BAB 5
***di rumah Bela***
“Dian, bang Benny belum pulang?”
*“Belum kak. Tadi pagi abang bilang, ungkin agak malam pulangnya karena hari ini toko buka sampai malam.”
“Seterusnya buka sampai malam gitu?”
*“Nggak tau kak.”
Hening 30 menit. Jam menunjukkan pukul 21.00
*“Kak, lagi pegang duit nggak?”
“Kenapa?”
*“Mau ada tugas lapangan. Perlu dana kak.Agak lumayan biayanya, nggak cukup pake tabungan aku.”
“Kapan butuhnya?”
*“Dua minggu lagi sih berangkatnya, kak. Minggu-minggu ini diminta duitnya. Tapi, kalo kakak lagi nggak ada, nanti aku tanya ke abang aja.”
Bela menghela nafas.
“Belum tau ya Dian. Kalau kakakmu ini diterima di Grup Sinar Wijaya, nanti kakak kasbon dulu. Moga-moga aja keterima deh. Doain yah.” Bela mengelus lembut kepala adiknya.
*“Aku doain kak. Aku selalu doain yang terbaik untuk kakak. Semoga kali ini kakak jadi karyawan tetap dan bisa tenang.” Dian mengacungkan jempol sambil tersenyum ke arah kakaknya.
Bela membalas senyum adiknya dan..... tiba-tiba kaget dengan dering HP dari kamarnya.
Drrtt...ddrrtt...drt....
Nomor tak dikenal. Siapa ya malam-malam gini nelpon?
“Hallo...”
“Hei, kamu....lama sekali baru kau angkat telponnya. Sudah berapa kali saya telpon kamu, tapi tidak diangkat. Kamu sengaja haaa??? Saya sudah bilang, selalu agar selalu siap kalau sewaktu-waktu saya menghubungi kamu. Dengar????” Suara di seberang terdengar sangat marah.
Bela kebingungan, “Maaf, dengan siapa saya bicara?”
“Kamu...... tidak ingat suara saya atau pura-pura lupa?”
“Ma....ma...maaf. Saya tidak tahu, anda siapa.”
“Dengar Bela, ini saya. Direktur Donnie Sanjaya.”
Glek....
“Maaf pak. Sungguh, saya tidak tahu Bapak yang nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu, pak?”
“Dengar baik-baik. Besok, kamu mulai kerja. Karyawan lain masuk jam 7.30. Tapi kamu, karena kamu sekretaris saya, jam 6.30 sudah harus ada di kantor. Persiapkan segala kebutuhan dan hubungi Hilda segera, agar kamu tahu apa saja yang harus dipersiapkan.”
“Iya...iya, pak.”
“Nanti saya kirim nomornya Hilda. ..........”
Tuuutt...... telepon ditutup.
Drt...drt.... HP bergetar lagi.
Dengan malas Bela membuka Hpnya. Ada wa masuk, dari nomor yang tadi menghubunginya. Ada kontak no Hilda.
Tidak membuang waktu, Bela langsung menghubungi Hilda. Agaknya Bela sudah mulai mengenal sifat calon bosnya. Kalau tidak ingin ada masalah lagi, Bela harus cepat-cepat menghubungi Hilda.
Agak lama Bela menghubungi Hilda, mungkin sekitar 30 menit. Segala sesuatu Bela tanyakan kepada Hilda agar esok lebih lancar dalam melaksanakan tugas perdana.
Oh, jadi gue diterima di Grup Sinar Wijaya. Entahlah, gue harus senang atau sedih. Satu sisi gue senang ada penghasilan lagi, dan di sisi lain, gue punya bos ubur-ubur. Hiks ......
“Kak, siapa itu?”
“Oh, itu mbak Hilda, temen kerja aku di tempat yang baru.”
“Kakak diterima? Wah selamat yah....” Dian memeluk Bela dengan gembira. “Kok diem aja sih? Kakak nggak senang ya?”
“Bukan gitu, aku lagi mikir sesuatu.” Bela menghindar pertanyaan adiknya. Ia enggan untuk bercerita.
Bela masuk ke dalam kamarnya. Menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir, apa yang akan dihadapinya besok. Seperti apa tipe bos yang akan menjadi atasannya besok. Apakah ia akan kuat menghadapi bosnya? Mengingat kejadian sebelumnya, agaknya ia harus bersiap dengan sikap bosnya. Pertemuan mereka diawali dengan kesalahan Bela dan pertemuan kedua serta ketiga pun Bela merasa salah. Bela menarik nafas panjang dan mencoba tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Watinah Olshope
tp aq suka ceritany
2020-05-24
1
Vieland
bos ubur-ubur 😄
2020-04-17
3
dewi Ariyaya Safitri
rasanya mirip sama cerita drama korea
2020-04-07
4