"Ting!"
Bel masuk berbunyi, para murid dan guru pun memasuki kelasnya masing-masing, di ruang kelas XII IPA-1, Raya tampak menundukkan kepala di atas meja.
Kali ini giliran Guru matematika yang hendak mengisi jam pelajaran mereka, pak Rahmat mulai duduk di tempatnya dan pria itu melihat salah satu murid nya tak seperti biasanya.
"Raya" teriaknya memanggil.
Dan gadis itu mengangkat kepala dengan tiba-tiba "Iya pak!" sahut nya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pak Rahmat.
Hampir semua guru dan murid di sekolah itu riwayat jantung Raya, bahkan gadis itu juga mendapat perlakuan istimewa dari mereka, mungkin karena lahir dari keluarga kaya, atau karena senyum tulus yang selalu menghiasi wajah cantiknya, yang pasti Raya mudah di sukai.
"Tidak apa-apa pak, Raya masih bisa mengikuti pelajaran bapak kok" jawabnya meyakinkan.
Sedang Reiner yang sedari tadi memperhatikan tunangannya, nampak menaikan ujung bibir.
"Awas aja llo pingsan lagi" decak nya sinis.
Kini Raya mulai mengambil buku dari lacinya gadis itu tetap mengikuti pelajaran pak Rahmat meski wajahnya sedikit pucat sesekali ia juga tampak memejamkan mata karena hujaman di jantung nya.
"Please jangan sakit dulu deh" lirihnya.
...----------------...
Bel menghamburkan para siswa kini Raya mulai membereskan buku-buku di tas nya, tak lama dari itu Mei dan Ria mendekat, mereka berdiri di samping kanan dan kiri meja gadis itu.
"Lo gak apa-apa Ya?" tanya Mei memeriksa dahi sahabatnya.
Dan Raya menurunkan tangan Mei dari dahinya, memberi senyuman, meyakinkan kedua sahabatnya.
"Gak apa-apa, setelah ini gue mau beli kado buat mami, kalian ikut?" ajaknya.
"Ya deh, gue takut llo kenapa kenapa" ucap Mei sambil melirik ke arah Ria.
"Gue juga ikut" sambung Ria yang tahu maksud dari lirikan mata Mei.
Setelah selesai membereskan buku-buku mereka berjalan menuju halaman parkir sekolah nya. Sesekali terdengar suara tawa mereka bergosip ria.
Setibanya di halaman parkir, sudah di sambut laki-laki tua memakai seragam serba hitam menyandarkan tubuhnya ke mobil, dengan senyum ramah pak Salim menyambut anak majikannya.
"Pak, kita ke toko biasa ya!" ucap Raya kepada nya.
"Baik non" sahut pak Salim membukakan pintu mobil.
"Lo mau cari apa emangnya Ya?"
"Gak tau, kesukaan mami terlalu banyak"
Sesaat setelah menutup pintu mobil, Raya dan teman temannya menatap ke arah yang sama, mereka melihat Reiner berjalan bersama dengan kekasihnya menuju motor gede miliknya.
Dan pemandangan itu sudah tidak asing bagi mereka karena sepasang kekasih itu memang selalu pulang bersama.
"Lo kenapa gak minta antar sama tunangan lo sih ya? dia malah enak enakan berduaan sama Shela, nyebelin banget tuh anak Es" decak Ria.
"Gue gak mau ngerepotin aja, udah sih biarin aja gue juga gak masalah, gue udah cukup punya kalian" Raya berucap lirih.
Mei menaikan ujung bibir mendengar jawaban Raya "Lo kenapa gak bilang ke bokap llo aja sih ya, kalo dia itu gak suka sama llo, llo mau nanti pas kalian nikah dia malah selingkuh!" ketusnya.
"Gue tunggu dia yang mutusin, cepat atau lambat dia pasti lakuin" dan lagi lagi Raya hanya pasrah.
Sedang Pak Salim melirik ke arah belakang dengan kaca spionnya sebenarnya pak Salim juga menyimak pembicaraan mereka, tapi hanya cukup pria itu simpan untuk nya sendiri.
"Sudah siap non?" tanyanya memastikan.
"Iya pak, kita jalan!" titah Raya.
Perlahan Pak Salim mulai menjalankan mobilnya. Sementara Reiner sudah duduk di jok motor sambil membereskan tali helm, dengan tatapan mengarah ke tunangan yang tampak meluruskan pandangan ke depan.
"Kenapa gue di jodohin sama cewek manja kayak dia, gak paham sama papah" gerutunya dengan nada dingin.
"Masih lama juga nikahnya, lama lama juga dia gak betah di cuekin terus sama llo" sahut Shela dengan nada yang tak kalah dingin.
"Udah bertahun tahun gue cuekin emang dasar batu tuh anak" Reiner berucap sembari memakai helm.
Shela mengelus punggung Reiner "Sabar Rei.." kemudian gadis itu menaiki motor.
...----------------...
Dan kini Raya sudah berada di sebuah toko, gadis itu mulai memilih milih sesuatu, dua Minggu lagi Raya ulang tahun dan gadis itu memang punya kebiasaan memberi kado ucapan terimakasih untuk ibu tercinta, yang sudah merawat mendidik bahkan mencintai sepenuh hati.
Sudah bermenit-menit berselang, Raya pun menemukan kesukaan Mira sang ibu, gadis itu kemudian menunjukkan dua botol parfum pada teman temannya.
"Menurut kalian bagusan yang mana?" Raya memejamkan mata karena pandangan yang tiba-tiba kabur.
"Menurut gue sih bagus semua ya" jawab Mei mengangguk beberapa kali.
"Ya udah, gue ambil semua aja" lirih Raya menekan nekan kepalanya dengan punggung tangan yang masih memegang botol parfum.
Sedang Ria tampak memegangi tangan Raya, gadis itu mulai curiga dengan kondisi sahabatnya yang sudah menunjukkan wajah pucat nya.
"Ya, llo kenapa, llo lemes lagi?" tanyanya.
Braaaakkk craaaakkk Raya terjatuh dan botol di tangannya pecah berkeping-keping.
"Ya ampun Raya.!!!" teriak Mei gaduh.
"Raya..!!!! kan udah gue bilang kan..!!!" panik Ria mengangkat kepala sahabatnya.
"Eh tolongin dong...,!!!" teriak Mei sejadinya gadis itu meminta bantuan pada sembarang orang di sana, sampai akhirnya ada pemuda sepantaran mereka berlari ke arahnya.
"Kenapa temannya?" tanya pria itu.
"Udah sih kita tolong aja dulu..!!!" protes Mei sedikit berteriak.
Dengan segera Pria itu melingkarkan tangan Raya ke tengkuknya "Maaf ya, gue gendong llo" katanya.
"Kita ke mobil cepat..!!" Ria panik.
Tergesa gesa Pria itu menggendong Raya menuju mobil kemudian mendudukkan tubuhnya di jok belakang.
"Gimana parfum pecah nya?" tanyanya.
Mei membuka tas selempang miliknya, gadis itu mengambil secarik kertas dan pulpen, menulis kan nomor yang sudah sangat hapal di kepalanya.
"Lo bayarin aja dulu, ini nomor telepon Raya, nanti lo telpon aja kalo dia udah sadar ok, bye..!!!" terang Mei dengan gerakan yang sangat cepat gadis itu menyodorkan kertas pada pria itu.
"Oh ok..!!" ucap pria itu dengan wajah yang sedikit bingung. Dan entah kenapa bingung nya.
Di dalam mobil Ria menepuk-nepuk kursi pak Salim yang juga tampak khawatir.
"Pak kita kerumah sakit ya, cepat!" teriaknya, gadis itu semakin khawatir melihat temannya pingsan untuk yang kedua kalinya di hari yang sama.
...----------------...
...MALAM HARINYA!...
"Plak!"
Suara tamparan itu mendarat sempurna di pipi mulus nan bening seorang pemuda.
"Di suruh jagain Raya aja gak becu..!!" teriak Hendrawan melotot.
Hendrawan adalah pemegang saham terbesar di perusahaan milik ayah Raya keluarga mereka memang sudah sangat dekat tak heran jika Hendrawan juga menyayangi Raya, apa lagi pria itu tidak memiliki anak perempuan.
"Dia yang nolak bantuan Rei pah.." sahut putranya yang tidak lain adalah Reiner, pemuda itu memegangi pipi yang kini memerah.
"Itu karena kamu yang gak bisa buat dia nyaman..!! coba lebih ramah sedikit sama Raya..!!" tukas Hendrawan menunjuk wajah putranya.
"Apa susah nya kamu terima Raya hah..? dia cantik anak baik baik..!!" imbuh nya.
"Dari kecil di mata papah, cuma gadis lemah itu aja yang penting, papah gak pernah ngerti kemauan Rei" berontak Reiner pergi meninggalkan sang ayah.
"Anak itu..!!!" lirih Hendrawan sambil memijit pelipis karena sudah terlalu pusing menasehati anak semata wayangnya.
Sedang Reiner sudah menaiki anak tangga menuju kamar yang terletak di lantai atas, pemuda itu menghentakkan pintu dengan keras lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.
Brugh
"Lo selalu bikin gue di tampar Raya..!!!" hardiknya.
...----------------...
Sementara di rumah sakit pria paruh baya bernama Hans terlihat duduk di hadapan seorang gadis yang masih terbaring di atas ranjang besi, dengan alat bantu pernapasan yang menempel di wajah nya Raya tampak memejamkan mata.
"Sebentar lagi ulang tahun mu nak, kenapa akhir-akhir ini kamu lebih sering pingsan.." Lirih Hans tangannya tak henti henti membelai rambut putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Helen Apriyanti
ksian raya ..apkh busa smbuh rya..
udh sih tinggalin rei ngpn s arepin cwok ky gt gk brtnggubg jwab hk bisa jga raya
2022-08-21
1
wiwied dian
rayaa... semangat 💪💪
2022-02-05
0
Elasukma
raya kamu harus kuat
2021-05-19
2