencak-mencak di tempat.

"IYAA... PAPIH JUGA SAYANG SAMA KANZAA!" Balas Kenan. Kanza semakin dibuat gondok padahal oleh papinya sendiri. Gimana kalo si do'i yang bikin Kanza gondok? Otw putusin saat itu juga, fix!

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

linanda eneste

linanda eneste

hahaaa td kn sblmnya tanya turunan sapa bisa brantem.. nah itu papa kenan /Facepalm//Facepalm/

2024-02-10

0

Ryoka2

Ryoka2

Sampe pengen nyulik ya Bun. Gapapa lanjutkan👍

2022-02-21

0

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Papinya gesrek 🤣🤣🤣🤣

2021-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!