Malam telah berlalu suara azan telah terdengar menyejukkan. Dan mengaharuskan setiap muslim untuk segera menyudahi nikmat dunia yang membuatnya semakin terlena. Bian perlahan membuka matanya. Namun senyum dibibirnya mengembang sempurna ketika ia merasakan ada sesuatu yang berat menimpa dadanya. Ia usap tangan yang kini melingkar memberikan kehangatan keduanya.
"Alhamdulilah.... Semoga cinta akan segera tumbuh dihatimu" Ucap Bian menatap lekat wajah Dira yang kini telah berada dijarak yang begitu dekat. Ingin rasanya Bian menikmati bibir ranum istrinya. Namun Bian telah berjanji akan bersabar dan menunggu hingga Dira siap.
"Ra.... Bangun yuk sholat subuh dulu" Bian membangunkan Dira dengan begitu lembut. kelembutan Bian justru membuat Dira semakin mengeratkan pelukannya.
"Nadira Diandra Putri.... "
Kalimat yang menyebut nama lengkapnya nyatanya mampu menyentak dan membuat matanya terbuka lebar. Dan hampir saja Dira berteriak ketika dirinya menyadari ada orang lain yang sedang berada dijarak yang sangat dekat dengannya.
"Aku suamimu sekarang" Ucap Bian segera memberikan klasifikasi sebelum Dira berteriak.
Dira mengatur detak jantungnya. Masih sangat terkejut dan juga malu karena kenapa bisa, dirinya lupa jika semalam dia sudah sah menjadi istri dari Akbar Fabian Caraka.
Agar detak jantungnya tak terdengar jelas oleh Bian. Dira segera beranjak dan pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri. Sedang Bian hanya menggeleng dan sedikit menarik sudut bibirnya melihat tingkah istrinya.
Seperti biasa pada subuh - subuh sebelumnya Dira menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Namun ada yang berbeda apa itu? Di sholat subuh kali Dira tidaklah menunaikannya seorang diri melainkan ia berjamaah dengan seorang pria yang baru tadi malam mengucapkan ijab qobulnya.
Entahlah rasanya ini adalah sholat subuhnya yang paling sempurna selama hidupnya. Bisa sholat subuh berjamaah dengan seseorang yang telah menyandang sebagai suaminya itu. Ini memang salah satu impian Dira menikah dengan pria yang taat akan TuhanNya. Mungkin ini bukan hanya impian Dira tapi impian setiap wanita bukan. Namun Beruntunglah Dira Allah mengabulkan Doanya dinikahi oleh pria soleh seperti Bian menunaikan kewajiban secara berjamaah.
Mencium punggung tangan sang suami kemudian Bian mengecup kening sang istri. Sungguh ini membuat jantung seolah berdebar berkali -kali lipat. setelah itu Dira pamit pada Bian untuk membantu Bunda menyiapkan sarapan.
"Kak Dira membangu Bunda didapur ya? "
Bian hanya tersenyum dan mengangguk untuk memberikan izin.
"Oh ya.. kakak mau dimasakin apa? "
"Apa saja jika kamu yang siapin kakak akan suka" Ucap Bian tulus yang mampu membuat detak jantung Dira semakin kencang dan seperti lomba maraton.
Dira tersenyum dan segera merapikan mukena dan juga sajadahnya. Dan ia menyelinap Keluar karena sepertinya Bian sedang melakukan aktifitas lain.
...🍀🍀🍀🍀🍀...
"Kak Sarapannya sudah siap? "
Suara diujung pintu cukup menyentak Bian yang sedang bicara serius sambungan telpon. Dan ternyata bukan hanya Bian yang tersentak dengan kehadiran Dira namun lawan bicara Bian pun ikut tersentak.
"Bukannya itu suara Dira?"
Bian baru menyadari jika ia masih berada disambungan telepon. "Mas... Itu suara Dirakan? Kenapa pagi-pagi Dira sudah berada ditempat Mas Bian? " Cercanya. Bahkan dia lebih tertarik membicarakan sial Dira ketimbabg pembicaraan seriusnya tadi.
"Nanti aku jelaskan"
"Tapi Mas"
"Sampai ketemu nanti siang"
Sambungan terputus tanpa memberi kesempatan lawan biaranya menyetujui. Lalu apa yang terjadi disebrang sana.
Rangga dibuat bertanya-tanya kenapa Dira berada Dirumah Bian sepagi ini. ya Rangga lah yang tadi Sednag terlibat obrolan serius dengan Bian disambungan telpon.
Bian langsung balik badan dan.....
Glek......
Bian menelan salivanya melihat pemandangan diujung pintu sana. ini pertama kalinya Bian melihat Dira tanpa penutup kepala. Rambut hitam lurus diikat kuda dan leher jenjang putih mulus membuat Bian berkelana pikirannya.
"Sabar Bi... Sabar.... " Ucap Bian masih tertegun dengan suguhan yang dipancarkan Dira.
Merasa Bian tak akan beranjak Dira melanglah maju dan menghampiri Bian yang masih diam terpaku. Hingga Dira sudah berada tepat dihadapannya Bian masih tak mengedipkan matanya.
"kak.... "
Kenapa kamu menggodaku seperti ini sih Ra. Kalau begini aku jadi ragu sampai kapan aku snaggup menunggu kamu siap.
"Kak... "
Hingga panggilan Dira yang keduapun Bian masih saja setia terpaku oleh pemandangan yang berbeda dari Dira.
"Kak"
Dan dipanggilannya yang ketiga barulah Bian menyadari.
"Iya ada apa? " Ucap Bian meski Bain telah sadar akan keberadaan Dira. Namun sorot matanya tak beralih sedikitpun dari wajah ayu yang natural milik Dira.
"Sarapan sudah siap?"
Bian tersenyum dan menatap dalam setiap inci wajah Dira. Semakin lama jarak diantara keduanya semakin dekat. Dan jarak yang ada membuat Dira merasakan aliran darahnya memanas seperti menginginkan sesuatu. Hingga reflek ia memejamkan mata.
"Ups.... Maaf ngak sengaja... Lain kali tutup pintunya"
Suara seseorang yang membuat dua insan itu tersentak. Malu sudah pasti tapi bagaimana lagi semua. Aduh kenapa bisa ceroboh banget sih. harusnya tadi aku bisa lebih mengendalikan diri.
Muka merah merona Dira tak bisa disembunyikan. Ingin rasanya ia memaki adiknya yang sedang terkekeh dari ambang pintu mendapati wajah sang kakak yang kikuk.
"Memangnya mau ngapain? " Jawab Dira menutupi rasa malunya yang tak tertaha.
"Ya.... Mau ngapain aja bebas.... "
"Huh.. Dasar anak kecil.... "
Umpat Dira yang juga dijawab dengan tawa jahil sang adik. Lalu bagaimana kabar sang suami. Meski ia juga tak kalah malu namun Bian masih bisa menutupinya dengan sikap cool dan cueknya.
Kemudian setelah membuat kekacauan diantar pasangan pengantin baru ini. Dengan tanpa rasa bersalah Ical berlalu dengan santainya namun baru setengah perjalanan Ical menghentikan langkahnya. barulah teringat tujuannya tadi kekamar kakaknya.
"Aduh bagaimana ini balik lagi atau bagaimana... Nanti kalau aku melihat adegan itu lagi bagaimana? " guman Ical sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ah masa bodoh dah... " Akhirnya Ical mengambil keputusan. pikirnya akan lebih berbahaya jika nanti ia keluar tanpa membawa sang kakak. Omelan Bunda akan lebih bahaya ketimbang harus menyaksikan adegan tadi. kekehnya dan mungkin kejadian tadi tidak akan terulang pasti mereka akan lebih hati-hati.
Langkahnya kembali berhenti diambang pintu... Ternyata dugaannya salah besar ya ampun orang ini Kenapa diulang sih mana pintunya tidak ditutup.
"Huh... mas Bian Diluar ada mas Ari" suara Lantang Ical seolah membuat mereka kaget untuk yang kedua kalinya. tanpa mendengar jawaban dari keduanya langsung lari keryang tamu.
"Huh anak itu.. " ucap Dira.
Bian hanya tersenyum jahil mendapati wajah kesal sang istri. Padahal sedari tadi tidak ada yang ingin Bian lakukan. yang akan ia lakukan hanyalah berbisik seperti saat ini...
"Lain kali dipakai jilbabnya kalau tidak mau Kakak melakukan aktifitas lain padamu? "
Terbelalak mata Dira menyadari akan kecerobohannya. Kenapa bisa-bisanya ia melupakan itu.
"Ayo.. " Ajak Bian menggenggam erat tangan Dira menunju ruang makan.
Sungguh suasana berbeda yang dirasakan Bian. Meski Bian juga memiliki keluarga yang penuh cinta. Namun keluarga membuatnya merasa hangat. Kerinduan terhadap sosok ayah kini terbaru dengan kehadiran Ayah Dira yang juga sudah menjadi Ayah mertuanya.
Senyum dibibir terus mengembang diwajah tampan Fabian. obrolan -obrolan kecil pun tercipta hangat disana. Hingga sarapan istimewa ini begitu singkat dirasakan Bian. Sekali lagi Bian tak akan berhenti mengucap syukur atas karunia yang telah Allah hadiahkan untuknya.
.
.
.
.
.
.
B**ersambunggggg
like
komentarnya
❤ (biar pas nanti aku up kamu dapat notifikasinya)
Thankiyuuuuuuuu pake bangetttttt
😁😁😁😁😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments