Bel istirahat telah berbunyi. Khanza dan Dea pun memutuskan ke kantin sekolah karena merasa tenaganya terkuras saat belajar, perut yang meronta dan tenggorokan kering meminta untuk segera di isi.
Memesan dua porsi Bakso dan jus jeruk, mereka segera memakan pesanannya karena memang sudah sangat lapar dan haus. Tertawa bersama dan bercanda bersama, tanpa menghiraukan sekitar mereka.
Mereka terkejut ketika ada yang menggebrak meja mereka.
"Lo ya ....! Sudah gue peringatkan juga jangan ganggu pacar gue, masih saja nelpon-nelpon dia!" Tia dan geng centil datang langsung marah marah.
"Apa maksud Kakak ya?" Khanza bertanya dengan bingung kenapa mereka langsung marah marah.
"Eh cupu! gue nggak ada urusan sama lo! jadi lo diam aja. Gua mau bikin perhitungan sama ni anak so kecantikan!" ucap Tia menunjuk muka Dea. Tia terlihat begitu emosi, sedangkan yang lain cuma menonton tetapi selalu siap jika mereka di butuhkan.
Dea mengernyit heran kenapa dia yang di salahkan, Dea angkat bicara, "Maksud kaka apa ya? siapa yang nelpon pacar kaka?"
"Jangan pura-pura tidak tau deh lo? lo kan yang nelpon sony?" Mendorong bahu Dea sampai mundur kebelakang.
"Santai Kak! kita bicarakan dulu baik-baik, jangan ada kekerasan." Khanza tida k bisa diam kalau sudah ada kekerasan, mencoba menenangkan dua orang yang sedang bersitegang di depannya.
"Diam lo ...." Tia menunjuk Khanza, Khanza pun memutuskan diam dulu.
"Asal Kakak tau, pacar Kakak yang so gentengan itu yang nelpon duluan. Aku nggak tau dia mendapatkan nomer aku dimana?" Dea berucap dengan santainya karena merasa memang dia tidak bersalah.
"Emang aku percaya sama kamu! dari kemarin kan kamu yang kecentilan mendekati dia."
"Terserah kalau nggak percaya.... Ini kaka lihat aja siapa yang nelpon duluan." Dea memberikan hp dan mempelihatkan daftar panggilannya.
Tia langsung mengambil dan mencek hp Dea, yang ternyata memang benar berkali kali panggilan tidak terjawab dari sony, dan beberapa chat yang tidak di balas oleh Dea.
"Bukan maksud ikut campur ya ka, tapi kaka Sudah percaya kan? untuk lebih jelasnya sebaiknya kaka juga cek hp pacar kaka!" ucap Khanza.
Tia dan teman temannya cuma diam tak menanggapi, menyerahkan hp Dea ke tangannya, dia berlalu dengan sengaja menyenggol bahu Dea. Setelah beberapa langkah Tia berbalik dan mengatakan
"Tapi kalian berdua jangan harap lepas dari Kami ....!"
Setelah itu dia pergi meninggalkan dua orang yang cuma menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Kepergian Geng centil membuat Khanza dan Dea bernapas lega, menyisakan tanya bagi mereka kenapa seolah mereka sangat di benci sama geng centil itu.
Mereka tidak mau ambil pusing tentang geng centil karena bagi mereka selama tidak bersalah kenapa harus takut.
***
Arif dan Randra juga beberapa temannya yang sedang berada di taman sekolah dengan memainkan gitar dan bernyanyi bersama melihat geng centil yang datang dari arah kantin.
Geng centil yang melihat ada sekelompok cowok ganteng berkumpul pun langsung menghampiri.
"Boleh gabung nggak?" ucap Vera salah satu anggota geng centil, yang ternyata diam diam menyukai Arif.
"Boleh ko, sini duduk." Randra langsung berdiri dan mempersilahkan mereka duduk di bangku taman yang tadi mereka duduki.
"terimakasih ya ....!" kata Tia.
Mereka mengobrol bersama dan ada yang ikut bernyanyi dengan Arif yang memainkan gitar.
Vera yang sedang memulai tahap pendekatan kepada Arif dengan mencari-mencari perhatian Arif.
Arif yang memang berniat mendekati anggota geng centil untuk meningkatkan popularitasnya di sekolah pun sangat senang.
Apalagi yang mendekatinya adalah Vera, yang paling cantik di anggota geng centil.
Bukan cuma Vera yang menyukai Arif tetapi, Ifa dan Zia juga menyukai Arif. Karena, Vera yang terlihat pendekatan lebih dulu mereka memilih mengalah, mereka pikir kalau nanti Vera tidak bisa mendapatkan Arif baru lah mereka mencoba.
Arif menawarkan untuk mengantarkan Vera pulang, dan di setujui oleh Vera dengan senang hati.
Ada rasa cemburu dari Zia karena Vera dengan mudah mendapatkan perhatian Arif. Tetapi, dia hanya diam memendam semuanya.
Geng centil pun memutuskan masuk ke kelas mereka karena jam istirahat sudah hampir berakhir.
"Nanti gue tungguin pulang!" ucap Arif pada Vera dengan senyum manisnya, membuat bukan cuma Vera tetapi, Ifa dan Zia semakin klepek-klepek dengan pesonanya.
"Ok! aku masuk dulu ya, bye ....!" ucap Vera melambaikan tangan berlalu dari sana.
"Cie yang lagi bahagia ...." ucap Tia menyenggol bahu Vera.
Yang di senggol cuma tersenyum-senyum, tidak menanggapi teman-temannya yang dari tadi asyik menggodanya.
Hanya Zia yang cuma diam, karena merasa tidak senang dengan kedekatan Vera dan Arif.
Arif dan Randra juga beranjak berdiri ingin memasuki kelasnya, langkah Arif terhenti karena melihat Khanza dan sahabatnya yang juga ingin memasuki kelasnya. Khanza yang asik bercanda tertawa bersama dengan Dea tidak menyadari kalau ada Arif di dekatnya, dia berlalu begitu saja melewati Arif yang terus menatapnya.
"woi Rif ....! kenapa malah bengong, ayo masuk," ucap Randra menepuk bahu Arif yang tiba-tiba berhenti dan diam.
Arif tersadar dengan tepukan di bahunya, tidak menanggapi dan langsung berjalan meninggalkan Randra yang bingung dengan tingkah sahabatnya. Randra menggelengkan kepala dan langsung menyusul Arif berlalu ke kelasnya.
Berjalan lurus memasuki kelasnya, tatapan Arif tak pernah lepas dari Khanza.
Khanza sadar sedang di perhatikan hanya menunduk malu. Di saat Arif berhenti di sampingnya Khanza mengangkat kepalanya membalas tatapan mata dari seseorang yang di kaguminya dalam diam itu.
Sejenak mereka tenggelam dalam pandangan yang saling mengunci. Khanza memalingkan muka memutus pandangannya. Mukanya memerah, tangannya juga mengeluarkan keringat. Detak jantung yang sudah tidak beraturan, entah malu atau gugup yang di rasanya.
Arif berlalu dan duduk di belakang Khanza.
'Apa dia marah gara-gara tadi pagi? Sudah lah, nanti aku coba tanya langsung aja'
Arif berbica dalam hati. Tersadar ketika di sebelahnya terjadi keributan. Siapa lagi kalau bukan Tom jerry lagi berantem.
Dea dan Randra selalu beradu mulut kalau bertemu dan itu menjadi rutinitas harian mereka di kelas. Tak pernah bisa akur membuat Arif dan Khanza cuma bisa menghela nafas dan menggelangkan kepalanya. Pusing kalau sudah dengar mereka bertengkar tak ada habisnya, sekalipun di pisahkan, yang ada akan semakin nyolot.
****
Jam pelajaran telah selesai bel sekolah pun sudah berbunyi menandakan bahwa murid murid bisa pulang kerumahnya. Khanza masih merapikan alat tulisnya.
Dea langsung berpamitan karena sudah di jemput dan di telpon kakaknya yang menunggu di luar sekolah dari tadi, sehingga tidak menunggu Khanza keluar bersama.
Randra juga berpamitan untuk pulang lebih dulu dengan Arif, karena dia sudah janji dengan temannya yang lain.
Tinggal lah Arif dan Khanza di kelas, Khanza yang beranjak ingin keluar, lengannya di tarik Arif. Refleks Khanza membalikkan badannya.
"Tunggu Za .... Kamu marah sama aku?" tanya Arif.
"Marah untuk apa? memangnya kamu salah apa Rif?" ucap Khanza yang memang sudah melupakan kejadian tadi pagi.
"Itu .... Yang tadi pa ...." ucapan Arif terhenti karena kedatangan Vera. Vera mendatangi Arif untuk pulang bersama.
Khanza yang merasa ada orang lain datang berbalik mengikuti tatapan Arif. Terkejut melihat ada salah satu anggota geng centil berada di kelasnya.
"Ow .... Ada Gadis cupu disini!" ucap Vera
Khanza cuma diam tidak menanggapi karena memang malas jika harus berdebat dengan orang yang baginya tidak penting.
Arif yang merasa kalau Vera merendahkan Khanza, langsung mengajak Vera pergi karena dia tidak mau jika kata-kata Vera berlanjut dan akan semakin menghina Khanza.
"Yuk Ver! gua antar!" ajak Arif langsung menarik tangan Vera.
Vera hanya mengikuti Arif berlalu dari sana dan tidak perduli lagi dengan Khanza yang masih diam menatap tangan Arif yang menggenggam tangan Vera.
Entah kenapa ada rasa sakit yang di rasakan Khanza.
'Kenapa seperti ini, dia bukan siapa siapa aku.'
Berbicara dalam hati dengan memejamkan mata dan memegang dadanya untuk menetralkan rasa sakit yang entah kenapa begitu menusuk di hati Khanza.
Khanza bejalan keluar untuk pulang, ternyata dia sudah di tunggu oleh supir Papanya di parkiran.
Sebelum memasuki mobilnya Khanza tidak sengaja melihat Arif yang ternyata membonceng Vera untuk mengantarkan Vera pulang.
Sekali lagi Khanza merasakan sakit yang begitu menusuk di dadanya. Khanza bergegas masuk ke dalam mobilnya, di dalam mobil Khanza hanya melamun karena memikirkan tentang perasaannya.
'Tidak mungkin aku mencintai Arif ini cuma mengagumi, iya .... Aku hanya sebatas kagum karena Arif berberapa kali sudah menolongku. Tapi kenapa harus sakit melihat dia dengan orang lain, itu kan hak dia aku bukan siapa siapa nya, aku cuma mengagumi nya'
Terus berbicara di dalam hati dengan lamunannya, Sopir Khanza sesekali melihat Khanza melamun melalui spion depan , tidak berani bertanya apa yang sedang di pikirkan majikannya.
Mobil sudah berhenti di halaman rumah Khanza, tetapi dia masih tidak bergerak dari tempat duduknya. Masih berkelana dalam lamunannya sampai sang supir yang menyadarkannya karena sudah sampai di rumah.
"Non .... sudah sampai," ucap sang supir.
"Eh .... Maaf Pak!"
Khanza tersadar langsung turun dan masuk ke kamarnya dengan berdiam diri.
Ibu Khanza bingung dengan sikap anaknya yang terlihat murung dan berdiam diri.
"Pak, kenapa dengan Khanza?" Mencoba bertanya dengan supir yang menjemput anaknya.
"Maaf Bu, saya juga tidak tau! tadi di dalam mobil juga cuma diam Bu," ucap supir juga tidak mengetahui ada apa dengan anak majikannya.
"Mungkin cuma kelelahan ya Pak!" ucap Mama Khanza.
"Mungkin Bu! Permisi saya pamit kebelakang dulu Bu!"
"Silahkan Pak!"
Mama Khanza kembali kedapur melanjutkan aktivitas memasaknya.
****
Khanza langsung masuk kekamar mandi dan berendam di bak mandinya, dipikir Khanza dengan berendam mungkin bisa menenangkan pikirannya yang lagi kacau.
Setelah selasai mandi dia mengistirahatkan tubuhnya di kasur, dengan berselancar di akun akun sosial medianya.
Khanza tidak sengaja melihat foto Arif dan Vera yang baru saja di upload Arif di akun Instagram pribadinya dengan caption Love.
Mata Khanza langsung panas dan langsung meneteskan air mata. Dengan cepat Khanza menyeka air matanya.
'Ngga boleh nangis, aku ngga boleh seperti ini, aku cuma mengagumi tak boleh sakit seperti ini'
Mencoba menguatkan hatinya sendiri. Dering ponsel di tangan Khanza berbunyi dan menyadarkan Khanza dari rasa sakitnya.
Dia menatap tak percaya dengan orang yang sedang menelpon nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Siapa yang nelpon Khanza ayo...?
Jangan Lupa like,komen dan subcribe upss salah ya..
Vote maksud nya.✌😂
Terimaksih buat yang sudah mendukung karya saya 😘😘💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tw Renal
ttp smngt ka
2020-06-20
1
Epron Putra
q suka kak karya nya
2020-06-03
1
💞🌜Dewi Kirana
lanjutkaaaan thor
2020-05-13
1