Rumah Sakit.
Kini ke tiganya sampai di rumah sakit, Baskara menarik lengan Sasa untuk ikut dengannya menuju ruangan di mana ruang korban Sasa di rawat. Baskara tau sebab mata-matanya masih berada di sana sesuai perintah Baskara, hingga tanpa bertanya pun kini Baskara tau ke mana harus membawa Sasa.
"Masuk!" Baskara menarik Sasa dan menghempaskannya di lantai, berdekatan dengan ranjan Brian.
Brian dan juga Bilmar yang masih berada di sana merasa bingun dengan kehadiran Sasa yang tiba-tiba, bahkan dengan cara di hempaskan ke lantai oleh seorang pria paruh baya. Namun Brian dan Bilmar tau dan cukup mengenal siapa orang yang menghempaskan Sasa, banyak pertanyaan di benak keduanya begitu pun dengan Anggia yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Sasa," Anggia mencoba menolong Sasa, tapi Sasa menolak malah ia mencoba mendorong Anggia. Namun dengan cepat Bilmar menarik sang istri agar tak terjatuh.
"Tuan Baskara?" kata Brian yang masih bingung.
Baskara yang di ikuti Zakira langsung masuk, kini ia tau ternyata korban dari Sasa adalah putra tunggal Pasha Wiratwan. Dengan membuang rasa malu Baskara tetap mendekati Brian, matanya bukan hanya melihat Brian tapi Bilmar juga. Pebisnis muda pemilik prusahaan raksasa.
"Tuan Bilmar?" kata Baskara.
Bilmar tak menjawab kini ia hanya diam menatap Baskara penuh tanya, selanjutnya Baskara menatap Brian yang masih berbaring di ranjang.
"Tuan Brian atas nama putri saya, saya mohon maaf. Karena ke gagalan saya mendidiknya hingga dia tumbuh menjadi wanita pembangkang, sekali lagi mohon maaf karena putri saya anda terbaring di sini," kata Baskara menundukan kepala.
"O, jadi kau yang berniat menghabisi istri ku?" Bilmar mendekati Sasa yang berdiri di dinding ruangan, dengan perasaan takut dan menunduk ia terus mencoba berdiri.
"Maksud anda tuan?" tanya Baskara tidak mengerti, "Bukankah yang menjadi korba tuan Brian? Lalu kenapa malah membawa istri anda?" tanya Baskara yang masih di landa kebingungan.
FLAS BACK ON.
Setelah ada ketegangan antara Anggia dan juga Sasa, lalu Anggia pergi bersama dengan Veli. Meninggalkan Sasa yang masih kesal padanya, dengan perasaan sangat kesal dan marah Sasa juga kembali ke ruangannya, rasa tidak terima atas apa yang sudah Anggia katakan padanya terus saja membuat jiwa iblisnya keluar. Setelah sampai di ruangannya Sasa mondar mandir tak jelas memikirkan sesuatu, hingga ide gila itu muncul di otaknya.
Kini Sasa sudah berada dalam mobilnya, ia ingin membuat Anggia keguguran dengan cara mencampurkan zat kimia pada minuman Anggia. Dan kini ia ingin memikirkan cara bagaimana bisa mencampurkan racun tersebut. Namun saat Sasa mengemudi ia melihat dari kejauhan Anggia yang berdiri di sisi jalanan, Sasa yakin Anggia akan menyebrang.
"Ngapain susah-susah, sekalian aja dia abis disini kan," gumam Sasa tersenyum bahagia, dengan mobil yang baru saja ia beli dengan yakin orang-orang tidak akan tau bila ia lah pelakunya.
"Selamat tinggal Anggia Tiffani," kata Sasa lagi di selingi tawa, dengan mulai menambah kecepatan mobilnya ia memang sudah mengarahkan mobilnya dari kejauhan untuk menabrak Anggia.
"Aaaaaaaa," teriak Anggia saat mobil akan mendekat padanya, sebab ia berdiri bukan di tengah jalanan melainkan di sisi jalanan. Jadi Anggia cukup kaget, namun Anggia merasa tubuhnya melayang seperti ada yang mendorongnya.
BBUUUK.
Mobil Sasa menabrak seorang pria yang menolong Anggia.
"Sial, kok bukan Anggia," gumam Sasa sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sebelum orang-orang di sana tau ia lah yang berencana ingin menghabisi Anggia.
Flash back of.
"Sasa kau sangat lancang!" bentak Baskara setelah mendengar penjelasan Sasa, kini Baskara mengerti kalau Sasa berniat menghabisi Anggia istri dari Bilmar Rianda, damun Brian mantan suami Anggia malah menolong Anggia. Hingga Brian yang menjadi korba demi menolong mantan istrinya.
"Maaf tuan.....hiks, hiks," Sasa menundukan kepala dan ketakutan.
"Maaf?" Bilmar mencengkram erat dagu Sasa, karena perasaan kesal.
"Hiks....hiks...." Anggia malah menangis ketakutan ia pikir ia akan menyaksikan Brian dan Bilmar memukuli Sasa di hadapannya, bayangan saat dulu ia melakukan kesalahan tangan Brian lah yang berbicara seakan kembali menghantuinya.
Bilmar menghempaskan Sasa, ia sadar istrinya ketakutan dan ia tidak akan mau istrinya terus di hantui rasa takut. Dengan cepat Bilmar menarik istrinya kedalam pelukannya, dan berulang kali ia mengecup pucuk kepala Anggia.
"Jangan takut," kata Bilmar.
Brian berusaha mendudukan tubuhnya walau pun terasa sulit, ia kasihan melihat Anggia yang ketakutan.
"Sasa kami tidak akan menghukum mu dengan cara kami, kau akan kami polisikan dan aku pastikan kau tidak akan memakai jas putih mu itu lagi!" kata Brian.
"Tuan saya mohon, saya khilaf dan saya minta maaf," kata Sasa menunduk di hadapan Brian.
"Siapa saja yang terlibat dengan rencana gila ini?" tanya Bilmar yang masih memeluk Anggia dengan erat.
"Jawab Sasa jangan diam saja," kata Baskara dengan kesal, ia benar-benar sangat malu saat ini. Brian dan Bilmar adalah rekan bisnisnya, kedua orang itu sangat menghormati Baskara karena lebih tua dari mereka tapi Sasa malah menjatuhkan harga diri Baskara.
"Tidak ada tuan Bilmar, aku tadinya tanpa pikir panjang langsung ingin menabrak Anggia," jawab Sasa dengan suara terbanta-banta.
"Kau jangan berusaha melindungi orang lain!" kata Bilmar, sambil menatap Brian.
Brian tersenyum samar, ia yakin Bilmar saat ini menuduhnya terlibat dalam perencanaan pelenyapan Anggia.
"Tidak tuan tidak ada....hiks, hiks," Sasa terus menangis karena rasa takut.
"Aku korban di sini, dan aku berhak untuk mempolisikan mu!" kata Brian sambil mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas.
"Tuan....hiks, hiks," Sasa menangis ketakutan berharap Brian mengampuninya, "Maaf tuan, aku mohon," kata Sasa menundukan kepala.
"Tidak bisa.....aku tidak mau tertuduh dalam kejahatan ini dan aku ingin menuntaskan masalah ini. Agar semua jelas," tutur Brian, ia memang tidak mau tertuduh karena dia memang tak pernah merencanakan ini semua.
"Aku mohon tuan," kata Sasa lagi, "Papah tolong Sasa," pinta Sasa dengan menangis berharap sang Papah akan menolongnya.
"Anggia," Sasa menghampiri Anggia dan berlutut di bawah kaki Anggia yang masih di dekap Bilmar, "Aku mohon maafin aku," kata Sasa dengan perasaan menyesal. Ia tak pernah bermimpi akan hidup di tahanan dan melepaskan fropesi yang ia cita-citakan sedari kecil.
"Sasa," Anggia tak bisa berjongkok sebab perut buncitnya, namun tetap saja ia berusaha agar Sasa mau bangun, "Sasa bangun, kamu nggak pantes melakukan ini," kata Anggia yang merasa tak enak hati, dengan Sasa yang kini bersimpuh di kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Imas Sunarya
episide 49
2022-01-28
0
Sartika Nirmala
seruuu
2021-11-05
0
bunda fz
Anggia terlalu baik
2021-10-13
1