Episode 2

BAB 2

Bela mempersiapkan berkas-berkas yang akan di bawanya pagi ini. Rencananya dia akan melamar di perusahaan Grup Sinar Wijaya. Dari sahabatnya, Bela mengetahui bahwa perusahaan ini sedang membutuhkan seorang karyawan untuk posisi sebagai sekretaris. Bela merasa posisi ini sangat cocok, mengingat dia pernah bersekolah di akademi sekretaris.

Gadis 26 tahun itu memoles make up di wajahnya, dan tak lupa memasang kacamata besarnya yang tampaknya menutupi sebagian besar wajahnya. Rambut keritingnya diikat menjadi satu. Dibawanya tas merah kebanggaannya yang tidak pernah berganti sejak dua tahun terakhir ini. Virni bilang, tas ini adalah jimat Bela. Hahai..... bukan

jimat yang selalu dibawa sebenarnya. Tapi lebih ke arah pengiritan. Maklum bo.... harga tas mahal-mahal. Ngapain ganti kalau belum rusak.

Sekali lagi Bela mematut dirinya di cermin. Blouse putih bunga-bunga coklat, rok sepan coklat, tas merah, dan sepatu coklat. Tidak lupa diambilnya jam tangan dari atas rak di dalam kamarnya.

Semangat semangat semangat....

Bela menyemangati dirinya sendiri.

Klek....

Bela keluar dari kamarnya. Sepi, berarti kakak dan adiknya telah berangkat. Kakak lelakinya adalah seorang karyawan penjaga sebuah minimarket di dekat rumahnya. Kakaknya terpaksa tidak dapat memilih profesi lain karena kecelakaan yang menimpanya saat dia lulus SMA. Hal itu yang merenggut ibu dan dua kakinya. Kini sang kakak hanya dapat duduk di kursi roda dan hanya profesi ini yang bisa dia lakukan. Tidak semua perusahaan dapat menerima keadaan dirinya. Benny Sanjaya....begitulah nasibnya kini.

Sang adik perempuan adalah Dian Sanjaya. Saat ini gadis 20 tahun itu sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah institut pemerintah berikatan dinas. Sehingga Dian tidak perlu lagi mengkhawatirkan pekerjaannya kelak. Dia hanya perlu menelesaikan kuliahnya tepat waktu dan segera bekerja.

Bela memperhatikan rumahnya sejenak. Rumah peninggalan ibunya. Dulu di rumah ini, ibunya dan kedua saudaranya hidup bahagia walaupun dengan keuangan yang terbatas. Namun mereka bahagia. Sayang kebahagiaan itu terganggu dengan kecelakaan yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Kecelakaan itu menginggalkan duka di keluarga ini. Sang ibu meninggal, dan Benny harus kehilangan kedua kakinya.

Kini mereka bertiga bertahan hidup dan berusaha untuk menjadi orang yang produkstif tanpa membebani siapapun.

Oh ya, tentang bapaknya Bela..... Si Bapak menghilang setelah Dian lahir. Entah pergi ke mana. Mungkin melarikan diri karena banyaknya hutang yang dia tanggung akibat bangkrutnya perusahaan persetakan miliknya. Akhirnya sebagian ibu, Benny, Bela, dan Dian pun harus menanggung sebagian hutang si bapak. Tapi itu masa lalu. Kini tiga bersaudara itu telah tampak tangguh dan dewasa dalam menghadapi hidup. Itu semua karena didikan ibunya, Stevi Sanjaya yang selalu menanamkan kemandirian dan kegigihan dalam menjalani kehidupan.

Pintu rumah ditutup Bela, dikuncinya dan berangkatlah dia untuk berjuang mencari pekerjaan baru.

Ojek online yang dipesannya telah sampai di depan rumah. Bela segera bergegas menuju kantor Grup Sinar Wijaya yang berjarak 5 km dari rumahnya.

Hari ini tampaknya jalan tidak terlalu macet sehingga Bela sampai di kantor yang dituju tidak lebih dari 15 menit.

Hmmm agaknya suasana hari ini berpihak kepadaku. Semangat ... semangat .... semangat.

Bela telah sampai di lantai 1 di kantor besar ini. Dia segera menuju resepcionist.

“Selamat pagi, bu. Ibu, saya mau ikut tes seleksi karyawan di perusahaan ini.”

“Mbak, silahkan mbak menuju ke lantai 4, testnya di ruang C, ya mbak.”

“Terima kasih, bu.”

Bela langsung menuju lift dan naik ke lantai 4.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!