"Dira adalah istriku"
Sebuah kalimat singkat yang mampu membuat Anita sang sekretaris ternganga. Walau sebenarnya Anita juga sangat berharap keduanya dekat dan menjadi pasangan namun Mendengar kata " Dira adalah istriku" rasanya terlalu cepat. Satu kata yang kini tengah berputar dikepala Anita yaitu " Kapan? "
"Tadi malam kami menikah meski belum terdaftar tapi pernikahan kami sah secara agama. Dan tolong Kamu urus semuanya An"
Pernyataan Bian seolah menjadi jawaban atas pertanyaan yang tadi masih berputar dikepala Anita. Meski masih menyimpan banyak pertanyaan lagi tapi segera ia urungkan.
"Baik pak.. segera saya selesaikan. " Ucapnya dalam menerima tugas yang baru diberikan.
"Satu lagi.... "
Semua seakan diam menunggu kalimat perintah apa lagi yang akan Bian berikan.
"Tolong rahasiakan pernikahan kami dari siapapun. Termasuk semua karyawan disini. "
Bukan hanya mbak Anita yang bingung dengan kalimat Bian. Terlebih Dira raut wajahnya pun kini telah berubah. Ada banyak hal yang ada dalam benaknya
"Kenapa Kak Bian ingin menyembunyikan status ini?
Apa karena aku belum bisa memiliki perasaan untuknya?
Atau.....
Bahkan kak Bian malu memiliki hubungan terhadapku.
Kak Bian mau Menikahiku karena sebuah bentuk tanggung jawab atas janjinya terhadap sahabatnya yaitu Bayu. "
Banyak pertanyaan yang kini membuat Dira berfikir yang tidak -tidak. Bahkan sapaan dari Anita pun Dira abaikan. Namun Anita tak mengulang sapaannya itu karena telah mendapat isyarat dari Bian jika Anita segera meninggalkan mereka. Juga asisten Ari turut mengekor meninggalkan ruangan.
Sadar akan perubahan sikap Dira Segera Bian ingin menjelaskan. Bian tidak ingin membuat Dira salah paham akan maksud dan tujuannya. Disini Bian juga sadar jika dirinya salah. Harusnya Bian bicarakan hal ini pada Dira yang tak lain adalah istrinya.
Bukan Bian ingin bersikap egois atau apa. Hanya Bian terlanjur bahagia atas apa yang terjadi sehingga ia melupakan pembicaraan ini.
"Ra... jangan pikirkan yang aneh -aneh"
Dira hanya diam menatap kearah Bian. Masih diam mengalihkan pandangan. Bukan karena Dira marah akan pernyataan Bian. Namun ia masih bingung dengan perasaannya. Kenapa hatinya seolah tak terima akan keputusan yang dibuat Bian. Kenapa seolah Dira menginginkan sebuah pengakuan.
"Ra.... kamu tidak keberatan kan jika pernikahan kita disembunyikan dulu. "
"Apa kakak malu memilki istri seperti ku. Dira hanya gadis biasa kak. Dira mungkin yang terlalu GR bisa menjadi istrimu. "
Entah bagaimana Dira hampir meneteskan air matanya. Dira sendiri juga bingung akan sikapnya. Harusnya ini tidak akan menjadi masalah buatnya. Toh dihatinya bukan Nama Bian yang menjadi penghuninya. Namun tidak mendapat pengakuan bahwa dirinya adalah istri dari Bian ada rasa sesak yang memenuhi dadanya.
"Maaf aku harus melakukan ini. Ada alasan yang aku tidak bisa ku jelaskan padamu. Tapi kamu harus tahu alasanku menyembunyikan status kita. Bukan karena aku malu memiliki istri seperti dirimu. Bukan karena kamu gadis biasa. Bukan itu Ra...... "
Bian menatap Dira sendu. Melihat Dira sedih membuat hatinya juga sakit. Apalagi kesedihan itu tercipta dari dirinya. Namun Bian tidak mempunyai pilihan lain selain menyembunyikan statusnya dulu. Jika Bian ingin masalahnya terselesaikan dengan sempurna.
"Lalu apa alasannya Kak? " Ucap Dira sudah tak bisa menahan cairan bening yang telah memupuk dikelopak matanya.
Bian tersenyum dan mengusap air mata Dira. Bian tidak ingin air mata itu menjadi deras. karena hanya akan membuatnya lemah. Hanya seorang Nadira Diandra Putri yang membuat Bian lemah jika melihat air matanya. Rasanya Bain ingin melenyapkan siapapun yang membuat wanitanya ini menangis.
"Karena kakak tidak mau air mata mengalir dipipi cantikmu" Ucap Bian sambil tersenyum sendu.
"Kak..... " Ucap Dira meminta permohonan akan sebuah alasan yang jelas.
"Enggak..... ikuti dan turuti saja. Ini hanya sementara. Kakak janji setelah semua selasai akan kakak ceritakan padamu. "
"Selesai????"
Bian mengangguk tersenyum sambil mengusap puncak kepala Dira.
"Percayalah Kakak ini suamimu sekarang. Kakak tidak ingin hal buruk terjadi padamu. Apapun yang kakak lakukan itu terbaik untukmu. "
"Jika kakak berbagi, bukannya akan lebih mudah menyelesaikannya? "
"Kamu adalah istriku yang harus aku lindungi. Bukan untuk melibatkan mu dalam sebuah masalah. "
"Tapi kak.... "
"Maafkan aku jika caraku melindungimu ternyata malah membuatmu sangat terluka. Tapi percayalah ini hanya sebuah cara untuk kakak bisa menyelesaikan dengan tenang"
"Apa masalahnya seberat itu? "
"Tergantung bagaimana kita bisa menyelsaikannya" Ucap Bian kembali tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran yang tergambar jelas diwajah cantik Nadira.
"Apa cara ini bisa menyelesaikannya"
"Insyaallah .... Kakak butuh Doa darimu supaya semua cepat terselesaikan. "
Akhirnya Dira mencoba untuk bersikap positif terhadap Bian. Dira meyakinkan dirinya, bahwa Bian tidak mungkin melakukan suatu hal yang memang tidak baik untuknya. Selama ini Bian selalu melakukan yang terbaik untuknya. Jadi jika kali ini Bian melakukan ini itu juga pasti sudah Bian pikirkan dengan baik.
"Apa Dira menjadi beban untuk kakak"
Senyum Bian yang mampu meluluh lantahkan dinding pertahanan Dira. Mengulas senyum yang menawan membuat Dira seolah terhipnotis akan ketampanan pria yang kini telah menyandang gelar sebagai suaminya. Bagaimanapun sekarang Bian adalah suaminya. Bianlah yang nanti akan menjadi pelabuhan terakhirnya.
Keputusan untuk menikah dengan Bian adalah keputusannya. Meski cinta belum sepenuhnya hadir, namun Dira juga berharap semoga semua akan menemukan jalannya sendiri. Berlabuh dan menghabiskan dari sisa usianya bersama seseorang yang baik. Dan dira telah memasrahkan kehidupannya kepada sang pemilik takdir juga pemilik segala kehidupan dimuka bumi ini.
Perlahan Bian menarik tubuh mungil istrinya dalam pelukannya. Berada dalam dekapanmu membuatku membuang jauh pikiran negatifku terhadapmu Kak. Ucap Dira dalam dekapan sang suami.
Bian mengusap kepala Dira dengan tulus. Meski cinta belum tumbuh darimu Ra. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku akan memenangkan hatimu. Dan jika saat itu tiba aku akan menerimanya dengan sangat sangat bahagia Ra. kemudian Kedunya saling melepaskan pelukan.
Dira tersenyum itu artinya Bian telah mampu meyakinkan Dira bahwa semua yang ia lakukan adalah yang terbaik untuknya. Bian beranjak ke meja kerjanya karena ada sedikit pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum meeting .
Dan setelah beberapa menit kemudian........
"Sayang... kakak meeting dulu ya"
"Iya... " Dira beranjak dan mendekat kearah Bian ia sedikit merapikan Dasi juga Jas yang sebenarnya masih terlihat rapi. Mendapati perlakuan istrinya yang begitu lembut membuat Bian tidak tahan untuk tidak memberikan hadiah kecupan semangat pagi.
Namun ketika Bian hendak mendaratkan hadiahnya ia sudah dikejutkan dengan suara sang asisten yang sepertinya terlupa jika Bosnya saat ini sedang bersama istrinya.
"Ups maaf pak saya lupa silahkan dilanjutkan saya akan menunggu Diruang meeting" tanpa menunggu jawaban dari sang Bos Ari langsung menutup pintu dan bergegas pergi
"Anak itu... bisa-bisanya" umpat Ari sambil berjalan menuju ruang Meeting.
Sedangkan yang terjadi diruangan kerja Bian saat ini Bian harus mendengarkan sang istri ngomelnya karena ia sangat malu. Bagaimana tidak belum genap sehari Dira sudah berkali -kali dibuat malu
"Sudah sana kakak Meeting...." Usir Dira masih dengan wajah kesal.
"Kasih Semangat dulu donk" jawab Bian masih manja dan mengabaikan sang istri yang sudah kesal.
"Kakak... malu"
"Malu sama siapa? "
"Nanti kalau mas Ari masuk atau Mbak Anita masuk?"
"Tidak akan"
"Ih... kakak... Ini "
"Loh Ayo kasih semangat dulu ini... "
"Ngak mau.. " Dira akan meninggalkan Bian namun langkahnya kalah cepat dengan tangan Bian yang sudah lebih dulu menahannya.
"Kamu mau berdosa karena tidak patuh sama suami" Bisiknya ditelinga Dira..
.
.
.
.
.
.
Bersambung
jangan lupa Like 😁
komentarnya 📝
❤ (biar pas aku up kamu dapat notifikasinya)
Thankiyuuuuuuuu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments