Chapter-04~Makan malam bersama.

Sudah hampir satu jam Khanza tertidur, dia terbangun karena sebuah ketukan di pintu.

"Za.... Bangun sudah sore!" Mama Khanza yang berteriak dari luar kamar mencoba membangunkan sang anak.

"Iya, Ma. Khanza udah bangun, 'ni," menjawab dengan suara khas orang bangun tidur.

Khanza yang langsung tersadar bahwa dia tidur dengan masih mendekap Handphonenya, tersenyum sendiri dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Khanza turun untuk membantu ibunya memasak untuk makan malam nanti. Karena ada beberapa bahan yang habis, Khanza di minta ibunya membeli ke supermarket terdekat.

Khanza langsung pergi membeli yang di minta sang ibu. Dia pergi sendiri dengan membawa mobilnya. membelah kemacetan di jalan karena ini sudah jamnya pulang kantor jadi jalanan terlihat ramai.

Baru setengah perjalanan tiba-tiba mobil Khanza sedikit oleng.

"Kenapa nih mobil," umpatnya. Khanza pun menepikan dan mencek mobilnya, ternyata ban mobil Khanza bocor. Khanza tidak membawa ban serep mana jauh dari bengkel.

"Aduh, pakai acara bocor ban lagi, mana nggak ada bengkel lagi," umpat Khanza memaki dan menendang ban bocornya.

Dia yang lagi sibuk menggerutu mobilnya tidak menyadari kedatangan Arif yang tidak sengaja lewat dan melihat Khanza seperti kesusahan.

"Kenapa Za?"

Khanza yang kaget dengan kedatangan seseorang yang dari tadi menghantui pikirannya pun hanya bengong.

"Za.... Hallo?" Arif melambaikan tangannya di muka Khanza mencoba menyadarkannya.

"Eh, i-ini Rif, bannya bocor."

"Oh. Sini biar aku bantu, kamu ada ban serep nggak?"

"Nggak bawa Rif."

"Yah..., gimana dong?" Arif memikirkan gimana caranya membantu Khanza. "Gini aja dech, Za. Gimana kalo kamu ikut aku aja, biar aku antar," ucap Arif mencoba menawarkan tumpangan.

"Terus mobilnya gimana?"

"Nanti aku telponin bengkel. Kalau selesai biar nanti di antar ke rumah kamu."

"Oke, kalau baiknya begitu Rif. Aku ambil tas aku dulu di dalam."

Khanza menerima tawaran Arif karena tidak ada pilihan lain. Dia juga senang pastinya, di boncengin orang yang dari tadi menyita perhatiannya.

"Kamu mau kemana Za?"

"Tadi sih aku mau membeli bahan makanan di suruh Mama, tapi .... Nggak jadi dech. kita balik aja," tutur nya.

"Loh kenapa balik? biar aku anterin beli bahan makanan dulu dech, baru aku antar kamu pulang."

"Tapi Rif, nanti ngerepotin kamu."

"Sudahlah Za, anggap aja ini balasan terimakasihku karena kamu nolongin aku kemarin."

"Ya sudah kalau kamu maunya begitu.Terimakasih ya Rif?"

"Nggak usah sungkan Za."

Mereka yang sudah memarkirkan motornya di sebuah mini market, kini masuk beriringan berdua seperti sepasang kekasih.

Setelah mendapatkan apa yang di cari. Mereka meninggalkan mini market itu pulang kerumah Khanza.

"Masuk dulu Rif kedalam," ucap Khanza, mengajak Arif masuk kedalam dan hanya di angguki Arif.

Mereka langsung masuk dan di sambut oleh keluarga Khanza yang sedang berkumpul minum teh di ruang tamu.

"Loh Za, Kok lama sih belinya?" tanya Mama Khanza yang sudah lama menunggu putrinya karena ingin segera memasak. Dia masih belum menyadari kalau putrinya pulang membawa cowok ganteng.

"Siapa teman kamu Za?" Papa Khanza mencoba bertanya karena dari tadi orang yang bersama putrinya ini cuma menunduk dan diam di samping Khanza.

"Oh ini, Pa. kenalin Arif teman sekolah Khanza."

Arif langsung menyalami Mama dan Papanya Khanza.

"Duduk dulu Nak, Arif. Ibu buatin minum," ucap Mama Khanza mempersilahkan Arif duduk, dan beranjak membuatkan minum untuk tamu putrinya.

"Terimkasih Tante," berucap dengan nada sopan.

"Mobil kamu kemana Za?" tanya Papa Khanza yang baru sadar kalau dia tidak mendengar suara mobil dari sang anak.

"Itu Pa, Tadi Khanza kebocoran ban di jalan, untung ada Arif yang nolongin jadi Khanza bisa pulang," ucap Khanza menjelasakan apa yang terjadi sehingga dia bersama Arif.

"Oh .... Terimakasih Nak Arif sudah mau menolong dan mengantar putri saya."

"Sama-sama Om. Tadi cuma kebetulan lewat Om."

"Silahkan di minum tehnya Nak Arif," ucap Mama Khanza menyodorkan segelas teh.

"Oh, ya Om. Tadi saya sudah menghubungi bengkel, mungkin sebentar lagi mobilnya akan di antar kesini."

"Aduh! dsampai segitu merepotkannya Nak Arif. Sekali lagi terimakasih banyak bantuannya, saya jadi tidak enak."

"Tidak merepotkan sama sekali Om, saya senang bisa membantu. Apalagi Khanza teman saya sendiri."

"Nak Arif makan malam disini dulu ya? anggap aja sebagai permintaan terimakasih kami kepada Nak Arif." ucap Mama Khanza.

Khanza tidak tau mau berbicara apa karena sepertinya orang tuanya sangat menyukai Arif cuma bisa diam dan sesekali melirik Arif.

"Baiklah, Tante. Terimakasih banyak sudah di ajak makan malam bersama," ucap Arif yang hanya bisa mengiyakan karena tidak enak kalau menolak ajakan orang tua.

"Nggak, usah sungkan. anggap aja Om sama Tante orang tua kamu," cetus Papa Khanza.

Papa Khanza dan Arif melanjutkan obrolan mereka yang sepertinya sangat nyambung. Sedangkan Khanza membantu Mamanya memasak di dapur.

Tanpa terasa sudah waktunya makan malam. Arif yang ikut makan bersama mereka, sekarang sudah kelihatan akrab dengan keluarga itu. Orang tua Khanza yang sangat ramah membuat Arif merasa nyaman berada di kelurga yang hangat itu.

Setelah makan Arif berpamitan pulang kerumah.

"Om, Tante. Arif pulang dulu, terimakasih makan malamnya," pamit Arif, menyalami orang tua Khanza.

"Kami yang sangat berterimakasih karena Nak Arif sudah mau menolong dan mengantar Khanza pulang kerumah," tutur Papa Khanza.

"Sering-sering main kesini Nak Arif," ucap Mama Khanza menambahkan.

"Baik Tante, nanti bakalan sering mampir."

"Aku antar ke depan yo?" ucap Khanza.

Mengantarkan Arif sampai depan rumahnya.

"Terimakasih, Rif, atas semuanya," tutur Khanza.

"Kenapa terimaksih terus sih Za dari tadi," protes Arif yang mulai tidak enak karena terus terusan di ucapi terimaksih dari Khanza.

Khanza tertawa mendengar protesan Arif.

"Iya deh iya ...! Nggak terimakasih lagi."

"Nah gitu dong. Aku pulang dulu ya, Za? selamat istirahat dan sampai jumpa besok. Bye ...."

Arif pamit dengan senyuman yang begitu manisnya membuat jantung Khanza ingin melompat dari tempatnya.

"Hati-hati di jalan ya, Rif? sampai jumpa besok," ucap Khanza membalas dengan senyuman manisnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Dengan mengucapkan salam Arif melajukan motornya meninggalkan rumah Khanza.

Khanza membalas salam dan melambaikan tangannya, setelah motor Arif jauh dari pandangan Khanza. Dia memasuki rumahnya dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Bagaimana tidak, di antar berbocengan dan makan malam bersama seseorang yang di kaguminya, jangankan untuk membayangkan bermimpi saja dia tidak berani.

Hari ini semuanya terjadi begitu saja dan dia semakin merasa kagum akan sosok Arif.

Arif pun tidak menyangka kalau dia bisa sampai bertemu dan makan malam di rumah Khanza, tadinya dia mau menghilangkan pikirannya tentang Khanza ternyata malah bertemu dengan gadis itu dan makan malam di rumahnya. Hal itu semakin mengganggu pikiran Arif.

****

Hari demi hari telah berlalu Arif dan Khanza semakin akrab, seringnya bertukar cerita melalui chat dan kadang bertemu di luar sekolah menjadikan mereka sekarang lebih dekat.

Tetapi, berbeda ketika mereka sedang berada di sekolah, mereka seolah menjaga jarak.

Mungkin karena Arif yang malu jika di dekat Khanza yang selalu di pandang sebelah mata karena penampilannya yang culun.

Khanza yang sadar diri kalau dia memang tidak seperti perempuan cantik di sekolahnya pun tak pernah ambil pusing, dia mengerti kenapa kalau di sekolah Arif menjaga jarak dengannya.

Suatu hari, Entah kenapa Arif menjemput Khanza untuk mengajaknya kesekolah bersama.

Awalnya Khanza ragu, tetapi karena Arif yang sudah terlanjur sampai di rumahnya, Khanza pun ikut bersama Arif.

Sesampainya di parkiran sekolah mereka bertemu dengan Randra dan teman teman Arif yang lainnya.

"Wow bro. lo bareng cewek cupu ini?" Randra yang menunjuk Khanza dan berkata meremehkan, dan di sambut tawa oleh teman lainnya.

"Ngnggak sengaja ketemu di pinggir jalan tadi. Kasian dia, jadi gua bawa aja."

Deg!

Seperti ada belati yang menusuk jantung Khanza, dia yang dari tadi cuma menunduk diam, memejamkan matanya untuk menetralkan rasa sakit yang entah dari luka mana.

"Pe ... permisi a-aku masuk dulu ya? terimakasih, Rif, tumpangannya?" lirih Khanza dengan suara yang bergetar menahan rasa sesaknya. Khanza berterima kasih dan berlalu meninggalkan Arif dan teman-temannya yang masih tertawa meremehkan Khanza.

Arif hanya diam menatap kepergian Khanza, dia merasa bersalah karena mungkin dia telah menyakiti perasaan Khanza.

"Kenapa lo? gitu banget ngeliatin si cupunya," ucap Randra menepuk pundak Arif yang hanya diam menatap kepergian Khanza.

"Si ... siapa yang ngeliatin si cupu?" mencoba mengelak dari Randra juga teman-temannya.

"Eh Rif dapet salam dari anak-anak geng centil," Randra menyampaikan salam dari geng rese, karena tadi pagi mereka sempat bertemu di parkiran.

"Geng centil mana Ran?" tanya Arif yang memang tidak tahu tentang geng rese di sekolahnya.

"Itu ... yang kemarin ribut di taman sama anak baru."

"Oh yang pacar Sony dan teman-temannya itu?"

"Yo'i ...!"

"jadi, mereka geng centil?"

"iya, mereka geng yang paling populer dan kata anak-anak sih paling cantik karena banyak yang ngantri buat jadi pacar mereka," Ucap Rio salah satu dari teman Randra menambahkan.

"Boleh juga di coba, ya, nggak Ran?" ucap Arif.

Arif yang merasa tertantang untuk mencoba mendekati salah satu dari geng centil. Dipikirnya kalau dia bisa mendekati mereka mungkin akan menambah karisma dirinya di sekolah.

"Bisa di coba," balas Randra yang memang seorang playboy akan selalu merayu cewe cewe apalagi geng centil.

Mereka pun memasuki kelas masing masing karena memang sudah bel masuk.

Randra dan Arif yang memasuki kelas bersama karena mereka satu lokal.

Setelah melewati meja Khanza, Arif dan Khanza beradu pandang. Arif yang sadar kalau Khanza sepertinya marah karena perkataan dia dan teman-temannya tadi.

Tatapan mereka terhenti saat Dea datang dan membikin keributan dengan Randra.

"Permisi gue mau duduk!" Dea datang dan langsung mendorong Randra yang menghalangi jalannya untuk duduk.

"Woi ...! sabar dong, nggak usah dorong dorong bisakan. Ini gua juga mau jalan." Randra balas nyolot karena tidak terima di dorong.

"Lama lo jalannya udah kaya siput, ngalangin jalan aja."

"Dasar cewe bar-bar!" tegas Randra sambil berlalu dan menyenggol lengan Dea.

"Apa. lo ya ...?" Dea yang ingin membalas Randra. Tapi dengan cepat Khanza menariknya untuk duduk. Kalau tidak di pisahin bisa sampai pulang tidak kelar tom jerry berantemnya.

"kalian ini, kalau ketemu selalu saja berantem, kaya tom jerry aja," celetuk Khanza.

"Saling jatuh cinta baru tau rasa lo berdua," tambah Arif.

Randra dan Dea langsung saling pandang dan berucap bersamaan

"Ogah...!"

Arif hanya tertawa mendengarkan mereka dan langsung duduk di bangku belakang Khanza.

Khanza yang memang sudah berada di bangkunya hanya menggelengkan kepalanya melihat dua orang di depannya.

Pelajaran pun di mulai karena Guru mata pelajaran Matematika yang sudah memasuki kelasnya, dan membuat Randra dan Dea juga duduk di bangkunya masing masing.

"Kumpulkan PR kalian yang kemarin di meja ibu ya!" seru Ibu Guru.

"iya ... Bu ...!" semuanya pun menjawab bersamaan.

Semua anak-anak sudah mengumpulkan tugasnya. Tidak dengan Arif, karena dia lupa kalau ada PR hari ini. Dia kebingungan karena sudah di tanya oleh gurunya, kalau hanya dia yang belum mengumpulkan tugasnya.

"Arif mana tugas kamu? jangan bilang kamu tidak mengerjakan nya!"

"I ... itu Bu. A-anu, a-anu," menjawab dengan bingung sambil menggaruk kepala yang tidak gatal bingung mau alasan apa.

"Anu anu apa!" Ibu Guru sudah mulai emosi karena ada murid yang tidak mengerjakan tugasnya.

"Maaf, Bu. Ini buku PR, Arif, tadi saya menemukannya di taman. Mungkin tidak sengaja terjatuh," ucap Khanza menyerahkan sebuah buku ke Arif.

Arif membulatkan matanya terkejut dengan pernyataan Khanza yang menyerahkan sebuah buku padanya, dipikirnya mana mungkin terjatuh di taman sedangkan dia saja tidak ingat kalau ada PR hari ini.

Apa mungkin Khanza yang buatin ya?

masih bengong dan berperang dengan pikirannya sendiri.

"Ya sudah. Kumpulkan tugas kamu kedepan Rif. lain kali jangan teledor lagi," ucap Ibu Guru, yang menyadarkan pikiran Arif.

"Ba ... baik Bu ...!"

Arif menyerahkan buku ke depan kelas, sejenak dia menatap Khanza yang seolah biasa-biasa saja. Kembali ke bangku dengan masih banyak pertanyaan dalam benaknya.

Nanti aku harus tanya sama Khanza dan berterimakasih padanya.

Sambil memainkan bolpoin di tangannya. Arif yang masih terus kepikiran tentang PRnya terus melamun berperang dengan pemikirannya sendiri sampai pelajaran usai.

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

kasihan Khanza

2020-11-19

1

Tw Renal

Tw Renal

next

2020-06-20

1

Epron Putra

Epron Putra

next ka

2020-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter-01~Perkenalan
2 Chapter-02~Hari Pertama
3 Chapter-03~Berteman
4 Chapter-04~Makan malam bersama.
5 Chapter-05~Rasa sakit
6 Chapter-06~ Maaf Di taman
7 Chapter-07~ Teman
8 Chapter-08~Kantin
9 Chapter-09~ Sakit lagi.
10 Chapter-10~Bertemu Sahabat Lama
11 Chapter-11~Arti Sahabat
12 Chapter-12~Cintakah ini
13 Chapter-13~Jalan atau kencan.
14 Chapter-14~Kasmaran
15 Chapter-15~Arif dan Faizal
16 Chapter-16~Tugas Kelompok
17 Chapter-17~Musik
18 Chapter-18~ Nonton Bareng.
19 Chapter-19~ Masih Nonton Bareng
20 Chapter-20~Tangisan Khanza.
21 Chapter-21~Pertengkaran.
22 Chapter-22~Cinta atau Kagum.
23 Chapter-23~Malam.
24 Chapter-24~Sepupu
25 Chapter-25~Emosi Arif
26 Chapter-26~Terjadi lagi.
27 Chapter-27~Bersamamu
28 Chapter-28~Masih Bersamamu
29 Chapter-29~Arif Khanza
30 Chapter-30~Kencan 2
31 Chapter-31~Cemburu
32 Chapter-32~Arif
33 Chapter-33~Pertandingan
34 Chapter-34~Kembali kesekolah
35 Chapter-35~Damai
36 Chapter-36~Sesantai itu.
37 Chapter-37~Ungkapan Cinta
38 Chapter-38~Kantin
39 Chapter-39~Duduk Berdua
40 Chapter-40~Berdua
41 Chapter-41~Belakang sekolah
42 Chapter-42~Permintaan
43 Chapter-43~Perubahan
44 Chapter-44~Hilangnya Khanza
45 Chapter-45~Gudang Sekolah
46 Chapter-46~Mencari Khanza.
47 Chapter-47~Sudah Terjadi
48 Chapter-48~Rumah sakit.
49 Chapter-49~Sadarnya Khanza
50 Chapter-50~Kemarahan Arif
51 Chapter-51~Damai
52 Chapter-52~Kembali semula
53 Chapter-53~Ngambek
54 Chapter-54~CINTA SI CUPU
55 Chapter-55~Melankolis
56 Chapter-56~Arif dan Khanza.
57 Chapter-57~Jahilnya Arif
58 Promo
59 Chapter-58~SMA
60 Chapter-59~Hujan
61 Chapter 60~Sepotong pizza
62 Chapter-61~Senja
63 Chapter-62~Minta Izin.
64 Chapter-63~ku titip dia untukmu
65 Chapter-64~Membiarkan mereka bahagia
66 Chapter-65~Caption-Caption Gila
67 Chapter-66~Ciuman tanpa rasa cinta
68 Chapter-67~Deg-deg!
69 Chapter-68~Kecelakaan maut
70 Chapter-69~Bucin
71 Chapter-70~Selamat jalan sahabat
72 Chapter-71~Sepekan telah berlalu.
73 Chapter-72~Gadis Bar-Barku
74 Chapter-73~Danau
75 Chapter-74~Curhat Senja.
76 Chapter-75~Izin keluar kota.
77 Chapter-76~Usilnya Zay dan Arif
78 Chapter-77~Playboy vs Gadis Bar-bar
79 Chapter-78~Sebelum berpisah.
80 Chapter-79~Sebelum Berpisah 2.
81 Chapter-80~Waktu Terindah
82 Chapter-81~Bandara
83 Chapter-82~Rapuh tanpamu
84 Chapter-83~Dua Hati Satu Cinta
85 Pengumuman
86 Promo Karya Baru
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Chapter-01~Perkenalan
2
Chapter-02~Hari Pertama
3
Chapter-03~Berteman
4
Chapter-04~Makan malam bersama.
5
Chapter-05~Rasa sakit
6
Chapter-06~ Maaf Di taman
7
Chapter-07~ Teman
8
Chapter-08~Kantin
9
Chapter-09~ Sakit lagi.
10
Chapter-10~Bertemu Sahabat Lama
11
Chapter-11~Arti Sahabat
12
Chapter-12~Cintakah ini
13
Chapter-13~Jalan atau kencan.
14
Chapter-14~Kasmaran
15
Chapter-15~Arif dan Faizal
16
Chapter-16~Tugas Kelompok
17
Chapter-17~Musik
18
Chapter-18~ Nonton Bareng.
19
Chapter-19~ Masih Nonton Bareng
20
Chapter-20~Tangisan Khanza.
21
Chapter-21~Pertengkaran.
22
Chapter-22~Cinta atau Kagum.
23
Chapter-23~Malam.
24
Chapter-24~Sepupu
25
Chapter-25~Emosi Arif
26
Chapter-26~Terjadi lagi.
27
Chapter-27~Bersamamu
28
Chapter-28~Masih Bersamamu
29
Chapter-29~Arif Khanza
30
Chapter-30~Kencan 2
31
Chapter-31~Cemburu
32
Chapter-32~Arif
33
Chapter-33~Pertandingan
34
Chapter-34~Kembali kesekolah
35
Chapter-35~Damai
36
Chapter-36~Sesantai itu.
37
Chapter-37~Ungkapan Cinta
38
Chapter-38~Kantin
39
Chapter-39~Duduk Berdua
40
Chapter-40~Berdua
41
Chapter-41~Belakang sekolah
42
Chapter-42~Permintaan
43
Chapter-43~Perubahan
44
Chapter-44~Hilangnya Khanza
45
Chapter-45~Gudang Sekolah
46
Chapter-46~Mencari Khanza.
47
Chapter-47~Sudah Terjadi
48
Chapter-48~Rumah sakit.
49
Chapter-49~Sadarnya Khanza
50
Chapter-50~Kemarahan Arif
51
Chapter-51~Damai
52
Chapter-52~Kembali semula
53
Chapter-53~Ngambek
54
Chapter-54~CINTA SI CUPU
55
Chapter-55~Melankolis
56
Chapter-56~Arif dan Khanza.
57
Chapter-57~Jahilnya Arif
58
Promo
59
Chapter-58~SMA
60
Chapter-59~Hujan
61
Chapter 60~Sepotong pizza
62
Chapter-61~Senja
63
Chapter-62~Minta Izin.
64
Chapter-63~ku titip dia untukmu
65
Chapter-64~Membiarkan mereka bahagia
66
Chapter-65~Caption-Caption Gila
67
Chapter-66~Ciuman tanpa rasa cinta
68
Chapter-67~Deg-deg!
69
Chapter-68~Kecelakaan maut
70
Chapter-69~Bucin
71
Chapter-70~Selamat jalan sahabat
72
Chapter-71~Sepekan telah berlalu.
73
Chapter-72~Gadis Bar-Barku
74
Chapter-73~Danau
75
Chapter-74~Curhat Senja.
76
Chapter-75~Izin keluar kota.
77
Chapter-76~Usilnya Zay dan Arif
78
Chapter-77~Playboy vs Gadis Bar-bar
79
Chapter-78~Sebelum berpisah.
80
Chapter-79~Sebelum Berpisah 2.
81
Chapter-80~Waktu Terindah
82
Chapter-81~Bandara
83
Chapter-82~Rapuh tanpamu
84
Chapter-83~Dua Hati Satu Cinta
85
Pengumuman
86
Promo Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!