Membiasakan Diri

"Nay." panggil Dimas, melangkah mendekati Naya.

"Hai Dim." sapa Naya kemudian.

Dimas mengulurkan tangannya dan Naya menyambutnya. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja." sahutnya, sedikit menghela nafas berat yang menyelimuti dada.

"Oh ya, kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Dimas, membuat Naya kebingungan.

Naya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung. "Hm, aku.. aku tinggal dengan pamanku." sahutnya canggung, berbohong.

"Ah begitu." Dimas mengangguk, menelaah. "Lalu, siapa pria yang sedang bersamamu waktu itu?"

Naya memutar otaknya untuk berpikir, memberikan senyum palsunya yang lebar. "Oh itu.. itu dia pamanku."

Dimas mengangkat alis. "Hah, paman? Pamanmu masih muda ya ternyata."

Naya mengangguk cepat. "Ha ha, ya kamu benar. Bahkan dia sangat tampan mengalahkan seorang perempuan." ledeknya, tertawa dibuat-buat.

"Dimas." kemudian Sally datang, merangkul lengan pacarnya itu sembari memutus pembicaraan. "Katanya mau pulang bareng, yuk!"

"Yuk!" sahutnya, lalu menoleh pada Naya. "Nay, kita pamit pulang dulu, ya?"

"Iya, sampai jumpa." sahut Naya melambaikan tangan, menatap kepergian pemuda itu dengan nanar.

Tak lama kemudian, supir jemputan Nayapun tiba. Untuk membawanya pulang dengan hati yang masih kecewa.

****

Setelah sampai dirumah, Naya segera membersihkan diri lalu mengganti bajunya. Kemudian ia segera turun menuju dapur untuk menyiapkan masakan ketika calon suaminya pulang.

Meskipun sekarang ini pelayan masih ada dirumahnya, tetapi Naya masih tahu diri untuk membalas semua kebaikan calon suaminya itu.

"Biar saya saja Non." ucap pelayan itu, mencegah Naya untuk melakukan pekerjaan dapur.

"Ah, tidak apa-apa kok." tolaknya. "Saya sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, bahkan semalam saya telah memasak untuk mas Bram."

"Wah! Benar kah begitu, Non?" pelayan itu menganga. "Karena setahu saya, jika kami sudah kembali pulang, Tuan muda selalu memesan makanan dari restoran mewah langganannya."

"Ah begitu, ya." Naya jadi tersenyum kecut.

Tapi semalam, dia menghabiskan semua makanan yang aku masak dan tidak ada satu kata protespun keluar dari mulutnya yang pedas.

Naya bingung memikirkan hal itu, tak ia juga tak mau ambil pusing.

Tiba-tiba saja salah satu pelayan lain datang, dan berlari kecil mendekati Naya. "Maaf Non, Tuan sedang mencari Anda." ucapnya memberi tahu.

"Loh, dia sudah datang?" gumamnya heran.

Segera Naya, membereskan pekerjaannya. Melepas celemek yang dipakainya tadi lalu langsung buru-buru menghampiri calon suaminya itu.

"Kamu darimana saja?" tanya Bram, lagi-lagi dengan tatapan seram nan mengancam.

"Saya dari dapur, mas." sahut Naya menunduk.

Brama menundukkan tubuhnya yang jangkung lalu meraih dagu Naya agar mendongak dan bersitatap dengan matanya. "Jangan pernah kedapur jika bukan aku yang menyuruhmu! Kamu hanya perlu menikmati keindahan rumah ini saja, mengerti?"

Naya mengangguk lemah. "Saya mengerti."

"Baguslah!" melepas cengkeraman didagu, lalu memasukkan kedua tangannya disaku. "Aku akan mandi! Ikutlah!" ucapnya berbalik, masuk kedalam kamarnya dan Naya mengikutinya.

"Sediakan aku air hangat untuk merendam tubuhku." pintanya.

"Baik, mas." Naya langsung pergi ke kamar mandi untuk menyediakannya.

Sedangkan Brama, kemudian melepas pakaiannya tak tersisa tanpa rasa malu di belakang Naya.

Dan ketika Naya menoleh untuk memberitahu, sontak ia jadi kaget.

"Air hangatnya sudah siap, mas. Aaaaa." jeritnya, menutup kedua matanya seperti biasa.

Lagi-lagi Brama berdecak sebal, melangkah masuk dengan percaya dirinya kedalam bethup. "Tidak usah berlebihan!" dengusnya, sebal.

Lalu dengan canggung, Naya membuka kedua matanya dan langsung memeluk tubuhnya sendiri. Merasa takut.

Hal itu membuat Brama terkekeh geli. "Apa yang sedang kamu lakukan, hah?" tanyanya heran. "Kamu pikir, aku akan tertarik dengan tubuh mungilmu ini? Kamu bukan seleraku." ejeknya.

Membuat Naya tersinggung dan juga lega. "Maaf, mas." ucapnya kemudian, mengulas senyum kembali.

Brama berbalik kembali, dan menyandarkan badannya dipapan bethup. "Cepat gosok punggungku! Dan juga aku ingin keramas kembali."

Naya masih berdiam diri, tertegun dengan apa yang Brama perintahkan kepadanya. Bagaimana mungkin dia menyentuh seorang pria yang masih asing baginya.

"Cepatlah! Tidak perlu sungkan begitu! Kamu harus membiasakan dirimu ketika sudah menjadi istriku." desaknya lagi, membuat Naya langsung mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dengan penuh kehati-hatian, Naya mulai menggosok tubuh Brama yang berotot dan putih mulus dengan mata terpejam.

Hingga kemudian, ia beralih mengambil shampoo untuk memijat kepala calon suaminya itu hingga berbusa.

"Pelan-pelan." pinta Brama, tapi Naya tak mendengarnya. Membuat Brama kesal saja.

Brama tiba-tiba berbalik badan untuk memarahinya, dan seketika tangan Naya malah mengusap shampoo pada wajah Brama karena ia tak sadar akibat memejamkan matanya.

"Aw perih! Argh Sial! Sial!" teriak Brama kesetanan, langsung menyemburkan air ke wajah dan matanya, lalu menoleh kesal pada Naya. "Apa yang sudah kamu lakukan, hah?" bentaknya.

Seketika Naya kaget. "Maaf." rengeknya.

****

Tolong di dukung dong Zeyeng ku :*

Like, Komen, Rating 5 dan POIN seaiklasnya!

atau cukup komen UP aja gak masalah kok he he

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🌻🌿🌻🌻🌻

2020-11-03

1

Lilik Lailatul Maghfirah

Lilik Lailatul Maghfirah

wihhhh Saga n daniah

2020-06-18

2

Fallqis Karim

Fallqis Karim

iya kaya daniah dan saga jdi kangen mereka

2020-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!