Seorang Kakek di Depan Perpustakaan

Aku bangun dari tidurku di pagi yang masih terlihat cukup gelap, alias subuh, sebab waktu telah menunjukkan pukul 04:43. Aku melihat ibuku yang berada di sampingku, masih tertidur lelap. Aku membuka pintu kamar ibuku, kemudian melihat suasana rumah, sepi. Pintu kamar pamanku dan keluarganya masih tertutup. Tampaknya hanya aku yang telah bangun dari tidur. Karena suasana masih sepi, maka aku memutuskan untuk tidur kembali. Lalu aku pun tertidur walau tak senyenyak sebelumnya.

...***...

"WOIII EVAN... BANGUUUUN, SUDAH JAM 07:00, KAMU TERLAMBAT KE SEKOLAAAAH..." teriak Yosua tepat di sampingku.

Aku terbangun dengan cepat, terkejut mendengar teriakan Yosua yang berada di sampingku. Aku buru-buru beranjak dari tempat tidur, keluar dari kamar, lalu melihat jam dinding, masih menunjukkan pukul 06:02.

"Aduh Yosua, kamu memang suka ngerjain Abang, ya," Yosua tertawa, tak merasa bersalah sama sekali.

Di bagian tengah rumah, sudah ada bibiku, Yoel, dan juga Yosua. Kemana pamanku? Aku pun mencarinya di kamarnya, rupanya ia masih tidur.

"Eh Evan, bibi tadi sudah mencoba nasi kuning ibumu, bibi ga nyangka kalau rasanya bakalan enak banget, ga kalah dengan nasi kuning di sekitar tempat tinggal bibi," puji bibiku. Aku tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih padanya dengan girang.

Semenit kemudian, aku mandi, menyiapkan sarapan, lalu memakannya, setelah itu barulah aku berangkat ke sekolah.

"Heh Yoel, Yosua, enak banget ya kalian ga ke sekolah," ketusku. Mereka hanya tertawa. Wajar saja mereka gak ke sekolah, mereka sudah meminta izin ke guru mereka.

Aku pun sudah menuju teras rumah, lalu aku memakai sepatu sekolahku, lalu berjalan dengan cepat hingga sampai menuju sekolah.

Di kelasku sudah ada tiga perempat dari seluruh jumlah temanku. Entah kemana sisanya itu, sepertinya mereka masih dalam perjalanan.

5 menit kemudian seperempat temanku, sisanya, sudah masuk ke kelas, bertepatan dengan bunyi bel sekolah yang berisik, terdengar hingga satu sekolah. Waktunya memulai pelajaran.

...***...

Jam istirahat pertama, aku hendak pergi menuju perpustakaan terlebih dahulu.

Di bagian depan jendela perpustakaan itu ada sebuah kertas pengumuman, pengumuman itu bertuliskan bahwa akan ada novel baru di perpustakaan 3 hari lagi, judulnya 'Dunia Langit', novel bergenre fantasi. Di kertas pengumuman itu pun ditampilkan gambar sampul buku tersebut. "Wah aku tak sabar menunggunya, pasti seru ceritanya," kataku perlahan.

"Isi dari buku ini adalah fakta nak, tiada setitik mitos dalan buku itu, tiada setitik istilah khayalan, hanya sedikit orang saja yang mengetahuinya," adalah seorang kakek bertongkat dan memakai kalung bertuliskan 'visitor' yang barusan mengatakan kalimat itu, tepat di belakangku, kalimat itu terdengar amat serius.

"Wah benarkah, kek?" tanyaku sangat heran.

"Iya nak, orang yang pertama kali menulis isi buku itu adalah sang pencipta dunia Langit, bukan sembarang orang yang menulis kata per kata itu," kata kakek itu lagi. Aku sebenarnya ingin mengatakan padanya kalau ia itu amat 'gila', tapi aku merasa itu tak sopan, jadi aku hanya bilang, "Oh oke, kek," padanya dengan ragu-ragu.

"Ah, nampaknya anda tak percaya dengan kakek ini, tapi itu tak jadi masalah. Aku pergi dulu, nak," kata kakek itu, kemudian ia berjalan perlahan dengan bantuan tongkat, meninggalkanku. Aku pun melihat jam, astaga, 10 menit lagi istirahat pertama akan usai! Aku pun berlari cepat, menuju kantin sekolah, kemudian memesan makanan, lalu memakan makanan itu dengan cepat.

...***...

Waktu telah menunjukkan pukul 15:20, waktunya pulang. Fuh... benar-benar hari yang melelahkan, karena hari ini hari Jumat, aku dan teman-temanku harus mengikuti ekskul wajib, yaitu Pramuka. Aku pun berjalan pulang, tentunya pulang ke rumahku.

Di tengah rumah, aku melihat 2 sepupuku sedang melihat foto-foto ayahku, berserakan ke mana-mana. "Hei, bagaimana kalian bisa menemukan foto-foto itu?" tanyaku heran.

"Ah, mereka tadi mengoprek-oprek laci kamarmu, dan mereka menemukan foto-foto itu, biarkan saja mereka," ibuku yang menjawabnya, ia tengah berada di dapur.

"Ayahmu ganteng banget sih, Van, gak kayak ayah kami," celetuk Yoel.

"YOEEEL..." teriak pamanku yang tengah berada di kamar mandi, dia merasa dihina. Kami bertiga tertawa, ibuku dan bibiku juga ikut tertawa.

"Seandainya ayahku masih ada, pasti hidupku akan lebih bahagia," kataku pada Yoel dan Yosua yang masih asyik menatap foto-foto ayahku.

...***...

Malam harinya, di rumahku...

Kami semua makan bersama di rumah, ada banyak sekali lauk, seperti sayur, ikan, tahu, tempe, dan daging sapi. Pamanku awalnya mengeluh karena tidak ada ayam goreng, sebab itu adalah makanan favoritnya. Pamanku pun pasrah, toh daripada tidak makan sama sekali. Kami semua memakannya dengan lahap. Omong-omong, bibiku lah yang memasak makanan-makanan tersebut, dibantu ibuku.

Setelah kami menghabiskan makanan, kami semua pun menonton televisi, yang kami tonton saat ini adalah acara promosi aplikasi toko online besar-besaran, yang ditayangkan di hampir seluruh saluran televisi. Di sana ada grup artis terkenal dari luar negeri, yang sedang menari dengan amat lincah.

"Aku jadi teringat nenek, ia kan bisa menari lebih lincah dari itu," kataku.

"Kau benar, Evan. Aku rindu dengan nenek kita yang dahulu. Seorang nenek yang jiwanya masih seperti anak muda," kata Yoel.

Kami semua masih menonton acara tersebut.

"Nenek kalian dahulu sering mengikuti ekskul menari di sekolah saat ia masih kecil, dan ia tekun menari hingga ia besar, hingga masa tua nya pun dia tetap menari di rumah. Sebab itulah nenek kalian lincah menari, karena nenek kalian sudah terlatih," begitulah penjelasan pamanku.

"Kau benar, dik. Aku teringat saat ibu mengajari kita berdua menari, dan kita selalu saja terjatuh, gagal," ibuku dan pamanku tertawa.

"Aku sebenarnya masih tak percaya kalau nenek terkena stroke ringan, nenek kan dulu terlihat sehat, kuat, aktif, juga lincah, tetapi kenapa nenek bisa terkena penyakit separah itu?" tanyaku dengan wajah yang penuh kesedihan.

"Ya, namanya juga penyakit, Evan. Bisa datang kapan saja. Lagi pula nenekmu itu kan sudah tua, jadi ia akan sangat gampang terkena penyakit," pamanku yang menjawabnya. Jika aku sadar, muka pamanku itu terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu, begitu juga dengan muka ibuku dan bibiku. Kami semua pun terus menonton acara tersebut, sampai acara itu habis.

Satu jam kemudian pun kami semua tidur, kecuali pamanku. Pamanku pergi ke teras rumah, duduk di kursi, kemudian menyalakan hp nya, bermain game online di HP miliknya.

Untungnya, besok adalah hari Sabtu, sekolahku libur. Jadi besoknya kami semua bisa berangkat keluar rumah dari pagi hari. Pamanku dan bibiku lah yang sebelumnya bilang kalau kita semua akan pergi dari rumah untuk mengisi waktu luang.

Entah besok kami akan pergi kemana.

Tapi aku 'kan berharap itu adalah hal yang amat menyenangkan.

^^^BERSAMBUNG...^^^

AUTHOR MINTA MAAF JIKA ADA KESALAHAN SEPERTI CERITA TIDAK NYAMBUNG, ADANYA TYPO (SALAH KETIK), DAN LAIN-LAIN 🙏

JANGAN LUPA:

✔️ LIKE

✔️ VOTE

✔️ BERI HADIAH

✔️ KOMEN

✔️ TAMBAHKAN KE FAVORIT

Terpopuler

Comments

Feyza

Feyza

apa neneknya evan itu merasa anah ditubuhnya karena ada percobaan kekuatan sihir dari psman,bibi dan ibunya evan ya..kok penasaran aq..

2022-10-29

1

🇸​🇪​🇳​🇪​🇧​🇾​

🇸​🇪​🇳​🇪​🇧​🇾​

terlalu jujur nih bocah ngakak

2022-10-09

1

༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

enak banget sabtu libur, hmmmmm dh gitu paman ngajakin jalan"

2022-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!