Seusai sarapan yang penuh dengan kehangatan keluarga. Terlebih untuk Bian sungguh ini sarapan ternikmat disepanjang sarapan -sarapan sebelumnya. Menjadi bagian keluarga Dira membuat Bian memiliki keluarga yang utuh. Canda tawa dan rasa kekeluargaan yang terpancar dikeluarga Dira sungguh membuat hati terasa bahagia.
Sekali lagi Bian mengucap rasa syukurnya akan nikmat yang tiada terhingga ini. Bian pamit untuk bersiap -siap berangkat Kekantor. Sementara Dira malah sibuk membantu Bunda didapur. Lalu apakah Bunda akan diam saja? tentu saja tidak. Bunda langsung memberikan titah pada putrinya yang baru saja semalam memiliki gelar menjadi seorang istri.
"Ndok bantuin suamimu sana"
Seolah masih enggan untuk membantu sang suami. Bukan enggan namun lebih tepatnya masih canggung akan kebiasaan barunya.
"Tapi Bun.... "
"Ndok..... " Bunda berkata selembut mungkin dan sebisanya mengulas senyum yang memilki arti jika titahnya tidak bisa dinego.
"Ia Bunda... Dira bantu Kak Bian"
Ketika Dira masuk kekamarnya Dira tersenyum mendapati sang suami yang sudah memakai kemeja namun ia masih berkutat dengan dasi yang masih belum sempurna dipasang. Ternyata dia beneran ngak bisa pasang dasinya. Batin Dira juga terkekeh karena satu lagi ia melihat sisi lain dari suaminya ini. Ada juga yang tidak bisa dia lakukan.
Dengan langkah bahagia dan senyum mengembang dibibirnya Dira menghampiri sang suami dan mengambil alih dasi yang masih belum sempurna terpasang. Dengan cekatan Dira memasangkan dasi di sela -sela kerah kemeja Bian.
Jika jaraknya hanya sedekat ini Bagaimana aku bisa mengendalikan diriku Ra. Berapa lama waktu yang kamu butuhkan si Ra. Rasanya Bian sudah tidak sanggup menahan hasrat bibir ranum milik sang istri.
"Oke sudah selesai.. " Ucap Dira sambil mengibas -ngibaskan dengan tangannya Jas yang juga sudah menempel dibadan Bian.
"Terimakasih" ucap Bian tersenyum manis.
Dira hanya membalas dengan senyuman termanisnya juga. Bian mengusap kepala istrinya dengan senyum dengan pancaran mata yang sulit untuk diartikan. Meski hanya sedetik tak ingin rasanya Bian mengalihkan pandangannya dari wajah cantik istrinya. Ingin rasanya Bian membawa serta Dira kemanapun. Namun bagaimana caranya rasanya Bian masih enggan untuk mengajak. Banyak pikiran yang berkecamuk dikepalanya. Meski ingin namun Bian harus tetap bersabar.
"Udah sana kakak berangkat... "
"Dih... kamu ngusir kakak ne... " Sambil tersenyum jahil Bian mengerut-ngerutkan alisnya berulang -ulang.
"Ntar kakak telat kekantornya" Ucap Dira berdalih. Padahal apa yang terjadi pada jantungnya. Sedar8 tadi sudah kembang kempis ngak karuan lho ini. 😁😁😁😁
"Oh ia... " Sambil Bian mencoel hidung bangir milik istrinya " Kakak ada meeting ....."
Bian sengaja menggantung kalimatnya hanya untuk memancing ekspresi Dira. Well... Pancingannya berhasil. Kalimat yang menggantung membuat wajah Dira berubah masam.
Melihat wajah masam Dira membuat Bian semakin gemas dan ingin rasanya menguncinya namun lagi-lagi Bian harus menahannya.
"Kamu ikut kakak Kekantor saja "
Ini juga tak kalah membuat Dira kaget. Dira yang masih cemberut diam tak menjawab.
"Kamu izin saja tidak mengajar"
"Tapi... "
"Setelah kakak Meeting kita ketemu sama Rangga"
"Meeting? "
"Hem"
"Sama wanita overcook itu? " Jawab Dira akhirnya menyebut nama wanita yang ia sematkan sejak pertama kali bertemu.
"Makannya Kamu ikut....... biar nggak pensaran"
"Penasaran? "
"Iya... penasaran dengan hati kamu itu yang lagi cemburu? " Bian menjawab dengan tersenyum menggoda
"Huh... suka ngada -ngada kalau ngomong. siapa yang cemburu Tuan Bian"
"Anak perempuannya Pak Harun Abdullah dan ibu Dewi Ningrum"
Refleks dira mencubit lengan Bian "Awwwww lagi donk... " Bian masih juga menggoda
Kali ini Dira mendaratkan cubitannya lebih keras dan kali ini juga Bian merintih kesakitan ini beneran sakit "Aduh.. Ra... kamu ini ya.. kalau nggak nyubit, mukul, lama -lama tangan kamu ini kakak potong" Ancam Bian sambil meringis kesakitan
"Tadi minta lagi"
Bian hanya mendengus pelan. Namun tak bisa dipungkiri jika benar Bian sangat bahagia. Meski Bian tahu perasaan Dira belum sepenuhnya menerimanya namun setidaknya sikap Dira yang ditunjukkan sangat membuatnya bahagia.
"Ikut Kakak ya... "
"Apa ngak apa-apa? "
"Sudah sana siap -siap" Bukan menjawab pertanyaan Dira malah memberinperintah.
"ya kakak keluar dulu"
"Kenapa harus keluar"
"ya kan Dira mau ganti pakaian? "
"Ya udah tinggal ganti, toh kita suami istri. Semua yang ada ditubuhmu sudah halal untuk ku lihat" Jawab Bian.
Mendengar jawaban Bian membuat Dira bergidik ngeri. Apa-apaan ini masak ia Kak Bian mau melihat aku berganti pakaian kan malu.
"Ya sudah Kalau gitu Dira pakai baju ini saja"
"Ya sudah no problem houney... " jawab Bian berasa mendapat angin segar untuk menggoda Dira.
"Ih... kakak... memangnya kakak ngak malu kalau nanti seluruh karyawan kakak menertawai kakak. kalau kakak Kekantor membawa pembantunya "
"Yang berani bilang gitu akan kakak pastikan dia tidak akan mendapat gaji untuk bulan depan"
"Apaan si kakak ini..... jangan sedikit -sedikit pecat, sedikit -sedikit marah. Biasakan deh mengahadapi masalah itu dengan tenang dengarkan dulu alasannya apa. Tidak kasian apa mereka sudah bekerja keras untuk kakak hanya karena mereka melakukan sedikit kesalahan langsung dipecat. Tidak kasian sama keluarganya bergantung dengan orang yang kakak pecat itu. " Ucap Dira panjang lebar. Namun Bian bukannya marah dia malah tersenyum mendengarkan kebawelan Istrinya ini. Ternyata selain suka nangis ne anak bawel juga.
"Oke kakak tunggu diluar"
Dira hanya mengangguk dan segera merapikan dirinya. Agar Dira juga tak terlihat memalukan nanti didepan karyawan Caraka Group.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Setelah menembus jalanan kota yang tidak begitu padat sampailah mereka di Perusahaan milik Bian. ketika Bian mulai memasuki loby utama perusahaan semua karyawan sudah menyambutnya dengan hormat.
Pesona seorang Bian yang terkesan dingin dan cuek justru membuat ketampanannya berkali -kali lipat. Langkah kakinya saja sudah membuat para karyawan tunduk padanya. Namun demikian Bian masih menjadi idola dikalangan karyawan perempuan.
Berbeda dengan Bian dan Ari Dira malah merasa sungkan jika harus bersikap seperti kedua pria dingin dengan penuh karisma itu.
Dira masih tersenyum untuk menyapa siapa saja yang berpapasan dengannya.
Sampailah mereka dilantai 7 ruangan Bian. Disana Bian juga sudah disambut dengan wanita cantik dengan pakaian yang sopan dan dibalut oleh jilbab pasmina warna pastel. Inilah salah satu kelebihan kantor Bian Banyak karyawan Wanita yang menggunakan hijab. dan meski tak memakai hijab mereka masih memakai pakaian yang tergolong sopan.
"Assalamualaikum Pak Bian... Mas Ari Mbak Dira"
"Walaikumsalam "jawab kami hampir bersamaan. Ada sedikit rasa bingung dibenak seseorang yang sedang menyambut kami. Mungkin begini kira -kira Kok Dira pagi-pagi sudah ikut keperusahaan. Namun pertanyaan itu takut untuk dikeluarkan.
"An... keruangan saya sekarang " Perintah Bian
"Baik Pak " Jawab mbak Anita patuh dan mengekor.
Sesampainya diruangan.
"An... pasti kamu bertanya -tanya kenapa Dira pagi ini ikut keperusahaan kan? "
Sebenarnya Anita takut untuk mengatakan. Tapi ia penasaran juga akhirnya ia hanya berani mengangguk ragu.
"Dira adalah istriku.."
.
.
.
.
.
Bersambung ya Guys....
Jangan lupa Like komentarnya juga faforite
like 😁
Komentarnya 📝
Love... ❤ (Biar pas aku up kamu dapat notifikasinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments