Mengeringkan Rambut

Sebuah perumahan elit dipusat perkotaan, bangunan pun menjulang.

Dahulu Naya dibesarkan di tempat yang sama, di tempat mewah seperti yang ia lihat saat ini tetapi ketika perusahaan ayahnya mengalami kerugian besar dan menyebabkan kebangkrutan, maka Naya terpaksa tinggal disebuah kontrakan kecil untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Namun hebatnya, sekalipun ia tak pernah mengeluh akan hal itu. Selagi ia masih bersama dengan ayahnya, ayah yang begitu menyayanginya.

Tetapi beliau sudah tiada, dan Naya harus dihadapi dengan sebuah perjodohan yang akan menolong kelangsungan hidupnya yang tak bisa melakukan apa-apa.

"Kita akan tinggal disini?" tanya Naya sedikit tercengang, ketika laju mobil itu berhenti.

"Iya, ini adalah rumah yang aku tinggali selama ini." sahut Brama. "Mari kita turun!" pintanya.

Merekapun turun dari mobil dan langsung melangkah masuk kedalam rumah besar milik Brama.

Saat Brama melangkah cepat masuk kedalam rumah, Naya memilih mengedarkan pandangannya sembari menyeret kopernya kepada pernak pernik yang menghiasi sisi ruangan mewah milik calon suaminya itu.

"Kamarmu berada dilantai atas, dan pelayan akan mulai datang setiap pagi hanya sekedar untuk bersih-bersih dan memasak dirumah ini." ucap Bram, memberitahu.

Naya hanya mengangguk, masih terpaku dengan segala sisi ruang mewah di rumah itu.

Brama berbalik dan bersindakap. "Apa kamu mendengarkanku?"

Seketika Naya terkesiap, menundukkan pandangannya. "Saya mendengar mas, maaf." sahutnya.

"Jangan diulangi lagi! Aku tidak suka jika sedang berbicara dan kamu malah mengabaikannya."

"Maaf." ucap Naya bersungguh-sungguh, membungkuk bahkan bak sebuah padi yang siap panen.

Brama kemudian berbalik lagi. "Aku akan mandi! Kamu segera rapikan pakaianmu dan segera memasak untukku! Jika sudah selesai, segera panggil aku." ucapnya memerintah, sebelum berlalu pergi.

"Baik mas." sahut Naya, menuruti segala perintahnya.

****

Naya memasak sesuai yang terdapat didalam lemari pendingin, membuat steak daging serta beberapa tumis sayuran semampu yang ia bisa.

"Enak." ucap Naya senang, ketika mencicipi masakannya sendiri.

Setelahnya, ia langsung menata menu yang ia masak di atas meja dan langsung melangkah ke kamar Brama untuk segera memanggilnya. Sesuai yang ia perintahkan pada Naya.

Tok Tok Tok.

Dengan pelan, Naya mengetuk pintu kamar Brama, dan pemuda itupun mengeluarkan suara.

"Masuklah!" jawabnya, didalam kamarnya.

Sejenak Naya mengernyitkan dahinya, bingung. Kenapa ia tidak langsung keluar saja padahal ia sudah tahu tujuan Naya datang memanggilnya.

Dengan ragu, Naya masuk kedalam kamar Brama dan ia langsung menunduk kaget ketika menemukan Brama berjalan hanya terlilit handuk dipinggangnya.

"Aaaa." jeritnya, menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya.

Brama berdecak menanggapi reaksi Naya yang berlebihan itu, kemudian ia memilih duduk didepan cermin dan mengambil sebuah buku untuk dibacanya.

"Tidak usah berlebihan! Masuklah dan segera keringkan rambutku!" pintanya dengan enteng.

Naya kaget dengan permintaan konyol itu, tetapi mengingat dia akan segera menjadi seorang istri. Bukankah ini adalah hal yang biasa yang akan selalu ia lakukan untuk melayani suaminya itu.

Naya kemudian memberanikan diri untuk melangkah mendekati pemuda yang tengah asyik duduk menyilangkan kakinya.

Ia kemudian segera mengambil sebuah hairdyer untuk membantu mengeringkan rambut milik Bram yang hitam lebat nan harum.

Tapi sedetik kemudian, Brama dibuat kesal oleh Naya.

"Perhatikan matamu! Bagaimana bisa kamu mengarahkan hairdyer tepat telingaku?!" protesnya dengan keras.

Bagaimana tidak, Naya memejamkan matanya demi menghindari menatap pemuda yang mengotori penglihatannya itu, sehingga ia tak sadar tengah mengarahkan hairdyer yang menyemburkan udara panas tepat ditelinga calon suaminya.

"Maaf." ucap lagi menunduk, dan segera mengeringkan lagi rambut suaminya itu.

Kali ini Naya harus menelan ludah, melirik kulit putih bersih milik Brama yang membuat dirinya sendiri iri sebagai seorang wanita.

Masa sih, pemuda tampan seperti ini seorang diri dan memilih dijodohkan dengan anak SMA dan tak berkelas sepertiku?

Naya bertanya-tanya penuh ragu, dan kali ini melirik garis wajah Brama dari samping penuh kagum. Sebuah rahang yang tegas dan sempurna. Siapapun yang melihatnya pasti akan memikirkan hal yang sama.

"Cih! Kamu mulai terpesona denganku?" tanya Brama, dengan senyum tersungging penuh ejekan.

Sontak Naya jadi salah tingkah ketika Brama mengatakan hal itu, karena ia begitu bodoh bahwa Brama bisa melihat dengan jelas pandangan mata gadis itu lewat pantulan cermin didepannya.

Mau menyangkalpun sepertinya sudah tak bisa lagi, ia sungguh tertangkap basah tengah menatap calon suaminya penuh kagum.

"Sa...saya..tidak." ucapnya dengan gugup, masih mengarahkan hairdyer itu.

Segera Brama berbalik menghadapnya, memegangi tangan kaku milik Naya yang memegangi hairdyer. "Jangan pernah menyukaiku! Itulah sebabnya aku mau menikahimu." ucapnya tegas, tak main-main.

Seketika Naya langsung menundukkan pandangannya, membungkuk penuh hormat padanya.

Bramapun beranjak berdiri dengan angkuh. "Keluarlah!" pintanya, sembari berjalan kearah lemari.

"Ba..baik mas." sahutnya terbata, lalu berlari pergi.

"Ya Tuhan, apa yang baru saja aku lakukan." gumam Naya, memukul kepalanya frustasi.

****

TOLONG DUKUNGANNYA YA :*

Terpopuler

Comments

Siti Halimah

Siti Halimah

semangat

2023-08-02

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🌿🌻🌻🌻

2020-11-03

0

Cika🎀

Cika🎀

💪

2020-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!